Bahasa saat ini menjadi salah satu elemen penting dalam berkomunikasi terlebih lagi karena hubungan antar negara yang semakin erat. Salah satu bahasa yang saat ini akan sangat penting untuk dikuasai adalah Bahasa Jepang. Belajar bahasa sebenarnya perlu dari dasar seperti misalnya dari kata kerja (doushi) Bahasa Jepang itu sendiri.
Bahasa Jepang sendiri biasa dikenal sebagai jenis bahasa yang menggunakan konjungsi atau imbuhan dalam kata kerjanya. Sehingga setiap doushi bisa memiliki bentuk yang berbeda pada bagian depan dan akhirnya, seperti bahasa Indonesia. Jika dibandingkan, Bahasa Jepang memiliki perubahan bentuk yang jauh lebih beragam daripada bahasa Indonesia.
Daftar Isi
- Kata Kerja Bentuk Dasar + Masu Sebagai Acuan Dasar
- Tiga Jenis Kata Kerja
- Empat Bentuk Perubahan Dasar Kata Kerja Bahasa Jepang
- Kata Kerja Transitif dan Intransitif
Kata Kerja Bentuk Dasar + Masu Sebagai Acuan Dasar
Doushi Bahasa Jepang memiliki bentuk pertama yakni terbagi ke dalam positif negatif, serta lampau dan non lampau. Bentuk godandoshi pertama yakni dalam bentuk non lampau dengan ciri akhiran masu untuk bentuk positif, dan masen untuk negatif. Di kesempatan kali ini, akan digunakan perubahan kata hataraku (bekerja) sebagai contoh penggunaan doushi ini.
Dalam Bahasa Jepang sendiri, pola yang menggunakan kata “hataraku” dengan bantuan “masu” akan berubah menjadi hataraki-masu. Hal ini terjadi ketika kata kerja tersebut dipakai untuk menjelaskan keadaan sekarang atau masa depan baik itu ajakan atau permintaan. Perubahan dari hataraku ke hataraki inilah yang disebut bentuk masu.
Bentuk dasar/kamus : hatarak(u) (penggunaannya casual)
Bentuk masu : hatarak(i)masu (penggunaannya formal dan sopan)
Agar lebih mudah, ada beberapa contoh kalimat mudah yang bisa membuat mengerti kapan penggunaan masu ini.
Contohnya:
Bentuk dasar/kamus : okiru
Bentuk masu : okimasu
Maiasa roku-ji ni oki-masu = bangun tidur jam 6 setiap pagi.
Imbuhan masu ini dalam penggunaannya hanya untuk keterangan sekarang atau masa depan yang positif.
Untuk bentuk negatif dari waktu non lampau, digunakan imbuhan -masen yang secara prinsip sama peletakannya dengan imbuhan masu. Kata kerja Bahasa Jepang lampau menggunakan mashita untuk bentuk melakukan dan masen deshita untuk tidak melakukan.
Okimasu = Bangun
Okimasen = Tidak bangun
Okimashita = (Sudah) Bangun
Okimasen deshita = Tidak bangun (lampau)
Baca juga >> Mengenal Akhiran Masu. Bentuk dan Contohnya dalam Kalimat Bahasa Jepang
Artikel Pilihan
Tiga Jenis Kata Kerja
Godandoshi Bahasa Jepang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yakni golongan satu, dua, dan tiga. Penggolongan ini dilakukan berdasarkan akhiran yang dimiliki oleh setiap kata kerjanya. Sebenarnya, penggolongan ini juga masih bisa dibagi lagi ke dalam 14 akhiran berbeda. Ini penjelasannya:
1. Kelompok Satu - Godan Doushi
Di kelompok satu ini, disebut juga godandoshi karena memiliki 5 perubahan bunyi vokal. Kata kerja godan doushi berakhiran bunyi u, tsu, ru, bu, nu, mu, ku, gu, su. Kelompok satu ini tergolong kelompok yang paling banyak yakni hingga sekitar 70% dari total kata kerja Bahasa Jepang.
Contoh kata dari kelompok satu ini adalah narau untuk akhiran vokal+u yang berarti belajar. Ada suwaru yang berarti duduk, utsuru berarti pindah, dan juga katsu yang memiliki arti menang. Contoh lainnya adalah kata iku yang berarti pergi, hanasu atau berbicara, ataupun yasumu yang berarti beristirahat.
Contoh:
・U(う)
Au(会う):Bertemu
Kau(買う):Membeli
Tsukau(使う):Memakai
Warau(笑う):Tertawa
Mayou(迷う):Bingung
・Tsu(つ)
Tatsu(立つ):Berdiri
Matsu(待つ):Menunggu
・Ru(る)
Hashiru(走る):Berlari
Kakaru(掛かる):Memerlukan
Noru(乗る):Naik(Kendaraan)
Agaru(上がる):Naik(Tangga)
Tooru(通る):Melewati
Noboru(登る):Mendaki
Kaeru(帰る):Pulang
・Mu(む)
Sumu(住む):Tinggal
Yomu(読む):Membaca
Nomu(飲む):Minum
Yasumu(休む):Istirahat
・Nu(ぬ)
Shinu(死ぬ):Mati
・Bu(ぶ)
Asobu(遊ぶ):Bermain
・Ku(く)
Hataraku(働く):Bekerja
Iku(行く):Pergi
Hiku(引く):Menarik
Aruku(歩く):Berjalan
・Gu(ぐ)
Oyogu(泳ぐ):Berenang
Kagu(嗅ぐ):Mencium
Isogu(急ぐ):Bergegas
・Su(す)
Hanasu(話す):Berbicara
Kaesu(返す):Mengembalikan
Dasu(出す):Mengeluarkan
Osu(押す):Menekan
Watasu(渡す):Menyerahkan
2. Kelompok Dua - Ichidan Doushi
Kelompok dua ini hanya memiliki dua akhiran bunyi yakni iru dan eru. Di kelompok ini, total kata kerja mendominasi sebanyak 30% dari total keseluruhan kata kerja, memang tidak sebanyak kelompok satu. Contoh kata dari kelompok dua ini diantaranya adalah miru yang berarti melihat dan taberu yang berarti makan. Disebut Ichidan Doushi karena kata kerjanya tidak berubah. Mengganti bentuk kata kerja kelompok dua sangat mudah karena tinggal memotong akhiran -ru dan menggantinya dengan bentuk yang diinginkan.
Contoh:
・Iru(いる)
Miru(見る):Melihat/Menonton
Iru(いる):Ada(Manusia/Hewan)
Mochiiru(用いる):Memakai/Menggunakan
Shiiru(強いる):Memaksa
Anjiru(案じる):Memikirkan
・Eru(える)
Mieru(見える):Melihat
Ueru(植える):Tumbuh
Oshieru(教える):Mengajar
Kaeru(変える):Menukar
Kotaeru(答える):Menjawab
Ada beberapa kata yang juga memiliki akhiran dua bunyi tersebut tetapi tergolong ke kelompok satu. Tetapi jumlahnya memang sangat terbatas sehingga akan sangat mudah untuk menghafalkannya. Contohnya saja adalah hashiru yang berarti lari atau kaeru yang punya arti pulang.
3. Kelompok Tiga
Di kelompok tiga ini, tergolong ke dalam kelompok yang unik dan juga terdiri dari dua kata kerja saja. Ada kata kuru yang berarti datang dan suru memiliki arti melakukan. Konjugasi di kedua kata ini terbilang sangat unik karena memang tidak tergolong di kelompok sebelumnya.
Menghafalkan kelompok tiga rasanya memang jauh lebih mudah dari menghafalkan kelompok lain karena jumlahnya yang sedikit. Akhiran “uru” yang memang tidak termasuk ke dalam kelompok manapun sehingga melahirkan adanya kelompok ini. Perubahannya pun tidak beraturan.
Contoh:
Bentuk Kamus |
Suru |
Kuru |
Bentuk Masu |
Shimasu |
Kimasu |
Bentuk Negatif Casual |
Shinai |
Konai |
Suruhan/Kata Sambung |
Shite |
Kite |
Bisa |
Dekiru |
Koreru |
・Shiai 試合(Pertandingan) menjadi >> Shiai suru 試合する (Bertanding)
・Benkyou 勉強 (Pelajaran) menjadi >> Benkyou suru 勉強する (Belajar)
・Setsumei 説明 (Keterangan) menjadi >> Setsumei suru 説明する (Menerangkan)
Baca juga >> Kenali Pengertian "Desu" dan Fungsinya pada Kalimat
Empat Bentuk Perubahan Dasar Kata Kerja Bahasa Jepang
Setiap kata kerja Bahasa Jepang memiliki bentuk dasar yang disesuaikan dengan sifatnya masing-masing. Ada bentuk kamus sebagai dasar, bentuk masu dari perwujudan sopan, bentuk te atau sambung, dan nai yang menunjukkan bentuk negatif. Keempatnya memang tampak rumit padahal sebenarnya tidak, ini penjelasan yang lebih detailnya:
1. Bentuk Kamus (Bentuk Dasar)
Kamus menjadi sumber dari bentuk-bentuk dasar dari kata kerja yang memang belum diubah ke dalam bentuk lain. Kata kerja dasar ini utamanya digunakan oleh pelajar untuk mencari makna dari sebuah kata. Bentuk kamus ini menjadi bentuk dasar yang belum memiliki imbuhan apa-apa dan belum menjadi kelompok lain.
Keunikan lain dari bentuk dasar ini adalah akhiran yang ada dalam kamus memiliki akhiran u seperti taberu dan miru. Bentuk dasar inilah yang nantinya akan digunakan dalam bentuk-bentuk Masu, Te, ataupun Nai.
2. Bentuk Masu (Bentuk Sopan)
Bahasa Jepang sendiri menunjukkan kesopanan terhadap lawan bicara yang diwujudkan dalam penambahan bentuk masu ini. Sebenarnya tidak ada arti tertentu dari kata ini hanya saja ketika ditambahkan di akhir doushi ini sering kali dipakai sebagai bentuk ekspresi.
Tipe bentuk masu ini paling sering ditemui dalam pola kalimat yang menggunakan kata kerja lalu ditambahkan masu. Jadi strukturnya adalah “Kata kerja “+ “Masu” seperti contohnya “Nomu” menjadi “nomi+masu”.
3. Bentuk Te (Bentuk Sambung/Suruhan)
Ketiga adalah bentuk Te yang sering digunakan sebagai pembuat berbagai variasi kalimat. Bentuk ini tidak memiliki arti tertentu tetapi ketika ditambah pada Kata kerja akan berfungsi sebagai bentuk ekspresi.
Konjugasi tipe ini akan menunjukkan penekanan dan sebagai bentuk ekspresif dari pengucapnya. Banyak bentuk Te yang memiliki akhiran “te” sendiri seperti katte, matte, tabete ataupun haraite dan masih banyak lagi.
4. Bentuk Nai (Bentuk Negatif)
Berbeda dengan bentuk sebelumnya, bentuk Nai ini menunjukkan pola kalimat negatif atau ujaran tidak melakukan. Pola kalimat yang berada dalam bentuk Nai ini biasanya berbentuk “Kata kerja + nai” seperti contohnya saja tabe-nai yang berarti tidak makan.
Penggunaan bentuk Nai ini tergolong simple dan mudah karena hanya digunakan untuk menyatakan tidak. Sama seperti bentuk lain, dalam beberapa kasus, bentuk Nai juga akan merubah akhiran dalam kata kerja itu sendiri.
Baca juga >> Mengenal Kata Sifat Na dalam Tata Bahasa Jepang bagi Pemula
Kata Kerja Transitif dan Intransitif
Godandoshi Bahasa Jepang sendiri juga dikelompokkan menjadi kata kerja transitif (tadooshi) dan kata kerja intransitif (jidooshi). Sama seperti di bahasa Indonesia, kata kerja intransitif tidak memerlukan objek dan bisa berdiri sendiri. Sedangkan kata kerja transitif selalu memerlukan objek yang biasanya juga dibarengi dengan tambahan partikel wo.
Tidak seperti bahasa lain, kata kerja Bahasa Jepang memang beragam tetapi mudah sekali untuk dimengerti. Penggunaan berbagai bentuk juga secara prinsip hanya berbeda di bentuk lampau, nonlampau, serta positif-negatif. Inti penghafalan dari kata kerja Bahasa Jepang hanya perlu memahami kata dasar dalam kamus, kemudian pahami perubahan bentuknya. Dengan begitu penggunaannya akan lebih mudah!