Gigi Hitam Ohaguro yang Sempat Populer di Jepang Jadi Standar Kecantikan Pada Masanya?

WeXpats
2021/07/12

Mempercantik diri bagi kaum wanita, tampaknya menjadi kebiasaan umum. Baik menggunakan kosmetik pabrikan maupun racikan herbal, upaya kaum wanita untuk tampil beda memiliki ciri khasnya masing-masing di negara yang berbeda. Contohnya adalah tradisi di Jepang bernama ohaguro, di mana wanita-wanita akan tampil penuh percaya diri dengan gigi berwarna hitam.

Tradisi Jepang ini bukan sembarang menghitamkan gigi. Bukan karena terkikis makanan manis, melainkan dengan sengaja diberi pewarna hitam dari bahan alami. Dengan demikian, gigi para perempuan Jepang akan berwarna hitam merata. Bukan hanya di negeri sakura, jika berkunjung ke Tiongkok maupun Kepulauan Pasifik, dapat ditemui juga tradisi penghitaman atau pewarnaan gigi.

Daftar Isi

  1. Mengenal Tradisi Ohaguro
  2. Sejarah Ohaguro
  3. Bahan serta Pembuatan Ohaguro
  4. Standar Kecantikan ala Jepang

Mengenal Tradisi Ohaguro

Tradisi ini sangat populer di Jepang meskipun membuat gigi berwarna hitam. Beberapa kaum pria juga ditemui melakukan tradisi tersebut, meskipun tak sebanyak wanitanya. Teknik penghitaman gigi ohaguro ini bahkan dipandang oleh masyarakat selama ratusan tahun sebagai nilai atau standar cantik kaum wanita. Meskipun hampir punah, beberapa masyarakat Jepang masih dilestarikan.

Umumnya, menghitamkan gigi menjadi hitam pekat dipraktikkan oleh wanita-wanita Jepang yang sudah menikah. Sehingga, pewarnaan tersebut sekaligus menunjukkan status pernikahan. Teknik pewarnaan tersebut diterapkan menggunakan yaitu arak beras, cuka, teh, serta bahan alami lainnya. Hal itu berarti, warna hitam tidak akan tinggal permanen.

Tradisi ini sekarang sudah banyak ditinggalkan, karena warna hitam pada gigi dinilai mengurangi estetika dalam dunia yang lebih moderen. Kebanyakan orang, termasuk masyarakat Jepang, memilih untuk memutihkan gigi agar cemerlang sehingga semakin percaya diri ketika tersenyum.

Sejarah Ohaguro

Menurut catatan sejarah, selain karena berkembangnya zaman moderen, tradisi ini ditinggalkan juga karena aroma yang tak sedap dari zat penghitam gigi ini. Meskipun pada zaman dahulu, hal tersebut sama sekali bukan masalah besar. Jika mengamati fosil atau kerangka tulang gigi pada era Jepang kuno, akan terlihat bercak hitam pada gigi.

1. Zaman Heian

Catatan sejarah panjang keberlangsungan tradisi tersebut terus diingat di tengah masyarakat Jepang. Heian, periode yang berlangsung pada Tahun 794 sampai 1185, telah menyimpan bukti yang menunjuukan tradisi ini bahkan berlangsung sebelum masanya. Popularitas tradisi ini merebak di periode ini, mengindikasikan keberlangsungan tradisi tersebut yang sebenarnya telah berlangsung pada masa Kofun.

Jika mengamati tata cara pernikahan tradisional di negara ini, akan didapati para wanitanya mengecat wajahnya menjadi putih sebelum prosesi pernikahan di kuil. Bersamaan dengan itu, gigi wanita yang akan menikah pun menjadi gelap pekat. Paduan warna putih dan hitam tersebut lah simbol penampilan sempurna dari seorang wanita.

Mode atau tradisi ini merebak dalam satu alasan lain, yaitu gigi kekuningan yang banyak dimiliki orang. Artinya, menghitamkan gigi membuat orang percaya diri, karena bisa menampilkan senyum indah dan tak terlihat kuningnya gigi. Hal ini berarti, pewarna hitam digunakan ohaguro lebih tepat dikatakan bahan penguat, alih-alih sekadar penutup kuning pada gigi.

2. Zaman Muromachi

Era Muromachi mempunyai kekhasan berbeda terkait teknik penghitaman warna gigi ini. Jika sebelumnya, tercatat yang mempraktikkan teknik ini hanya wanita dewasa yang akan menikah saja, pada zaman ini penghitaman gigi diterapkan kepada anak-anak, dalam rentang usia 8 sampai 10 tahun.

Gigi yang dihitamkan dilakukan juga oleh perempuan-perempuan bangsawan atau berstatus sosial tertentu. Sementara, anak-anak yang menerapkan praktik ini adalah anak para komandan militer. Tradisi ini diterapkan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa anak-anak tersebut mulai beranjak dewasa, meskipun secara usia belum juga tergolong dewasa.

Selain anak-anak, para ayah yang merupakan komandan militer juga melakukan hal yang sama pada giginya. Hal tersebut dilakukan oleh para ayah, utamanya jika mengalami luka bekas pertempuran yang harus ditutupi. Para militer sering menggunakan kosmetik perempuan guna menyamarkan cacat. Demikian halnya manakala ada perubahan karena luka pada kulit.

3. Periode Edo

Berlangsung mulai Tahun 1600-an hingga 1800-an, Periode Edo pun mempraktikkan tradisi ini di tengah masyarakatnya. Meski demikian, penerapannya terlihat sudah mulai jarang atau tidak seluas periode sebelumnya. Masyarakat yang melakukan penghitaman gigi pun serupa, yaitu para perempuan yang sedang mencari suami atau akan menikah.

Selain golongan perempuan yang hendak menikah, penghitaman gigi juga dilakukan oleh para geisha. Selain itu, orang-orang di kalangan aristokrat juga mempraktikkan teknik ini, agar terlihat status sosial orang yang memiliki hubungan dengan kekaisaran. Teknik ini tidak merebak bahkan mulai menurun penerapannya, utamanya karena alasan kepraktisan.

Di beberapa tempat di pedesaan Jepang, masyarakat cukup sibuk pada kegiatan pertanian. Itulah sebab yang membuat teknik ini semakin ditinggalkan, karena ada kegiatan lain yang mendesak dan lebih penting yaitu bekerja. Mewarnai hitam gigi hanya dilakukan ketika ada prosesi pemakaman atau pernikahan.

4. Masa Kini

Mulai akhir abad ke 18, pada awal periode Meiji serta Jepang era modern, praktik ini mulai menghilang bahkan punah. Bahkan, sempat muncul pelarangan teknik ini dari otoritas Jepang. Teknik ini hanya akan ditemui jika ada acara-acara tradisi semacam festival, atau bahkan hanya ada di layar kaca. Selain itu, para penghibur di distriknya pun sudah sangat jarang melakukan teknik tersebut.

Bahan serta Pembuatan Ohaguro

Teknik penghitaman gigi yang dilakukan oleh orang Jepang, sebenarnya tidak merusak tekstur gigi. Hal tersebut karena bahan pembuatnya yang digunakan merupakan bahan alami, serta diracik juga dengan cara tradisional. Meskipun berbau tak sedap, namun racikan ini sama sekali tidak mengandung bahan kimia berbahaya. Bahkan, disebut bisa menguatkan gigi.

Cairan yang diracik bernama Kanemizu. Racikan ini tidak dibuat dalam jumlah sedikit demi sedikit, melainkan langsung menggunakan air sebanyak 1,5 liter. Campur air hangat tersebut dengan setengah cawan cuka, atau sake pada beberapa resep. Aduk sebentar, pindahkan pada wadah agar bisa digunakan untuk dipanaskan.

Agar mendapatkan larutan yang baik, wadah sebaiknya menggunakan bahan besi panas. Tuangkan larutan cuka yang diencerkan tadi, lalu simpan selama kurang lebih satu minggu, atau sampai muncul buih-buih dalam 5 sampai 6 hari.

Pindahkan ke wadah lain, lalu simpan di tempat yang bisa menjaga kehangatannya. Selanjutnya, bubuk besi atau bubuk buah tanaman nurude dicampurkan dalam larutan cuka tersebut, sehingga didapatkan perubahan warna. Setelahnya, oleskan ke gigi secara merata. Jika sering digunakan, larutan inilah yang membuat gigi berwarna hitam permanen.

Standar Kecantikan ala Jepang

Praktik tersebut tergolong menarik dan juga unik, khususnya bagi perempuan ketika mendambakan penampilan sempurna. Zaman sekarang, senyum cemerlang sangat dicari, bahkan hingga menerapkan bleaching gigi. Akan tetapi, penghitaman ini, justru menjadi standar kecantikan bagi para wanita Jepang, khususnya bagi yang akan menikah. Padahal, pengantin merupakan pemilik acara yang harus tampil paling cantik di hari spesial tersebut.

Praktik ohaguro di Jepang memang sudah berangsur menghilang. Meski demikian, catatan sejarah menempatkan tradisi ini sebagai standar yang sangat berbeda dari kecantikan pada umumnya. Kecantikan bagi wanita Jepang bukan sekadar dilihat pada paras ayu, tetapi penampilan yang benar-benar berbeda di antara semuanya.

Baca juga: Tipe Wajah Orang Jepang. Wajah Saus? Wajah Kecap? Wajah Cuka? Mana Favoritmu?

Penulis

WeXpats
Di sini kami menyediakan artikel yang mencakup berbagai informasi yang berguna tentang kehidupan, pekerjaan, dan studi di Jepang hingga pesona dan kualitas Jepang yang menarik.

Sosial Media ソーシャルメディア

Kami berbagi berita terbaru tentang Jepang dalam 9bahasa.

  • English
  • 한국어
  • Tiếng Việt
  • မြန်မာဘာသာစကား
  • Bahasa Indonesia
  • 中文 (繁體)
  • Español
  • Português
  • ภาษาไทย
TOP/ Budaya Jepang/ Tradisi budaya Jepang/ Gigi Hitam Ohaguro yang Sempat Populer di Jepang Jadi Standar Kecantikan Pada Masanya?

Situs web kami menggunakan Cookies dengan tujuan meningkatkan aksesibilitas dan kualitas kami. Silakan klik "Setuju" jika Anda menyetujui penggunaan Cookie kami. Untuk melihat detail lebih lanjut tentang bagaimana perusahaan kami menggunakan Cookies, silakan lihat di sini.

Kebijakan Cookie