Selalu ada makna mendalam di balik setiap aktivitas orang Jepang. Hal ini pun terlihat dalam upacara minum teh di Jepang. Kegiatan minum teh tidak bisa sembarangan atau non-formal layaknya di beberapa negara barat. Minum teh menjadi sebuah ritual khusus bagi orang Jepang yang membutuhkan persiapan tertentu.
Upacara minum teh di Jepang sudah menjadi tradisi sejak ribuan tahun lalu. Budaya ini dilestarikan secara turun temurun dan masih eksis sampai sekarang. Bahkan bagi orang asing yang jatuh cinta dengan kebudayaan Jepang membentuk komunitas minum teh ala orang Jepang. Anggotanya terdiri dari tua dan muda dan biasanya komunitas tersebut didampingi oleh orang Jepang asli.
Daftar Isi
- Berawal dari Chanoyu
- Nilai-Nilai Filosofis dari Tradisi
- Peralatan dan Tata Cara Tradisi Minum Teh di Jepang
- Perlengkapan Lainnya untuk Upacara
Artikel Pilihan
Berawal dari Chanoyu
Banyak orang yang bertanya-tanya, “apa bedanya sado dengan chanoyu?”. Istilah “sado” dipakai untuk upacara minum teh di Jepang, sedangkan “chanoyu” secara harfiah artinya adalah “air panas untuk teh”. Namun “chanoyu” juga memiliki nama lain, yaitu “chado” yang dalam perkembangannya lebih sering disebut “sado”. Akhirnya, hingga kini acara minum teh dikenal dengan “sado”.
Ada pula yang berpendapat bahwa “chado” cenderung kepada acara minum teh beserta tata pelaksanaannya. Sedangkan “sado” lebih kepada makna-makna di balik pelaksanaan upacara minum teh tersebut. Oleh sebab itu, antara “chanoyu” dan “sado” tidak dapat dipisahkan.
Upacara minum teh di Jepang sebenarnya berasal dari Tiongkok. Masyarakat di sana minum teh sebagai langkah pengobatan tapi lama kelamaan hal ini menjadi kebiasaan. Pada abad ke-12, para samurai mulai mengikuti kebiasaan ini hingga akhirnya dibuatlah sebuah upacara. Barulah di abad ke-16, kebiasaan minum teh mulai tersebar di seluruh masyarakat Jepang.
Sosok Sen no Rikyu tak bisa dipisahkan saat membicarakan tentang budaya minum teh di masyarakat Jepang. Dialah yang memperkenalkan tradisi ini sehingga akhirnya meluas ke seluruh Jepang. Saat itu ia dipandang sebagai seseorang yang terhormat dan sangat terkenal. Ajarannya yang hingga kini menjadi prinsip upacara minum teh di Jepang adalah “ichi-go ichi-e”, yaitu sebuah pertemuan harus dihargai karena belum tentu dapat terulang kembali.
Nilai-Nilai Filosofis dari Tradisi
Upacara minum teh di Jepang mengajarkan bahwa momen ini bukan sekedar dua orang atau lebih bertemu lalu menghabiskan waktu bersama. Lebih dari itu, acara minum teh memiliki latar belakang filosofis yang mendalam sehingga sangat mempengaruhi kepribadian dan sikap orang Jepang. Inilah nilai-nilai yang tercermin dalam setiap aktivitas pada upacara tersebut:
1. Wa
“Wa” artinya “harmoni”. Ini menandakan kalau tuan rumah menciptakan ruang minum teh selaras dengan alam. Tak hanya itu, seluruh peralatan minum teh pun warnanya harus senada dan bertema sama. Jika semuanya sudah sejalan, maka dipercaya kalau hati pun akan terbuka antara satu dengan lainnya kemudian suasana minum teh menjadi hangat.
2. Kei
“Kei” artinya “hormat”. Perilaku hormat harus dari kedua belah pihak. Seorang tamu masuk lewat pintu kecil bernama “nijiriguchi” sambil berlutut dan membungkuk, lalu duduk bersebelahan dengan posisi seiza. Dari sisi tuan rumah, harus menghargai saat tamu datang. Salah satunya dengan memastikan semua peralatan lengkap, dapat berfungsi dengan baik, dan tidak kurang.
3. Sei
“Sei” artinya “kemurnian” atau “kebersihan”. Nilai ini tak hanya tercermin pada alat-alat dan tempat upacara minum teh berlangsung, tetapi juga dari hati tuan rumah dan tamu. Saat acara berlangsung, keduanya harus menyingkirkan pikiran-pikiran negatif serta kekhawatiran hidup sehari-hari. Di ruangan minum teh semuanya harus berjalan lambat dan saling menikmati waktu satu sama lain.
4. Wabi Sabi
“Wabi sabi” terdiri dari dua kata, yaitu “wabi” (kemurnian jiwa) dan “sabi” (kesederhanaan atau jalan keluhuran hidup). Nilai-nilai ini terlihat dari bagaimana seorang tuan rumah mendesain ruangannya. Interior akan diisi dengan hiasan-hiasan unik, suasana begitu dekat dengan alam, dan hal-hal alami lainnya.
5. Jaku
“Jaku” artinya “ketenangan”. Makna ini baru bisa dicapai kalau nilai wa, kei, dan sei sudah terpenuhi sebab jaku adalah puncak dari segalanya. Nilai ini dipercaya berkaitan erat dengan seberapa tenang seseorang dalam menghadapi persoalan hidupnya.
6. Kebersamaan
Seseorang yang diundang untuk menghadiri upacara minum teh di Jepang, maka bisa dianggap telah akrab dengan tuan rumahnya. Tidak hanya sebagai teman atau sahabat, tetapi sudah dekat layaknya keluarga atau kerabat sendiri. Oleh sebab itu, acara minum teh dapat meningkatkan rasa kekeluargaan yang lebih erat untuk hidup berdampingan.
7. Kepribadian
Seluruh hal yang berhubungan dengan pelaksanaan upacara minum teh akan menggambarkan kepribadian tuan rumahnya. Pengetahuan, karakter, tujuan hidup, cara pandang, dan sebagainya terlihat dari serangkaian acara ini. Misalnya, bagaimana seorang tuan rumah memilih peralatan, lukisan sebagai dekorasi, hingga bunga yang ada di atas meja.
8. Pembelajaran
Terakhir, tak hanya tuan rumah yang harus mempelajari seluk beluk pelaksanaan upacara minum teh, tetapi seorang tamu pun harus memiliki pengetahuan yang sama. Dengan menghadiri upacara minum teh, seorang tamu diharapkan dapat terus belajar dalam menyikapi hidup, menghadapi orang lain, serta menghargai apa yang diberikan alam kepadanya.
Peralatan dan Tata Cara Tradisi Minum Teh di Jepang
Dalam upacara minum teh ini, persiapan tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Seorang tuan rumah atau yang menyelenggarakan acara minum teh harus mempunyai pengetahuan mengenai tipe teh, kimono, shodo (kaligrafi Jepang), ikebana, dan tradisi-tradisi lainnya. Namun sebagai pengetahuan dasar, berikut adalah dua hal yang harus dipahami:
1. Alat-Alat yang Dibutuhkan
Acara minum teh di Jepang tidak sesederhana yang dipikirkan. Alat-alat yang dibutuhkan bukan hanya cangkir dan teko saja. Inilah peralatan utama yang harus ada:
-
Okama (alat pemanas air)
-
Chagama (kendi teh untuk merebus air)
-
Natsume (tempat untuk bubuk teh)
-
Chashaku (sendok teh)
-
Chasen (pengaduk teh)
-
Chakin (kain untuk mengelap mangkuk teh)
-
Chawan (cawan teh)
-
Hishaku (sendok besar untuk menuangkan air)
-
Mizu sashi (tempat air bersih untuk ocha)
-
Koboshi (wadah untuk mencuci bekas teh)
-
Onatsume (gelas tempat ocha)
-
Ocha syaku (ocha yang digunakan untuk upacara)
2. Urutan Upacara Minum Teh di Jepang
Saat sudah berada di dalam ruangan minum teh, seorang tamu tidak bisa begitu saja menikmati hidangan. Ada aturan-aturan yang harus ditaati dalam tradisi ini, yaitu:
-
Seorang ahli Chanoyu akan mempersiapkan hidangan teh dan memberikan cangkir kepada tamunya. Tamu laki-laki akan diberi cangkir dengan model yang simpel atau polos, sedangkan tamu perempuan akan mendapat cangkir bunga.
-
Duduk dengan posisi tegak dan kedua kaki dilipat ke belakang.
-
Saat akan mengambil teh, ambillah dengan posisi agak bersujud dan menggunakan tangan kanan. Kemudian letakkan mangkuk di atas telapak tangan kiri saat sudah kembali ke posisi semula.
-
Sebelum mendekatkan cangkir ke bibir, putar cangkir sebanyak tiga kali dalam 180 derajat. Jangan sampai lupa karena tuan rumah akan tersinggung dan pastikan motif bunga menghadap tuan rumah sebagai tanda tehnya nikmat.
-
Jika teh akan habis, buat suara menyeruput pada tegukan terakhir. Ini menunjukkan bahwa seorang tamu sangat menikmati teh yang dihidangkan.
-
Lap bagian ujung cangkir menggunakan tangan kanan, lalu putar berlawanan dengan arah jarum jam sebelum dikembalikan kepada tuan rumah.
Perlengkapan Lainnya untuk Upacara
Selain dari peralatan di atas, masih ada alat-alat lainnya untuk melengkapi acara ini. Walaupun bukan alat utama, namun sebaiknya benda-benda di bawah tidak dilupakan, yaitu:
-
Ikebana (rangkaian bunga)
-
Ojiku (kaligrafi)
-
Senshu (kipas)
-
Tokonoma (lukisan gantung)
-
Kaishi (tempat makanan selama minum teh)
-
Kashikiri (alat pemotong kue)
-
Pakaian dengan tema khusus namun tidak mencolok (tidak memakai perhiasan dan minyak wangi yang beraroma kuat)
-
Chaisitsu (ruangan khusus minum teh)
Setelah menyimak pembahasan di atas mungkin sebagian orang menganggap kalau upacara minum teh di Jepang sangat rumit. Memang tradisi ini bukanlah hal yang bisa dipelajari dengan mudah dan cepat. Mengingat acara minum teh bukan sekedar menjamu tamu, tetapi seluruh pikiran dan sikap harus harmonis. Jika ingin belajar, saat ini ada banyak komunitas dan orang-orang Jepang yang dengan senang hati akan membimbing.