Selain kebudayaan dan bahasanya, keluarga Jepang pun menarik untuk diperhatikan. Ada konsep “Ie” yang merupakan pola hubungan kekerabatan dan tumbuh kuat di masyarakat Jepang. Konsep ini akan dijelaskan lebih detail di bawah sekaligus membahas bagaimana kehidupan orang Jepang di dalam keluarganya.
Saat membicarakan tentang keluarga Jepang, maka peran orang tua tidak bisa dipisahkan. Orang tua memiliki peran yang cukup vital bagi anak-anaknya, khususnya seorang ibu. Sebab, bagi orang Jepang rumah adalah tempat pertama nilai-nilai moral dan tata krama ditanamkan. Dalam membesarkan anak, orang tua Jepang memandang ini adalah tugas khusus layaknya sedang memelihara tanaman agar tumbuh baik.
Daftar Isi
- Tentang Ie (Sistem Keluarga Jepang)
- Cara Mengasuh Anak Ala Orang Jepang
- Anggota Keluarga Inti dalam Bahasa Jepang
- Sebutan untuk Hubungan Saudara atau Kekerabatan Lainnya
Tentang Ie (Sistem Keluarga Jepang)
Dilihat dari sejarahnya, sistem Ie mendapat pengaruh kuat dari ajaran konfusius, yakni nilai “Gorin” dan “Gojo”. Gorin menjelaskan tentang lima dasar hubungan antar manusia, yaitu “kun-shu” (penguasa dan pengikut), “oya-ko” (orang tua dengan anak), “fu-fu” (suami-istri), “ani-ototo” (kakak laki-laki dan adik laki-laki), dan “nakama” (hubungan antar teman).
Sedangkan gojo menerapkan lima nilai moral hubungan antar manusia, yaitu “jin” (perikemanusiaan), “gi” (keadilan), “chi” (pengertian), “rei” (sopan-santun), dan “shin” (keyakinan). Namun jika diartikan secara kanji, “Ie” artinya adalah rumah atau keluarga. Meski pada kenyataannya konsep Ie tidaklah sesederhana itu. Sistem kekeluargaan ini unik dan hanya ditemukan di Jepang.
Sebagai wujud perilaku khas kebudayaan Jepang, Ie mengatur banyak hal, mulai dari sistem keluarga Jepang hingga interaksi sosial di masyarakat. Oleh sebab itu, Ie bisa dipahami dari dua sisi, yakni sebagai unit keluarga dan unit kerja sama. Dari sisi keluarga, Ie bersifat patriarki dan disatukan berdasarkan hubungan suami-istri. Sedangkan, sebagai satuan unit artinya hubungan Ie didasari oleh partisipasi orang-orang dalam mengelola usaha dan fungsional Ie.
Supaya lebih mudah memahaminya, berikut adalah kriteria seseorang yang bisa dianggap Ie:
-
Hubungan sedarah secara patrilineal (fukei seidou), yaitu kakek, nenek, ayah, ibu, anak-anak, cucu, dan anggota kekerabatan secara langsung.
-
Hubungan kerabat sedarah (ketsuzoku) beserta keluarganya, seperti saudara kandung dan suami atau istrinya, kemenakan pasangan, dan sebagainya.
-
Orang yang memiliki hubungan baik bisa diangkat dalam Ie, misalnya pembantu rumah tangga yang setia bekerja bertahun-tahun, karyawan yang telah mengabdi lama dan integritasnya terjamin, dan sebagainya.
-
Hubungan keluarga yang tidak ada ikatan darah langsung, seperti menantu beserta keluarganya.
Artikel Pilihan
Cara Mengasuh Anak Ala Orang Jepang
Apabila menggali lebih dalam tentang konsep Ie, maka akan terlihat kalau peran laki-laki dalam keluarga Jepang sangat penting. Menjadi seorang ayah adalah sosok dengan tanggung jawab besar. Namun peran ibu pun tak kalah pentingnya. Dengan demikian, suami-istri di Jepang bekerja sama dengan baik dalam merawat anak-anaknya.
Mereka lebih senang menghabiskan waktu di rumah untuk membangun bonding dengan anak, khususnya di waktu makan. Semua berkumpul di meja makan dan melakukan tradisi khas Jepang, seperti mengucapkan “itadakimasu dan “gochisousama deshita”, serta tata krama lainnya. Dari kedekatan yang dibangun, maka para orang tua lebih mudah menanamkan kedisiplinan lewat cara keterbukaan bukan berdasarkan hukuman.
Selain itu, rasionalitas dan praktis adalah metode yang digunakan dalam mendidik anak-anak. Pola pengasuhan ini mengintegrasikan antara nilai-nilai yang ingin ditanamkan dengan praktik dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, selalu berterima kasih setelah mendapatkan bantuan, mengucapkan maaf jika bersalah, mengecilkan suara jika berada di tempat umum, menceritakan apapun kepada ayah atau ibu, setiap makanan harus dihabiskan dan tidak boleh dibuang, dan masih banyak lagi.
Anggota Keluarga Inti dalam Bahasa Jepang
Di setiap negara memiliki panggilannya masing-masing untuk anggota keluarga. Seperti di Indonesia, ada ayah, ibu, kakak, adik, kakek, ataupun nenek. Begitu pun dengan negara Jepang, ada panggilan khusus untuk anggota keluarga. Panggilan ini dibedakan berdasarkan kepemilikan sendiri dan orang lain. Untuk panggilan orang lain, kata yang digunakan lebih halus agar terlihat sopan. Panggilan-panggilan tersebut adalah:
1. Otousan
“Otousan” merupakan panggilan untuk ayah dalam bahasa Jepang. Sebenarnya ada juga istilah “papa”, namun panggilan “otousan” dianggap lebih sopan. Oleh sebab itu kata “otousan” biasa dipakai juga untuk menunjukkan ayah seseorang. Jika ingin menekankan untuk menunjukkan “ayah saya” bisa menggunakan kata “chichi”.
2. Okaasan
Sama seperti “otousan”, sebutan “okaasan” juga bentuk formal dari “mama”. Anak-anak Jepang biasanya menggunakan akta “okaasan” agar terdengar lebih sopan. Tapi mereka pun biasanya menggunakan kata “haha” saat memperkenalkan ibu sendiri.
3. Oniichan
Sebutan “oniichan” merujuk pada cara memanggil kakak laki-laki. Penyebutan ini biasa digunakan untuk menekankan kakak laki-laki tersebut adalah saudara kandung. “Ani” juga digunakan saat menceritakan kakak laki-laki sendiri ke orang lain. Jika kakak laki-laki bukan berasal dari keluarga inti, maka sebutannya berubah menjadi “oniisan”. “Oniisan” juga bisa diartikan sama dengan sebutan “mas” di Indonesia/
4. Oneechan
Mirip seperti “oniichan”, hanya saja panggilan “oneechan” ditujukan untuk kakak perempuan, dan “Ane” saat menceritakan kakak sendiri ke orang lain. Ini pun dipakai untuk menjelaskan bahwa hubungan yang terjalin adalah satu darah. Kalau bukan, maka panggilan kepada kakak perempuan adalah “oneesan”. “Oneesan” juga digunakan sebagai sebutan “mbak” di Indonesia.
5. Otouto
Untuk seorang adik pun ada panggilan khususnya, yaitu “otouto”. Ini menunjukkan adik tersebut adalah adik laki-laki kandung. Meskipun seorang kakak di Jepang sering memanggil adiknya langsung dengan nama. Sedangkan untuk adik laki-laki yang bukan kandung panggilannya adalah “otoutosan”.
6. Imouto
Berbeda dengan adik perempuan, biasanya di belakang nama mereka ditambahkan dengan panggilan “-chan”. Namun dalam bahasa Jepang adik perempuan disebut juga dengan “imouto”. Sedangkan adik perempuan orang lain dipanggil dengan “imoutosan”.
7. Ojichan
Dalam keluarga Jepang, sosok kakek masih dianggap penting keberadaannya. Panggilan untuk kakek adalah “ojichan”. Namun jika ditujukan untuk kakek orang lain atau menggunakan kata yang lebih halus adalah “ojisan”.
8. Obachan
Terakhir, seorang nenek pun punya panggilan khususnya, yaitu “obachan”. Sama seperti kakek, untuk panggilan yang lebih sopan atau menunjukkan nenek orang lain adalah “obasan”. Keberadaan nenek tak kalah pentingnya dalam keluarga Jepang layaknya seorang kakek.
Sebutan untuk Hubungan Saudara atau Kekerabatan Lainnya
Menariknya dari penyebutan anggota keluarga Jepang adalah mereka tidak membedakan mana yang kandung dan tiri. Jika sudah terjalin dalam satu ikatan perkawinan, maka saudara-saudaranya akan dianggap kandung. Sedangkan untuk hubungan saudara atau kekerabatan lainnya memiliki panggilan sebagai berikut:
-
Oji: paman
-
Oba: tante
-
Itoko: sepupu
-
Oi: keponakan laki-laki
-
Mei: keponakan perempuan
-
Mago: cucu
-
Shinseki: saudara / kerabat
-
Shujin: suami
-
Tsuma: istri
Dalam mengenalkan anggota keluarganya, orang Jepang sering menggunakan panggilan anggota keluarga Jepang kepemilikan sendiri, seperti “haha”, “chichi”, “otouto”, “imouto”, dan sebagainya. Panggilan dengan kata formal digunakan saat menceritakan keluarga orang lain.
Mendalami hubungan antar anggota keluarga Jepang dan tatanan sosialnya sungguh menarik. Ada banyak hal yang hanya terjadi di Jepang dan tidak dapat ditemukan di kebudayaan lain, apalagi budaya barat. Belum lagi adanya konsep “uchi-soto” yang membedakan pola interaksi orang Jepang terhadap orang lain saat bersosialisasi. Ini menjadi suatu bahasan berbeda yang tak kalah menarik untuk digali lebih dalam.
Baca juga: Cara Pemberian Nama Orang Jepang dan Tata Krama Memanggilnya