Mengenal Akhiran Masu. Bentuk dan Contohnya dalam Kalimat Bahasa Jepang

WeXpats
2021/06/21

Mempelajari keunikan bahasa dari berbagai negara, adalah hal yang menyenangkan. Selain mendapat pengetahuan baru, tiap-tiap bahasa bisa saja memiliki pola yang berbeda satu sama lain. Bayangkan jika pembicara Bahasa Indonesia belajar Bahasa Jepang, yang menemui suffix -masu pada kata kerjanya. Hal itu tentu saja akan membuat proses belajar semakin menantang.

Bukan saja struktur unik dan berbeda pada kata atau kalimat pada umumnya, Jepang pun mempunyai gaya serta cara penulisan khas. Katakana, Hiragana, atau Kanji adalah pelajaran tambahan bagi yang ingin menetap di Jepang sebagai pelajar internasional dan pekerja asing. Itulah tantangan lain ketika belajar bahasa kedua, ketiga, sampai seterusnya.

Daftar Isi

  1. Mempelajari Suffix Masu
  2. Perbedaan dengan Bentuk Biasa
  3. Penggolongan Kata Kerja
  4. Contoh Penggunaan Pada Tenses

Mempelajari Suffix Masu

Menempel pada kata kerja, Masu sebenarnya hanyalah suffix atau akhiran yang mengubah bentuk aslinya. Kaidah Bahasa Jepang memang paling sering menggunakan akhiran ini. Penggunaan suffix lain yang dikenal yaitu -desu. Penggunaannya sebagai suffix, tentu saja berada di akhir. Tingkatan formal dan tingkat kesopanan penggunaannya, diperjelas ketika bentuk ini mengalami perubahan.

Keunikan tersendiri yang dimiliki oleh bahasa yang digunakan oleh Bangsa Jepang, memang menjadi tantangan bagi yang mempelajarinya. Melihat dari sejarah, kaidah struktur kalimatnya di negara tersebut juga mengalami pergeseran dan perubahan, hingga akhirnya sampai pada tata bahasa yang sekarang digunakan. Meskipun sangat kompleks, tata bahasa Jepang faktanya membuat orang semakin penasaran untuk mempelajari.

Suffix pada kata kerja yang digunakan di kosa kata Jepang, menampilkan sebuah kaidah formal atau rasa bahasa yang lebih sopan. Ada juga cara berbicara dengan sopan yang disebut "Keigo".Sebagaimana diketahui, beragam bahasa mengenal ‘strata’ dalam penggunaannya, yang membedakan pemilihan kata untuk teman, keluarga sebaya, orang tua, atau atasan. Maka dari itu, menggunakan bahasa harus menyesuaikan dengan lawan bicara yang dihadapi.

Keunikan pola tersebut, selain pada tingkat kesopanan, yaitu adanya bentuk yang berubah ketika menemui tenses atau jenis kalimat yang berbeda. Kaidah ini tentu mengharuskan para pelajar meluangkan effort lebih besar, jika penggunaan bahasanya ingin dikuasai dengan baik. Apalagi, ketika kata kerja yang digunakan menjadi berubah berakhiran -masu menyesuaikan penggunaan pada kalimat. 

Perbedaan dengan Bentuk Biasa

Pelajar umumnya jarang menemui bentuk seperti ini jika mempelajari bahasa secara otodidak. Demikian halnya para turis yang hanya berbekal kamus. Hal itu karena pada kaidah bahasanya, negara ini mengenal dua macam bentuk kata kerja. Bentuk paling umum dikenal yaitu akhiran -desu, yang sebenarnya penggunaannya berada di akhir adjective.

Selain itu, kamus juga hanya mencantumkan kata yang umum digunakan saja. Dalam hal mana, hanya kata yang sering dipakai, yang merupakan bentuk tidak formal, atau yang biasa digunakan dalam percakapan dengan level lawan bicara yang lebih akrab seperti teman, keluarga sebaya, atau kepada yang kedudukannya lebih rendah seperti adik.

Dengan demikian, mempelajari kata kerja dengan suffix semacam ini hanya akan ditemui jika pelajar bahasa mempelajarinya secara formal melalui kursus atau di bangku sekolah. Contohnya jika hendak mengatakan ‘membeli’, maka kata yang umum digunakan atau yang tercantum di dalam kamus adalah ‘kau’. Pelajar tidak akan menemukan ‘kaimasu’ sebagai bentuk yang lebih sopan untuk ‘membeli’.

Contoh lain pada penggunaan kata ‘tabemasu’, yang tidak akan secara detail tercantum di kamus. Tidak juga akan dijelaskan secara rinci bentuk perubahannya jika hanya belajar otodidak. Hal itu karena di dalam kamus, kata yang ditemukan adalah ‘taberu’. Meskipun tampak mirip, tetapi hal tersebut akan memperlihatkan cara seseorang mempelajari Bahasa Jepang.

Penggolongan Kata Kerja

Ketika mempelajari struktur pembentukan kata, khususnya pelajaran penggolongannya, pelajar biasanya menemukan tabel guna mengelompokkan seluruh kata kerja menjadi 3 kelompok. Ketiganya adalah pengelompokkan seluruh jenis suffix, dengan jumlah keseluruhan yaitu 14 suffix. Akhiran ini kemudian akan berubah, manakala digunakan pada tingkat percakapan dengan derajat lebih sopan.

1. Kelompok Pertama

Pada kelompok atau golongan pertama, terdapat suffix tertentu yang akan berubah jika bertemu dengan suffix masu ini. Terdapat sepuluh macam kata berakhiran yang diklasifikasikan dalam golongan I. Kata tersebut adalah yang memiliki akhiran vokal + u, akhiran -aru, -uru, -oru, -tsu, -ku, -su, -bu, -mu, dan -gu.

Contoh katanya yaitu ‘hataraku’, salah satu kata bersuffix ‘ku. Kata ini artinya ‘bekerja’. Ketika mengalami perubahan suffix, akan mengalami juga penghalusan makna yaitu ‘ajakan untuk bekerja’ yang ditulis dengan hataraku + suffix, sehingga bentuk akhirnya adalah ‘hatarakimasu’. Perubahan ‘hataraku’ ke ‘hataraki’ inilah perubahan suffix yang juga mengubah atau menghaluskan makna.

2. Kelompok Kedua

Selanjutnya, golongan kedua terdapat bentuk akhiran -iru dan -eru. Contoh katanya adalah taberu, sebelumnya telah disebutkan di awal berarti ‘makan’. Manakala berubah suffix, maka akan berubah ke tabemasu. Sebenarnya keduanya tidak memiliki perbedaan arti yang sangat jauh, melainkan hanya rasa bahasa yang digunakan akan lebih santun jika diubah suffix-nya.

3. Golongan Ketiga

Pada golongan terakhir, dapat diserupakan dengan irregular verbs pada struktur kata di bahasa lain. Jika mengingat pelajaran Bahasa Inggris terkait kata kerja tak beraturan, maka terdapat segolongan verb tanpa pola baku ketika berubah tenses maupun jenis kalimat. Mempelajari kaidah kebahasaan Jepang pun ada verb semacam tersebut, yaitu kata yang berakhiran -kuru dan-suru.

Contoh Penggunaan Pada Tenses

Struktur unik juga dimiliki, sekaligus menjadi pembeda dengan bahasa yang lain. Keunikan ini salah satunya terlihat dengan varian yang beragam pada penggunaan akhiran di kata kerja. Ketika menggunakan tenses yang berbeda, suffix ini akan berubah menyesuaikan tenses. Baik pelajar maupun pekerja asing harus memahami berubahnya struktur ini, jika ingin aktif berkomunikasi.

1. Bentuk Sekarang (Present Tense)

Penggunaan pada struktur present tense, menempatkan suffix di belakang verb semakin beragam. Keragaman tersebut akan muncul pada bentuk kata positif maupun negatif. Misalnya dalam kalimat positif untuk kata ‘makan’, akan didapatkan bentuk yang lebih sopan dari ‘taberu’.

Di dalam kalimat positif, salah satu contohnya adalah ‘mainichi gohan wo tabemasu’, artinya ‘saya makan nasi setiap hari’. Jika melihat kamus, terlihat bahwa ‘taberu’ merupakan penggunaan bahasa yang kurang formal dan juga less polite.

Selain itu, ada juga ‘neru’ di kamus dengan terjemahan berarti tidur. Ada kata yang lebih sopan yang bisa digunakan selain 'neru', sehingga lebih enak digunakan. Penggunaan ‘neru’ dengan perubahan suffix akan terlihat seperti dalam kalimat ‘korban hachi ji no nemasu’.

2. Past Tense

Lain halnya dengan penggunaan pada tenses past tense. Past tense merupakan bentuk tata bahasa yang menunjukkan kejadian di masa lalu atau sudah dilakukan. Suffix pada past tense akan berubah menjadi -mashita untuk penggunaan pada kalimat positif.

Sebagai contoh, ‘Kinou gohan wo tabemashita’ adalah ungkapan kalimat positif dalam past tense. Di dalam kalimat tersebut kata yang berarti makan, berubah menjadi tabemashita karena aktivitas makan yang dijelaskan sudah lampau.

3. Kalimat Negatif

Seperti pada bahasa lainnya, ada juga kalimat negatif yang dikenal dan juga harus dipelajari. Hal itu karena, suffix juga berubah bentuk jika digunakan di kalimat negatif. Tenses 'present tense', akan berubah menjadi -masen pada kalimat negatifnya. Terlihat di dalam kalimat ‘kanji wo kakimasen’, yang artinya ‘saya tidak dapat membaca kanji’. Sementara pada bentuk past tense, -mashita akan berubah menjadi -masendeshita.

Mempelajari Bahasa Jepang memang membutuhkan keuletan tersendiri. Selain bentuk -masu yang memiliki varian dalam berbagai bentuk kalimat dan tenses, struktur Bahasa Jepang masih memiliki keunikan yang tidak ditemukan ketika mempelajari bahasa asing lainnya.

Baca juga: Belajar Membaca dan Mengenal Waktu dalam Bahasa Jepang

Penulis

WeXpats
Di sini kami menyediakan artikel yang mencakup berbagai informasi yang berguna tentang kehidupan, pekerjaan, dan studi di Jepang hingga pesona dan kualitas Jepang yang menarik.

Sosial Media ソーシャルメディア

Kami berbagi berita terbaru tentang Jepang dalam 9bahasa.

  • English
  • 한국어
  • Tiếng Việt
  • မြန်မာဘာသာစကား
  • Bahasa Indonesia
  • 中文 (繁體)
  • Español
  • Português
  • ภาษาไทย
TOP/ Belajar Bahasa Jepang/ Cara belajar bahasa jepang/ Mengenal Akhiran Masu. Bentuk dan Contohnya dalam Kalimat Bahasa Jepang

Situs web kami menggunakan Cookies dengan tujuan meningkatkan aksesibilitas dan kualitas kami. Silakan klik "Setuju" jika Anda menyetujui penggunaan Cookie kami. Untuk melihat detail lebih lanjut tentang bagaimana perusahaan kami menggunakan Cookies, silakan lihat di sini.

Kebijakan Cookie