Uniknya Wanita Geisha Jepang dan Cerita di Baliknya

WeXpats
2021/05/12

Jepang memiliki sosok wanita yang menjadi ikon di negara Sakura, disebut dengan Geisha. Disamping piawai dalam menari, wanita tersebut terkenal dengan simbol kecantikan wanita Jepang. Ya, geisha selain menjadi ikon negara Jepang, juga menjadi salah satu tolak ukur kecantikan wanita Jepang.

Dikarenakan terkenal akan kecantikannya, banyak orang yang menganggapnya sebagai wanita penghibur dan bahkan sebagian orang menyebutnya sebagai PSK. Padahal sejatinya, wanita tersebut adalah seorang seniman. Meskipun berwajah cantik dan kerap menghibur para lelaki, namun mereka bukanlah seorang PSK.

Daftar Isi

  1. Geisha di Masa Lalu
  2. Berbeda dengan Maiko
  3. Jangan Tertukar dengan Yujo, ya!
  4. Hal-Hal yang Berhubungan dengan Geisha

Geisha di Masa Lalu

Beberapa abad yang lalu, tepatnya pada zaman Edo seorang Geisha berada di puncak popularitasnya. Bahkan kala itu, wanita remaja telah dididik dan disiapkan untuk menjadi seorang wanita penghibur di negara sakura tersebut. Tidak tanggung-tanggung, pihak kerajaan kala itu menyediakan sekolah khusus untuk mendidik anak-anak remaja tersebut.

Kala itu, menjadi seorang Geisha adalah profesi yang bergengsi. Sama halnya menjadi seorang samurai di Jepang yang cukup membanggakan bila seorang lelaki bisa menjadi seorang samurai. Begitu juga dengan remaja wanita yang berhasil mendapatkan profesi tersebut, mereka akan bangga karenanya. Disamping itu, gelar kehormatan akan mereka dapatkan.

Mengapa demikian? Karena menjadi seorang wanita cantik di Jepang adalah sebuah kehormatan. Meskipun sebagian orang menganggap profesi yang satu ini sama dengan seorang PSK, namun setiap wanita yang bisa menjadi profesi yang satu ini, disebut sebagai wanita cantik. Itulah sebabnya profesi yang satu ini mendapatkan tingkat sosial yang tinggi di masyarakat.

Bahkan saat itu, ketika ada keluarga yang miskin namun memiliki seorang anak perempuan yang cantik dan berhasil menjadi seorang seniman wanita dewasa, maka tingkat sosialnya akan terangkat dan dihormati di masyarakat. Pasalnya saat itu di Jepang, tolak ukur kehormatan tidak hanya berdasarkan jabatan semata. Tetapi juga dari kecantikan

Berbeda dengan Maiko

Agar dapat memahami kedua istilah tersebut, sebaiknya untuk memahami pengertiannya terlebih dahulu. Geisha berarti seniman yang pandai menari tradisional, bernyanyi serta bermain alat musik. Keberadaannya bisa ditemukan di warung teh di Jepang. Bahkan, mereka pun kerap menemani konsumen pria yang datang ke kedai teh tersebut dengan tujuan membuat tamu nyaman.

Sementara Maiko adalah gadis remaja yang sedang dididik dan disiapkan untuk menjadi seorang geisha. Syarat utama bila ingin masuk ke sekolah Maiko, harus berusia di bawah 16 tahun. Seorang wanita bahkan dilihat dari betisnya. Di Jepang tolak ukur kecantikan dilihat dari betisnya. Apabila memiliki betis yang kecil serta jenjang, bisa dipastikan bahwa wanita tersebut adalah wanita cantik.

Keunikan untuk menjadi seorang Maiko tersebut menjadi tolak ukur kecantikan wanita Jepang saat ini. Seorang wanita Jepang yang memiliki betis kecil, rambut hitam dan kulit putih bersih adalah wanita cantik di era modern saat ini. Kriteria Wanita cantik tersebut telah berkembang sejak profesi seniman ini hadir di Jepang untuk pertama kalinya.

Jangan Tertukar dengan Yujo, ya!

Dikarenakan terkenal karena kecantikannya dan menjadi ikon wanita Jepang, geisha sering disebut juga sebagai yujo. Yujo sendiri merupakan wanita penghibur di Jepang. Banyak orang awam yang sering menyamakannya. Padahal, ada perbedaan diantara keduanya, yaitu:

1. Berbeda Tugas

Meskipun sama-sama bertujuan untuk menghibur namun terdapat perbedaan dari cara menghiburnya. Seorang yujo menghibur tamu dengan kemolekan tubuhnya serta biasanya menunjukan kaki mereka yang jenjang di balik kimononya. Sementara seorang seniman wanita dewasa menghibur melalui tarian dan juga memainkan alat musik.

2. Perhatikan Posisi Obi

Obi adalah sabuk pelengkap untuk wanita Jepang, ketika mengenakan kimono. Dari cara pemakaian obi pun terdapat perbedaan antara yujo dan geisha, berdasarkan lilitannya. Obi yang digunakan oleh yujo, memiliki ciri khas lilitan di depan. Sementara obi yang dililit di belakang digunakan oleh masyarakat biasa dan penari.

3. Tempat Tinggal

Sebagai seniman kelas atas, geisha senantiasa tinggal di penginapan mewah serta memiliki fasilitas yang lengkap. Bahkan dilengkapi dengan kimono yang terbuat dari kain sutra. Berbeda dengan yujo yang tinggal di rumah bordil untuk melayani tamu lelaki yang datang. Keduanya sama-sama menggunakan beragam aksesoris yang dapat menunjang kecantikan mereka.

4. Hubungan dengan Tamu

Meskipun sama-sama bertujuan menghibur lelaki yang datang, namun terdapat perbedaan untuk melayani tamu lelaki yang datang pada sebuah kedai minum teh. Yujo berhubungan secara formal dan tidak boleh menyebut atau memanggil lelaki dengan panggilan nama akrab. Mereka pun boleh menerima atau menolak lelaki untuk dijadikan teman tidur.

Hal-Hal yang Berhubungan dengan Geisha

Menjadi seorang seniman kelas atas tentunya tidak bisa diciptakan dalam waktu sekejap, diperlukan waktu hingga 5 tahun lamanya untuk dididik dan mempelajari berbagai jenis tarian tradisional Jepang serta hal lain yang berhubungan dengan seni. Maka itu, mereka pun kerap berhubungan dengan pihak lain.

1. Okiya

Istilah ini disebut untuk sebuah rumah tinggal untuk maiko dan seniman wanita dewasa. Di tempat inilah para maiko akan dilatih menjadi seorang seniman wanita dewasa Jepang. Okiya pun berada di bawah naungan okasan untuk mendidik dan memfasilitasi para maiko. Dengan kata lain, tempat ini adalah sekolah dan asrama untuk para maiko.

Seorang maiko yang ingin menjadi seniman dewasa, harus diterima secara resmi di Okiya. Biaya pendidikan di Okiya terbilang besar, namun akan dibiayai oleh okasan. Di tempat ini tidak hanya dibekali berbagai jenis tarian tradisional, tetapi juga dilengkapi dengan pembekalan kecantikan serta cara beretika.

2. Okasan

Setiap maiko yang dinobatkan sebagai seniman dewasa, akan bernaung di bawah inangnya, yang disebut okasan. Okaasan tersebut yang akan membiayai semua biaya hidup, penginapan serta kimono mahal. Biasanya okaasan adalah pemilik penginapan atau kedai teh yang biasa dipanggil ibu. Okaasan tersebut menjual hiburan kepada tamu yang datang ke kedai teh.

Sebagai inang dari seniman wanita dewasa, seorang okasan harus memiliki jumlah uang yang besar untuk membiayai pendidikan para maiko. Meskipun harus mengeluarkan biaya yang cukup besar, namun akan mendapatkan penghasilan yang lebih besar dari para maiko yang telah resmi menjadi seniman wanita dewasa, bila telah bekerja di kedai warung teh.

3. Oneesan

Dalam bahasa Jepang, kata ini merupakan sebutan untuk kakak perempuan. Oneesan yang akan membimbing dan melatih para Maiko untuk menjadi seniman dewasa. Para oneesan tersebut akan memiliki 8 hingga 10 orang maiko, tergantung banyaknya jumlah maiko. Biasanya mereka adalah seorang geisha yang telah senior.

Seorang oneesan, biasanya diambil dari seniman wanita dewasa yang telah menikah. Pasalnya, bila memutuskan untuk menikah, seniman wanita dewasa tersebut harus berhenti bekerja dari profesinya. Dengan demikian mereka bisa melatih para maiko tersebut. Disebut sebagai kakak, karena usianya tidak jauh berbeda dari para maiko itu, yaitu sekitar 5-7 tahun.

Meskipun dianggap sebelah mata, karena banyak yang menyamakannya dengan seorang pelacur, namun untuk menjadi seorang geisha ini harus melewati pendidikan terlebih dahulu. Walaupun demikian, beberapa abad yang lalu pernah mencapai popularitasnya serta menaikkan kelas sosial di masyarakat. Maka dari itu banyak yang bercita-cita untuk menjadi seorang geisha.

Baca juga: Furisode, Kimono Lengan Panjang yang Jadi Salah Satu Pakaian Tradisional Wajib Wanita Jepang

Penulis

WeXpats
Di sini kami menyediakan artikel yang mencakup berbagai informasi yang berguna tentang kehidupan, pekerjaan, dan studi di Jepang hingga pesona dan kualitas Jepang yang menarik.

Sosial Media ソーシャルメディア

Kami berbagi berita terbaru tentang Jepang dalam 9bahasa.

  • English
  • 한국어
  • Tiếng Việt
  • မြန်မာဘာသာစကား
  • Bahasa Indonesia
  • 中文 (繁體)
  • Español
  • Português
  • ภาษาไทย
TOP/ Budaya Jepang/ Tradisi budaya Jepang/ Uniknya Wanita Geisha Jepang dan Cerita di Baliknya

Situs web kami menggunakan Cookies dengan tujuan meningkatkan aksesibilitas dan kualitas kami. Silakan klik "Setuju" jika Anda menyetujui penggunaan Cookie kami. Untuk melihat detail lebih lanjut tentang bagaimana perusahaan kami menggunakan Cookies, silakan lihat di sini.

Kebijakan Cookie