Kriminal Lansia di Jepang Meningkat: Penjara Lebih Baik daripada Kesepian dan Dililit Hutang

WeXpats
2021/07/14

Mungkin banyak di antara pembaca yang sudah tahu jika Jepang sekarang sedang menghadapi penurunan angka kelahiran atau dalam bahasa Jepang disebut dengan Shoushika (少子化). Angka penduduk lanjut usia jadi lebih banyak dibandingkan penduduk usia produktif. Akibatnya, biaya pajak dan iuran pensiun yang harus dikeluarkan penduduk usia produktif semakin mahal!

Penurunan angka kelahiran ini tentunya membawa banyak masalah baru di masyarakat Jepang. Angka tidak berbohong, ada tren yang terjadi di Jepang: jumlah orang lanjut usia yang melakukan kejahatan kecil meningkat. Di antara kejahatan ini, yang teratas adalah mengutil. Setelah melihat angka-angka ini, para peneliti dan ahli demografi menjadi bingung ketika mereka mencoba membuat hipotesis yang dapat menjelaskan tren yang mengejutkan ini.

Lansia di Jepang jadi Kriminal Demi Hidup Tenang

Sebagai salah satu ekonomi terbesar di dunia, ahli demografi menemukan peningkatan yang stabil dalam jumlah pengutil lansia ini cukup menarik. Untuk memahami apa yang sedang terjadi, mereka harus melihat ke lembaga-lembaga Jepang untuk melihat apakah ada celah atau masalah yang mungkin dihadapi para lansia.

Jepang memiliki sistem peradilan yang sangat keras, dan pengadilan tidak akan membiarkan pengutil lolos begitu saja dengan tindakan kriminal mereka. Untuk mencegah orang mengutil, penjahat bisa menghadapi hukuman berat bahkan karena mencuri barang termurah di toko kelontong. Bisa masuk penjara gara-gara mengutil? Bisa banget kok! Sayangnya, itulah yang diinginkan oleh beberapa lansia di Jepang.

Jujur, sistem pensiun Jepang tidak cukup untuk menutupi semua biaya hidup para lansia yang tentunya sudah tidak lagi mendapatkan pendapatan karena tidak lagi bekerja. Dengan demikian jika orang tua tidak memiliki sumber pendapatan atau tabungan lain, mereka akan berakhir dengan hutang karena harus membayar biaya hidup sehari-hari seperti membayar sewa, gas, air, perawatan kesehatan, bahkan makanan. 

Iya, biaya hidup di Jepang memang semahal itu. Untuk mengatasi hal ini, beberapa lansia di Jepang berusia 60 tahun ke atas telah menemukan solusi sederhana. Dengan melakukan kejahatan kecil seperti mengutil, mereka bisa berakhir di penjara, di mana mereka akan menerima tiga kali makan dalam sehari dan perawatan kesehatan gratis. Anggap saja mendapatkan jackpot.

Lebih buruk lagi, jumlah pelanggar kedua juga meningkat. Kesepian adalah alasan lain lansia di Jepang mungkin beralih ke kejahatan. Ketika tidak ada keluarga yang mensupport mereka, entah itu karena kematian anggota keluarga atau karena mereka tidak pernah menikah, orang-orang mencoba melakukan sesuatu untuk mengatasi perasaan kesepian tersebut. Kesepian ini menciptakan tindakan putus asa, yang membuat orang tua melakukan kejahatan kecil.

Kehidupan Penjara Lansia di Jepang

Penjara di Jepang mengalami kelebihan kapasitas karena jumlah tahanan yang terus meningkat. Sebenarnya siapa sih yang mau hidup di penjara? Kehidupan di penjara kan sama sekali tidak menyenangkan? Narapidana harus melakukan kegiatan tertentu, dan lansia tidak dapat mengikuti semua yang seharusnya mereka lakukan. Selain itu, penjara memiliki aturan yang sangat ketat yang dapat menambah perasaan kesepian dan terisolasi karena narapidana hanya diperbolehkan berbicara dengan narapidana lain pada waktu-waktu tertentu dan dengan suara yang sangat pelan.

Namun, bagi beberapa lansia di Jepang manfaatnya lebih besar daripada kerugiannya. Orang-orang yang telah merasakan bagaimana dipenjara, merasa nyaman mengetahui bahwa mereka makan tiga kali sehari, perawatan kesehatan, dan atap di atas kepala mereka.

Begitu masuk, banyak narapidana mulai mempertimbangkan kehidupan di penjara sebagai satu-satunya jenis kehidupan yang bisa mereka miliki. Hal ini menimbulkan masalah karena mereka tidak lagi memikirkan kemungkinan memiliki kehidupan di luar penjara, menerima kurungan diam yang disediakan dinding sel sebagai rumah baru mereka.

Lansia di Jepang Akan Menjadi Beban Anak Muda?

Sedih rasanya memikirkan beberapa lansia di Jepang dan warga miskin melakukan kejahatan untuk mendapatkan tempat tidur yang hangat dan makanan di piring setiap hari. Hal ini jadi salah satu masalah terbesar yang dihadapi Jepang karena populasinya terus bertambah. Pada tahun 2026, diperkirakan akan ada 40% populasi lansia di Jepang, yang dapat menjadi beban besar bagi institusi, keluarga, dan pekerja muda saat ini.

Selama pemerintahan Perdana Menteri Abe saja, kesenjangan antara si kaya dan si miskin mulai terus melebar. Pajak penjualan yang meningkat dari 8% dan kemudian menjadi 10% pun telah menciptakan masalah besar bagi individu dan keluarga di Jepang, terutama mereka yang menghadapi kemiskinan.

Meningkatnya Angka Bunuh Diri Lansia di Jepang

Tingkat bunuh diri yang mengkhawatirkan di kalangan pensiunan juga menunjukkan kesulitan yang dihadapi para lansia. Selalu ada impian atau cita-cita tentang seperti apa kehidupan setelah pensiun nanti. Meskipun masyarakat secara keseluruhan cenderung mempersiapkannya dengan cermat, hal-hal tak terduga bisa jadi jauh lebih rumit dalam kenyataan. 

Lansia mungkin tidak dapat melakukan perjalanan sebanyak yang mereka inginkan karena usia, penyakit jangka panjang yang tiba-tiba dapat mengubah semua rencana, dan ekonomi yang melumpuhkan dapat membebani rekening tabungan dan pensiun. Menghadapi banyak masalah ini dan kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan telah berkontribusi pada tingginya angka bunuh diri yang kita lihat hari ini.

Masalah Lain dari Penurunan Angka Kelahiran di Jepang

Ada beberapa poin besar dari masalah yang muncul karena angka kelahiran yang menyusut di Jepang. Seperti layaknya masyarakat modern di kota-kota besar lainnya, kehidupan romansa dan pernikahan bukan lagi jadi prioritas dalam hidup. Apalagi punya anak di tengah mahalnya biaya hidup di Jepang? Kalau sudah kaya raya baru deh berani punya anak. Berani bikin anak tapi gak bisa menghidupinya ya berabe juga.

Pertama, biaya hidup yang mahalnya minta ampun memunculkan ambisi baru di generasi muda Jepang. Pindah dan berkarir di kota besar, mendapatkan gaji yang oke dan hidup serba praktis di perkotaan. Akibatnya penduduk desa semakin berkurang. Banyak desa yang sudah tidak ditinggali anak muda. Pemerintah Jepang dan pemerintah daerah sampai membuat kampanye macam-macam untuk mengundang anak muda kembali ke desa. Atau setidaknya, ada warga negara asing yang bersedia untuk tinggal dan bekerja di desa.

Kedua, seperti yang sudah dijabarkan di atas, penduduk usia produktif harus mengeluarkan pajak dan iuran pensiun lebih banyak untuk menghidupi lansia di Jepang. Karena ini, pemerintah juga gencar mencari tenaga kerja asing. Kalau benar-benar tidak ada tenaga kerja asing yang membantu perekonomian Jepang, wah gak kebayang berapa banyak pajak yang harus dikeluarkan setiap bulannya.

Terakhir, penutupan fasilitas publik. Tidak ada anak-anak, tidak ada siswa baru di sekolah. Tidak ada siswa? Sekolah tutup. Sudah entah berapa banyak sekolah yang tutup karena sudah tidak punya cukup murid. Ingat dengan desa Nagoro yang isi penduduknya lebih banyak boneka seukuran manusia dibandingkan manusianya sendiri? Sekolah di desa ini tutup pada tahun 2012 setelah dua siswa terakhirnya di kelas enam lulus. Kalau begitu, akan sulit untuk menyekolahkan anak di desa ini dong? Ya, pada akhirnya keluarga muda pun akan pindah ke tempat lain agar kebutuhan pendidikan anak-anaknya terpenuhi.

Penulis

WeXpats
Di sini kami menyediakan artikel yang mencakup berbagai informasi yang berguna tentang kehidupan, pekerjaan, dan studi di Jepang hingga pesona dan kualitas Jepang yang menarik.

Sosial Media ソーシャルメディア

Kami berbagi berita terbaru tentang Jepang dalam 9bahasa.

  • English
  • 한국어
  • Tiếng Việt
  • မြန်မာဘာသာစကား
  • Bahasa Indonesia
  • 中文 (繁體)
  • Español
  • Português
  • ภาษาไทย
TOP/ Budaya Jepang/ Kehidupan orang Jepang/ Kriminal Lansia di Jepang Meningkat: Penjara Lebih Baik daripada Kesepian dan Dililit Hutang

Situs web kami menggunakan Cookies dengan tujuan meningkatkan aksesibilitas dan kualitas kami. Silakan klik "Setuju" jika Anda menyetujui penggunaan Cookie kami. Untuk melihat detail lebih lanjut tentang bagaimana perusahaan kami menggunakan Cookies, silakan lihat di sini.

Kebijakan Cookie