Melihat Pernikahan Jepang yang Unik Namun Tetap Sakral dan Penuh Makna

WeXpats
2020/09/14

Pernikahan menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh setiap pasangan. Di sini seseorang mengikatkan diri pada sebuah komitmen sepanjang hidupnya. Maka dari itu, pernikahan adalah prosesi yang sakral dan sarat akan makna. Begitupun pada kebudayaan Jepang, pernikahan bukan sekedar perayaan. Pernikahan Jepang memiliki tradisi khusus, mulai dari pelaksanaan hingga bagi tamu undangannya.

Beberapa hal dalam ritual pernikahan Jepang mungkin terasa aneh bagi orang asing. Misalnya, pasangan yang melaksanakan upacara pernikahannya di chapel meskipun bukan pemeluk agama Kristen. Ada pula upacara pernikahan yang tertutup jika prosesi dijalankan sesuai adat Shinto. Semua hal yang berkaitan dengan prosesi pernikahan di negeri bunga Sakura akan dibahas dalam artikel ini.

Daftar Isi

Shinzen Shiki, Pernikahan Adat Shinto

Rangkaian Acara Pernikahan Jepang

Tips Menghadiri Pernikahan Jepang

Hikidemono, Souvenir Perlambang Kemakmuran

Shinzen Shiki, Pernikahan Adat Shinto

Agama yang dipeluk oleh masyarakat Jepang sangat beragam, namun mayoritas dari mereka menganut agama Shinto atau Budha. Oleh sebab itu, ritual pernikahan Jepang yang dominan berdasarkan adat Shinto. Tidak seperti acara pernikahan lainnya, acara adat ini sangat tertutup dan tamunya pun terbatas, yakni hanya anggota keluarga terdekat saja.

Suasananya pun cenderung sederhana dan intim karena sesuai dengan namanya “Shinzen Shiki'. “Shin” artinya Tuhan, “zen” artinya depan, sedangkan “shiki” artinya upacara/ritual. Maka, prosesi pernikahan Jepang ini dilakukan di dalam kuil agar terasa benar-benar di hadapan Tuhan.

Saat upacara berlangsung, mempelai pria mengenakan kimono hitam. Untuk mempelai wanita mengenakan kimono putih dan tudung yang disebut “wata boushi”. Sekujur tubuh si wanita pun dicat putih dengan berbagai aksesoris yang menyertainya, seperti hakoseko (kantung kecil dalam kimono berisi cermin), kaiken (pisau kecil yang disisipkan dalam kimono), dan suehiro (kipas kecil yang dipegang).

Upacara pernikahan Jepang ala adat Shinto ini dipimpin oleh shinshoku (pemimpin kuil). Sebelum memasuki kuil, kedua mempelai harus melewati proses chouzuno-gi, yaitu menyucikan diri dengan cara membasuh tangan dengan air kuil.

Rangkaian Acara Pernikahan Jepang

Sebenarnya ada dua tata cara melangsungkan pernikahan di Jepang, yakni dengan sistem agama Kristen dan Shinto. Tata cara agama Kristen semakin populer di era modern kini sebab prosesinya bisa dihadiri banyak orang dan rangkaian acaranya seperti pernikahan di barat, yaitu dipimpin oleh seorang pendeta, pengantin bebas mengenakan gaun, ada sesi pemotongan kue serta tukar cincin.

Walaupun begitu, bukan berarti pernikahan Jepang dengan tradisi Shinto tidak ada lagi yang melakukan. Berikut adalah rangkaian acara yang unik dan sarat akan makna:

1. Penyucian

Shinshoku adalah pemimpin kuil yang akan memandu rangkaian acara pernikahan di kuil dari awal hingga selesai. Ia akan didampingi oleh miko, yakni gadis pelayan kuil. Keduanya akan mengarahkan mempelai pria dan wanita untuk melakukan chouzuno-gi. Tahap ini memiliki makna bahwa pasangan tersebut harus membersihkan tubuh dan pikirannya sebelum menghadap Tuhan untuk melangsungkan pernikahan.

2. San-San-Kudo

Setelah pasangan pengantin membersihkan diri dan jiwanya, shinsoku akan memulai acara dengan berdoa agar sepanjang prosesi diberi perlindungan Tuhan, dijauhkan dari roh jahat, serta “melaporkan” pada Tuhan akan menikahkan pasangan di hadapannya. Setelah itu, pengantin akan menerima sake dalam cawan berukuran kecil (mengilustrasikan masa lampau), sedang (mengilustrasikan masa kini), dan besar (mengilustrasikan masa depan). Setiap cawan diminum dengan tiga tegukan dan saling bergantian.

3. Mengucapkan Ikrar Perkawinan

Dengan meneguk sake sebenarnya mempelai pria dan wanita telah saling mengikatkan diri. Namun komitmen itu dipertegas dengan mengucap sumpah suci di hadapan seluruh anggota keluarga. Setelah dinyatakan sah, setiap anggota keluarga dan kerabat dipersilahkan meminum sake sebagai tanda sudah dipersatukan dalam ikatan keluarga.

4. Persembahan Sesaji Kepada Dewa

Acara ditutup dengan mempersembahkan ranting Sakaki (pohon yang dipercaya keramat oleh pemeluk Shinto) kepada para dewa. Ranting tersebut diikat pada kertas suci “tamagushi”. Kemudian, para miko akan menari-nari untuk menambah kemeriahan acara penutupan. Sebelum keluar kuil, seluruh orang pada acara itu membungkukkan badan sebagai tanda terima kasih dan syukur bahwa acara berlangsung lancar.

Tips Menghadiri Pernikahan Jepang

Tradisi pernikahan bukan hanya dari pihak keluarga mempelai saja. Ada juga aturan-aturan yang harus diikuti oleh para tamu. Berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan kalau mendapat undangan pernikahan orang Jepang:

1. Pastikan Menerima Undangan dan Konfirmasi

Sebelum datang ke pesta pernikahan tentunya harus dipastikan telah diundang dari salah satu keluarga mempelai. Undangan resmi akan terdapat detail informasi acara serta kartu konfirmasi kedatangan (RSVP). Namun di era teknologi sekarang, undangan ada juga yang berbentuk digital atau melalui media sosial. Apapun bentuk undangannya, seseorang yang menerima undangan wajib mengkonfirmasi apakah bisa datang atau tidak.

2. Siapkan Hadiah

Hadiah yang menjadi tradisi orang Jepang disebut “goshugi” atau “oiwaikin”. Uang baru yang masih bersih dimasukkan ke dalam goshugi-bukuro. Jumlah pecahannya harus 10.000-an dan lembarannya harus ganjil. Jangan memberi berjumlah dua atau empat karena angka tersebut melambangkan perpisahan. Contohnya, jika ingin memberi 30.000 yen, maka bisa tiga lembar 10.000-an.

3. Masukkan Uang ke Goshugi-Bukuro

Uang yang dimasukkan ke goshugi-bukuro tidak sembarangan. Bagian depan ditulis nama si pemberi dengan tinta hitam. Akan lebih baik kalau menulisnya dengan kaligrafi dan menggunakan kuas khusus. Lalu di bagian dalam ada amplop putih bernama “nakazutsumi” sebagai tempat menulis total uang yang diberikan. Di bagian belakangnya tulis lagi nama si pemberi beserta alamatnya.

4. Bawa Fukusa

Goshugi-bukuro tidak boleh dibawa dengan tangan kosong. Seseorang harus memasukkannya ke dalam fukusa, yaitu kain pembungkus untuk goshugi. Jangan sampai salah pilih warna fukusa karena warna terang untuk acara pernikahan, sedangkan warna gelap untuk pemakaman. Jika ingin menggunakan warna netral, maka ungu bisa digunakan untuk kedua acara tersebut.

5. Pakai Dress Code yang Sesuai

Ada beberapa aturan berpakaian yang perlu diperhatikan. Untuk tamu wanita, hindari memilih warna putih karena warna tersebut hanya untuk si pengantin. Selain itu, jangan memakai atasan dan bawahan dengan warna berbeda karena ini menunjukkan perpisahan. Kalau ingin memakai dress, usahakan tidak terlalu pendek dan menutup bahu, serta jangan memakai dress hitam.

Sedangkan tamu pria memakai jas berwarna gelap, namun bukan hitam. Bagian dalam dilengkapi dengan kemeja putih atau warna terang. Akan lebih baik lagi kalau menambahkan vest sesuai warna jas yang dipakai.

6. Hadiri Niji-Kai (Jika Ada)

Tidak semua acara pernikahan orang Jepang disertai dengan Niji-Kai. Ini adalah pesta non-formal yang biasanya diselenggarakan oleh sahabat-sahabat si pengantin dan berlangsung di malam hari. Jadi acara formalnya di pagi atau siang hari, lalu malamnya ada pesta lanjutan Niji-Kai. Acara ini lebih santai dan disertai beberapa permainan. Tujuannya memang untuk bersenang-senang.

Hikidemono, Souvenir Perlambang Kemakmuran

Layaknya di beberapa negara, tamu yang hadir dalam acara pernikahan pun akan pulang dengan souvenir atau kenang-kenangan. Cinderamata ini disebut dengan “hikidemono”, yaitu benda yang dimasukkan ke dalam tas bingkisan. Isinya bisa bermacam-macam, seperti gantungan kunci, alat makan, boneka, atau pernak-pernik. Satu tamu akan mendapatkan satu hikidemono dan tidak boleh ada yang tidak kebagian.

Souvenir ini diberikan sebagai lambang kehidupan yang makmur. Oleh sebab itu, perlu dipikirkan souvenir apa yang pantas diberikan kepada tamu. Bukan hanya lucu atau unik, tetapi juga harus berguna dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Mengetahui serba-serbi tentang pernikahan Jepang ternyata penuh dengan makna mendalam. Setiap prosesi dan propertinya memiliki arti filosofis tersendiri. Tak heran kalau kebudayaan Jepang menarik perhatian banyak orang. Meskipun zaman semakin modern, orang-orang Jepang masih menjaga tradisi yang sakral ini.

Baca juga: Distrik Lampu Merah Dunia Hiburan Jepang. Apakah Kabukicho Aman untuk Dikunjungi?

Penulis

WeXpats
Di sini kami menyediakan artikel yang mencakup berbagai informasi yang berguna tentang kehidupan, pekerjaan, dan studi di Jepang hingga pesona dan kualitas Jepang yang menarik.

Sosial Media ソーシャルメディア

Kami berbagi berita terbaru tentang Jepang dalam 9bahasa.

  • English
  • 한국어
  • Tiếng Việt
  • မြန်မာဘာသာစကား
  • Bahasa Indonesia
  • 中文 (繁體)
  • Español
  • Português
  • ภาษาไทย
TOP/ Kehidupan di Jepang/ Kehidupan di Jepang (pernikahan, pengasuhan anak, pemakaman)/ Melihat Pernikahan Jepang yang Unik Namun Tetap Sakral dan Penuh Makna

Situs web kami menggunakan Cookies dengan tujuan meningkatkan aksesibilitas dan kualitas kami. Silakan klik "Setuju" jika Anda menyetujui penggunaan Cookie kami. Untuk melihat detail lebih lanjut tentang bagaimana perusahaan kami menggunakan Cookies, silakan lihat di sini.

Kebijakan Cookie