Mempelajari Sejarah dan Perkembangan Hige, Kumis dan Janggut di Jepang

WeXpats
2021/06/21

Bagi wisatawan yang pernah menginjakkan kaki di negeri Sakura, tentu menyadari bahwa hampir sebagian besar penduduknya tidak memelihara jenggot maupun kumis. Secara umum, bagian tubuh manusia ini disebut Hige dalam tata bahasa Jepang. Meski zaman telah modern, terdapat aturan khusus yang mengikat penduduk mengenai kebebasan dalam menumbuhkan kumis tersebut.

Mungkin sebagian orang sempat bertanya-tanya mengenai larangan dalam menumbuhkan kumis. Akan tetapi, pembaca perlu mengetahui sejarah masa silam agar dapat memahami situasi saat ini. Terutama beberapa peristiwa penting pada abad ke-17 hingga perkembangan di masa modern. Adapun untuk menjawab rasa penasaran tersebut, beberapa penjelasan berikut patut dipahami terlebih dahulu:

Daftar Isi

  1. Pengertian Hige dalam Bahasa Jepang
  2. Sejarah Hige Menjelang Abad ke-17
  3. Perkembangan Hige Pada Abad ke-18
  4. Popularitas Hige Pada Masyarakat Modern

Pengertian Hige dalam Bahasa Jepang

Berbeda dengan bahasa Inggris, penyebutan kata ini tidak memiliki pengertian yang spesifik mengarah pada satu objek. Sehingga kerap kali membuat bingung ketika hanya mendengarkan kalimatnya saja. Namun, akan terlihat perbedaannya ketika dituliskan dalam huruf Kanji. Adapun beberapa makna Hige dalam pengucapan bahasa Jepang terdapat pada penjelasan berikut:

1. Kumis

Secara umum, bila orang mengatakan Hige ketika berkomunikasi berarti ditujukan untuk kumis. Meskipun sebenarnya ada beberapa arti lain yang penyebutannya sama. Rambut yang tumbuh di bawah hidung ini biasanya hanya akan ditemukan pada pria. Adanya hormon Androgen memicu pertumbuhan rambut, di samping itu faktor keturunan juga sangat berpengaruh ada tidaknya kumis.

2. Jenggot

Rambut yang tumbuh di bagian bawah bibir dan dagu pada pria dewasa biasa disebut dengan jenggot. Di berbagai negara, terdapat beberapa keyakinan mengenai rambut yang tumbuh di bagian wajah ini. Ada yang lebih memilih merawat jenggot daripada kumis, namun juga ada yang kebalikannya. Tetapi, sangat jarang melihat penduduk Jepang berjenggot di masa modern.

3. Jambang

Bila rambut tumbuh di daerah sekitar pipi pada laki-laki dewasa, maka disebut dengan jambang. Pada dasarnya ada berbagai alasan bagi seseorang dalam menumbuhkan rambut di wajah. Misalnya ingin terlihat keren dan lebih dewasa dibandingkan sebelumnya. Ketika dirawat dengan baik dan tidak dibiarkan terlalu lebat, maka rambut jambang akan terlihat rapi.

Sejarah Hige Menjelang Abad ke-17

Sebenarnya keberadaan kumis sempat tenar pada abad pertengahan hingga memasuki periode Edo. Namun, biasanya hanya untuk seorang Samurai yang ingin menampilkan sisi keberaniannya. Ketika Samurai berkumis lebat, maka akan terlihat lebih tangguh. Justru orang lain akan memandang rendah seorang Samurai bila tidak menumbuhkan rambut pada bagian wajah.

Alasan inilah yang membuat banyak bangsawan militer Jepang berlomba-lomba dalam merawat Hige. Bahkan bila tidak mampu menumbuhkannya, maka akan memilih untuk menggunakan kumis palsu sebagai gantinya. Hal inilah yang diterapkan pada pimpinan Jepang yang paling berpengaruh yaitu Toyotomi Hideyoshi. Hingga kemudian banyak bangsawan militer lain yang mulai mengikutinya.

Kepercayaan mengenai kumis harus berakhir ketika muncul persepsi bahwa keberadaannya dapat menurunkan moral dan memicu perang Samurai. Sehingga untuk mengatasi masalah tersebut, banyak kepala keluarga yang memilih untuk mencukur kumis dan jenggot masing-masing. Sebagai gantinya, ditumbuhkanlah rambut panjang pada bagian paling belakang kepala yang disebut mage.

Gaya potongan rambut ini terbilang sangat unik, dimana seseorang akan memotong bagian paling depan rambut kepala. Tujuan untuk mencegah rasa panas ataupun gatal ketika mengenakan penutup kepala. Secara bertahap, kemunculan mage semakin dikenal dan menjadi sebuah kebanggaan bila dapat menerapkannya.

Untuk memotong rambut bagian depan, orang-orang jaman dulu telah menggunakan pisau cukur. Sedangkan rambut bagian belakang tetap dirawat dan dipanjangkan agar dapat diikat. Supaya terawat dengan baik, biasanya diberikan minyak sayur untuk menutrisi rambut. Sisa rambut yang panjang ini kemudian akan diikat ke atas agar lebih rapi.

Hingga menjelang abad ke-17, larangan menumbuhkan rambut di bagian wajah selain alis mulai ditetapkan. Peraturan tersebut juga diberlakukan serupa bagi para Samurai. Akan tetapi, bila seorang laki-laki memiliki bekas luka pada bagian wajah masih diberikan keringanan agar dapat merawat kumis atau jenggot dengan baik. Tujuannya untuk menutupi bekas luka tersebut agar tidak tampak jelas.

Perkembangan Hige Pada Abad ke-18

Semua laki-laki mulai menerapkan wajah bersih tanpa kumis, jenggot, maupun cambang pada akhir abad ke-17. Hingga kebiasaan ini mulai menjadi tipe ideal bagi sebagian besar warga Jepang. Sangat disayangkan bila terdapat golongan Ainu yang menentang peraturan tersebut dan masih menumbuhkan kumis. Sehingga golongan ini sering disebut dengan 'diskriminasi Hige' dalam sejarah yang beredar.

Memasuki abad ke-18, ketenaran Hige mulai memuncak lagi seiring menyebarnya budaya dari negara Barat. Hal ini memicu keinginan bagi sebagian bangsawan Jepang untuk menumbuhkan kumis dan jenggot kembali. Ada berbagai model dalam upaya merawat kumis di negara tersebut. Bahkan diantaranya dapat memanjangkan kumis hingga 70 cm bila diukur dari ujung ke ujung.

Namun kembalinya tradisi ini tidak mampu bertahan lama, ketenaran kumis kembali sirna setelah muncul gaya tampilan baru. Masyarakat menyebutnya dengan Modern Boy yang kemudian dipersingkat dengan MOBO saja. Dimana dalam masa ini, laki-laki akan lebih terlihat rapi dan sopan ketika tidak menumbuhkan kumis, jenggot, atau pun cambang.

Popularitas Hige Pada Masyarakat Modern

Memasuki era modern, adanya kumis tidak setenar pada masa lampau. Kebiasaan tersebut perlahan mulai tinggalkan masyarakat. Namun, masih ada sebagian kecil diantaranya yang tetap mempertahankan untuk merawat kumis dengan baik. Kendati demikian, sudah banyak beberapa perusahan Jepang yang mendisiplinkan seluruh karyawan agar tidak berkumis maupun berjenggot.

Adanya larangan ini tentu akan sangat menyulitkan bagi warga negara asing yang akan bekerja di Jepang. Terutama bagi pria yang mempunyai kumis tebal, setidaknya perlu merelakan untuk dicukur terlebih dahulu. Adanya rambut yang tumbuh pada wajah selain alis, justru terkesan tidak rapi dan kurang profesional bagi seorang karyawan.

Lebih ketat lagi, beberapa perusahaan Jepang seringkali menetapkan aturan 'tidak berjenggot' dalam penerimaan karyawan baru. Hal tersebut menjadi salah satu persyaratan yang harus terpenuhi ketika melamar pekerjaan. Sehingga, alangkah lebih baik memperhatikan penampilan terlebih dahulu sebelum datang ke kantor untuk wawancara.

Lantas bila seseorang bersikeras untuk menentang aturan tersebut, kemungkinan besar akan memperoleh masalah ketika bekerja. Meskipun sebenarnya merawat kumis merupakan hak setiap orang, akan tetapi justru lebih sulit ketika mempertahankannya. Sehingga resiko terbesar yang akan diperoleh karyawan berupa peringatan hingga pemberhentian kontrak kerja, tergantung dari pekerjaan apa yang ia jalani.

Melihat resiko yang akan diterima, sangat wajar bila kebanyakan orang tidak ingin mengalami kesulitan di tempat kerja. Sehingga cara paling aman adalah dengan tidak menumbuhkan kumis dan jenggot. Inilah mengapa jarang sekali menemukan penduduk Jepang yang berkumis, kecuali bila tidak terikat dengan perusahaan mana pun.

Demikianlah definisi mengenai Hige dan sejarahnya yang membuat banyak orang di Jepang tidak begitu tertarik untuk memeliharanya. Bila ingin terlihat rapi ketika tinggal di Jepang atau bekerja di negara tersebut, sebaiknya perhatikan peraturan ini. Sebab, beberapa perusahaan tidak akan segan memberhentikan karyawan yang memaksakan keinginan untuk memelihara kumis atau jenggot.

Baca juga: Bikin Tampilan Semakin Mempesona, Kenali Gaya Rambut Jepang yang Wajib Dicoba

Penulis

WeXpats
Di sini kami menyediakan artikel yang mencakup berbagai informasi yang berguna tentang kehidupan, pekerjaan, dan studi di Jepang hingga pesona dan kualitas Jepang yang menarik.

Sosial Media ソーシャルメディア

Kami berbagi berita terbaru tentang Jepang dalam 9bahasa.

  • English
  • 한국어
  • Tiếng Việt
  • မြန်မာဘာသာစကား
  • Bahasa Indonesia
  • 中文 (繁體)
  • Español
  • Português
  • ภาษาไทย
TOP/ Budaya Jepang/ Sejarah Jepang/ Mempelajari Sejarah dan Perkembangan Hige, Kumis dan Janggut di Jepang

Situs web kami menggunakan Cookies dengan tujuan meningkatkan aksesibilitas dan kualitas kami. Silakan klik "Setuju" jika Anda menyetujui penggunaan Cookie kami. Untuk melihat detail lebih lanjut tentang bagaimana perusahaan kami menggunakan Cookies, silakan lihat di sini.

Kebijakan Cookie