Cerita rakyat Jepang tentang tanuki banyak sekali digambarkan dan populer hingga saat ini. Salah satunya adalah Kachi-Kachi Yama, cerita tentang seekor rakun yang membalas budi baik seseorang dengan kejahatan. Selain folklore, nama ini juga dikenal sebagai sebuah pegunungan yaitu Gunung Kachi-Kachi, yang juga banyak dijumpai ornament serupa folklore-nya.
Daftar Isi
- Jalan Cerita Kachi-kachi Yama
- Variasi Cerita Modern Kachi-kachi Yama
- Objek Wisata
- Akses Ke Kachi-kachi Yama
Jalan Cerita Kachi-kachi Yama
Cerita Kachi-kachi Yama merupakan folklore populer di Jepang, yang menceritakan tentang seekor kelinci yang menghukum tanuki. Hukuman itu diberikan akibat perbuatan jahat tanuki pada seorang nenek yang bahkan telah menolongnya. Versi asli dari cerita ini dinilai terlalu sadis, sehingga sering diperhalus ketika diceritakan pada anak-anak.
Beberapa versi menghadirkan cerita si nenek yang ternyata tidak terbunuh. Bahkan, ada yang memodifikasi dengan kelinci dan tanuki yang akhirnya berteman di akhir cerita karena kelinci menolong tanuki yang tenggelam. Versi adaptasinya ada juga yang diberi nama Pinky dan Pindu untuk tanuki dan kelinci.
1. Tanuki yang Jahat
Cerita awalnya adalah tentang seekor tanuki yang harus menerima berbagai perlakuan kelinci yang balas dendam. Sebenarnya, cerita tentang jahatnya tanuki baru ditambahkan pada zaman Edo. Hal ini untuk memberikan pesan bahwa perbuatan jahat pantas mendapat balasan.
Seperti diceritakan, alkisah ada seorang kakek yang menangkap rakun yang telah mengganggu ladangnya. Kakek itu mengikat rakun tersebut di pohon dan berniat akan memasaknya. Ketika kakek itu pergi, rakun atau tanuki itu menangis dan terdengar oleh istri sang kakek. Dia pun segera membebaskan hewan itu, namun ternyata hal itu hanya untuk membuatnya berbalik dan membunuhnya. Tanuki kemudian merencanakan trik busuk.
Menggunakan kemampuan berubah bentuk, tanuki menyamar sebagai istri dan memasak sup, menggunakan daging wanita yang sudah mati. Ketika pria itu pulang, tanuki menyajikan sup untuknya. Setelah makan, tanuki kembali ke penampilan aslinya dan mengungkapkan pengkhianatannya sebelum melarikan diri dan meninggalkan pria malang itu dalam keterkejutan dan kesedihan.
Sebelum Tanuki pergi, dia menertawakan pria itu untuk mencemooh dan berkata, “Kamu orang tua pemakan istri kamu! Apakah kamu tidak melihat tulang-tulang di bawah lantai?”. Meskipun pria itu mengejar Tanuki, Tanuki berhasil lolos.
2. Tricky Rabbit
Pasangan itu berteman baik dengan seekor kelinci yang tinggal di dekatnya. Kelinci mendekati pria itu dan mengatakan kepadanya bahwa ia akan membalas kematian istrinya. Berpura-pura berteman dengan tanuki, kelinci kemudian menyiksanya dengan berbagai cara. Mulai dari menjatuhkan sarang lebah di atasnya hingga mengobati sengatannya dengan tapal yang panas.
Kelinci sahabat si kakek melakukan berbagai trik untuk membalaskan dendam kematian majikannya. Tanuki yang semakin didekati oleh kelinci, semakin menganggap kelinci teman yang dipercaya. Kelinci mengajaknya mengumpulkan kayu bakar untuk mendapat uang. Setelah banyak mengumpulkan kayu, tanuki berjalan dengan memanggul kayu yang sangat banyak dan berat. Kelinci berada di belakangnya dan seketika membakar kayu yang digendong oleh tanuki.
Kachi-kachi yang digunakan di cerita ini merupakan onomatope dari bunyi gesekan batu, atau “crek-crek” dalam Bahasa Indonesia. Ketika berjalan, tanuki mendengar bunyi "kachi-kachi" tersebut namun pandangannya terhalang gendongan kayu.
Tanuki bertanya pada kelinci tentang bunyi yang didengarnya. Kelinci pun menjawab, kalau itu adalah bunyi dari Kachi-kachi Yama atau Gunung Kachi-kachi yang jaraknya tak jauh dari sini. Kelinci pun membakar kayu sehingga tanuki terluka punggungnya.
Alih-alih menolong, kelinci justru mengoleskan mustard pada luka tanuki. Kelinci mengatakan bahwa ia membawa salep luka bakar, padahal mustard yang akan semakin perih membakar luka di punggung tanuki. Tanuki pun semakin kesakitan.
3. Tenggelam di Perahu Lumpur
Pada akhir cerita, kelinci mengajak tanuki pergi memancing di danau. Kelinci membuat perahu dari kayu, namun untuk tanuki dibuatkannya perahu dari lumpur. Dengan begitu, perahu yang dinaiki tanuki hancur dan tenggelam. Meskipun berusaha sekuat tenaga berenang ke tepian, kelinci memukulinya sampai tenggelam.
Kelinci itu kemudian kembali ke rumah sang kakek. Ia memberitahunya tentang pembalasan yang dilakukan, juga bahwa tanuki itu telah mati tenggelam. Kabar itu sangat melegakan sang lelaki tua. Dia berterima kasih kepada kelinci atas perbuatannya.
Artikel Pilihan
Variasi Cerita Modern Kachi-kachi Yama
Ada versi lain yang mengubah beberapa detail cerita, seperti parahnya apa yang dilakukan tanuki terhadap wanita itu dan bagaimana tanuki mendapatkan perahu lumpur. Cerita ini bahkan diadaptasi ke dalam video game Super Mario Sunshine.
Dalam game tersebut di level "Noki Bay", Mario bertemu dengan "Tanooki" yang memberikan tumpangan gratis di perahu lumpur, sebuah scene yang mirip dengan folklore ini. Sementara perahu-perahu ini dapat tetap mengapung, mereka akan selamat. Namun jika mereka diam terlalu lama atau menabrak sesuatu, maka seketika mereka akan tenggelam.
Objek Wisata
Selain dikenal sebagai folklore, Kachi-Kachi Yama juga merupakan sebuah objek wisata yang populer dengan berbagai objek. Berada di area Gunung Fuji dan Danau Kawaguchi, tempat ini sangat direkomendasikan untuk diekspor oleh para pengunjung.
1. Kereta Gantung
Cerita Kachi-kachi Yama memang muncul di daerah Gunung Tenjo ratusan tahun silam. Maka, orang mengabadikan folklore itu di tempat yang kemudian ramai dikunjungi wisatawan. Kachi-Kachi Yama Ropeway merupakan kereta gantung yang tak boleh dilewatkan.
Ketika menaikinya, akan ada banyak pemandangan yang bisa diabadikan. Tidak perlu takut ketika kereta gantung mengantri ketika berada di atas. Dari puncak gunung ini, pengunjung bisa melihat kemegahan Gunung Fuji dari ketinggian 1075 MDPL.
2. Danau Kawaguchi
Selain menikmati pemandangan Gunung Fuji, ada juga Danau Kawaguchi yang bisa dinikmati dari ketinggian. Di area danau ini, pengunjung bisa menikmati minum teh Tanuki. Sebuah suguhan yang disesuaikan namanya dengan folklore yang melegenda tersebut.
3. Bell of Tenjo dan Karawake
Selain itu, pengunjung juga bisa melempar gelas sake yang bernama “Karawake”. Gelas itu bisa dibeli seharga 100 Yen di tempat minum teh tanuki. Gelas yang dilempar melewati tengah lingkaran danah, maka keinginan yang kita cita-citakan akan terkabul.
Ada pula Bell of Tenjo yang merupakan monumen berbentuk hati, terletak persis di hadapan Gunung Fuji. Nyatakan harapan bersama pasangan lalu bunyikan bel, maka hubungan cinta pasangan tersebut akan bertahan lama. Mitos-mitos dari folklore ini masih banyak mengundang minat wisatawan hingga saat ini.
Akses Ke Kachi-kachi Yama
Pengunjung bisa mengakses lokasi ini dengan mudah menggunakan kereta. Ada stasiun kereta yang terletak di sebelah utara danau Kawaguchi. Jika ingin berjalan kaki, waktu tempuhnya adalah 20 menit. Perjalanan bisa lebih cepat menggunakan bus dari stasiun tersebut dan turun di halte Yuransen. Hanya dengan 150 Yen, perjalanan ditempuh sekitar 10 menit saja.
Keunikan Jepang dalam menyuguhkan cerita memang sering diabadikan menjadi objek wisata yang menarik. Kachi-kachi Yama adalah salah satu contoh cerita rakyat, yang banyak disadur dan diadaptasi, termasuk menjadi beberapa objek di sekitar Gunung Fuji.