Orang sudah sangat familiar dengan rebus-rebusan ala Jepang. Orang awam selalu menyebut rebusan itu sebagai makanan Jepang shabu. Padahal, yang mengolah makanan dengan cara direbus itu belum tentu shabu. Jadi, ketika berkunjung ke Jepang, pastikan masuk ke restoran yang tepat ketika ingin makan rebusan.
Makanan Jepang shabu merupakan salah satu yang paling terkenal. Di seluruh dunia bisa dijumpai dengan mudah restoran Jepang yang menyajikan shabu. Agar semakin akrab dengan shabu, pada artikel kali ini akan dibahas mengenai asal usul shabu hingga yang membedakannya dengan rebusan lain.
Asal Muasal Makanan Jepang Shabu
Kuliner Jepang banyak dipengaruhi oleh cara memasak di China. Seperti halnya juga pada makanan Jepang shabu. Dulu, orang Jepang yang tinggal di Manchuria mulai mengenal cara memasak daging domba dengan cara diiris tipis kemudian dimasukkan ke dalam air mendidih.
Ketika sampai di Jepang, orang Jepang yang pernah tinggal di Manchuria itu mempopulerkan cara memasak dengan cara rebusan tadi. Tepatnya di Osaka, sekitar tahun 1952, Restoran Shuero mulai menjual hidangan dari irisan daging tipis yang diberi nama shabu-shabu. Pada tahun 1955, restoran ini mendapat merek dagang atas nama shabu-shabu tadi.
Makanan shabu Jepang sendiri tergolong ke dalam makanan jenis nabemono. Nabemono adalah memasak makanan dan menyajikan makanan di dalam panci besar. Nama shabu-shabu muncul dari suara mendesis ketika irisan daging tipis dicelup-celupkan ke air mendidih. Suara swish-swish inilah yang oleh orang Jepang dilafalkan sebagai shabu-shabu.
Artikel Pilihan
Shabu dan Tradisi Makan di Musim Dingin
Makanan shabu Jepang selalu dikaitkan dengan musim dingin. Musim dingin di Jepang bisa jadi sangat dingin, bersalju, dan kadang berangin. Jadi, makanan yang disantap haruslah yang bisa menghangatkan tubuh. Shabu adalah salah satu makanan favorit dan menjadi bagian dari tradisi musim dingin di Jepang.
Shabu merupakan rebus-rebusan berisi daging sapi dan juga sayuran yang dimasak dalam air mendidih. Proses memasak yang cepat membuat daging dan sayuran tetap segar. Daging yang diiris tipis tetap terasa kelembutannya karena hanya digoyang-goyangkan saja di air mendidih.
Di musim dingin, restoran-restoran shabu akan dipadati pengunjung. Biasanya, mereka akan memburu ishikari nabe yang notabene adalah rebusan dalam pot dengan kuah dari kaldu miso. Isiannya bisa macam-macam, mulai dari daging, kol, jamur, ikan salmon dan juga sayur-sayuran lain.
Selain daging sapi, shabu di musim dingin juga bisa diisi dengan daging rusa. Rusa-rusa yang digunakan untuk shabu bukanlah yang berasal dari rusa liar hasil perburuan. Rasa dan aroma yang lebih kuat pada daging rusa membuat shabu daging rusa ini cocok untuk musim dingin.
Selain untuk menghangatkan tubuh di saat musim dingin, shabu jadi favorit karena rasanya yang gurih dan lezat. Di musim dingin, orang Jepang cenderung ingin sesuatu yang lebih kuat rasanya. Maka, shabu menjadi pilihan karena setelah daging direbus kemudian dicelupkan ke dalam ponzu, akan memunculkan rasa yang lebih kompleks di lidah.
Perbedaan Shabu dan Sukiyaki
Seperti telah disinggung di atas bahwa orang sering menyamaratakan, setiap yang direbus itu shabu. Padahal belum tentu seperti itu. Contohnya, ada juga sukiyaki yang cara penyajiannya juga dengan direbus. Nah, ini dia perbedaan makanan Jepang shabu dengan sukiyaki:
1. Dibedakan Oleh Kaldunya
Serupa tapi tak sama, shabu dan sukiyaki bisa dibedakan dari kaldu yang digunakan. Kaldu pada shabu rasanya lebih ringan karena tujuan penggunaan kaldu benar-benar untuk memasak daging. Kaldu pada shabu bukan untuk membumbui daging. Daging akan dicocol pada saus setelah direbus, dari situlah rasa tambahan itu muncul.
Sedangkan pada sukiyaki, kaldu yang digunakan lebih kompleks. Contohnya, pada sukiyaki ala Kanto, kaldu yang digunakan merupakan campuran dari kaldu, gula, dashi, mirin dan kecap asin. Sedangkan sukiyaki Kansai kaldunya sedikit lebih ringan karena tidak menggunakan dashi.
2. Cara Memasaknya juga Berbeda
Walaupun sama-sama direbus, ada beberapa hal yang membedakan antara shabu dan sukiyaki. Pada makanan Jepang shabu, daging dimasak dengan sangat cepat. Irisan daging tipis hanya perlu digoyang-goyangkan pada kaldu mendidih. Di dalam kaldu, juga ada isian lain seperti sayur dan jamur yang juga dimasak cepat.
Sedangkan untuk sukiyaki, daging bisa dibaluri dulu dengan telur kocok baru kemudian dimasukkan ke kaldu. Sukiyaki Kansai misalnya, daging terlebih dulu dimasukkan ke dalam air, kemudian bumbu kaldu dicampurkan, dan diaduk hingga matang. Sukiyaki kanto berbeda lagi, kaldu akan didihkan dulu, baru daging dan sayur dimasukkan ke dalamnya.
3. Saus Shabu vs Sukiyaki
Daging tipis yang sudah direbus pada olahan shabu akan dicelup ke dalam saus setelah matang. Saus shabu ini biasa disebut ponzu. Ponzu dibuat dari lemon, kecap asin, bawang putih dan bisa juga ditambahkan saus wijen Jepang. Saus ini creamy dan memiliki rasa yang kuat.
Sedangkan pada sukiyaki, saus atau celupan untuk daging berasal dari telur yang dikocok. Selain itu, saus ini digunakan sebelum daging dimasukkan ke dalam rebusan kaldu. Rasa yang dihasilkan tentu saja berbeda dengan shabu. Rasa creamy dari sukiyaki didapat dari daging yang dicelup ke dalam telur.
4. Isiannya, Serupa tapi Tak Sama
Selain daging, shabu juga memiliki pendamping lain seperti sayur berupa wortel, daun bawang, jamur dan juga kol. Daging pada shabu tidak harus benar-benar matang. Tujuannya agar kelembutan daging tetap terjaga.
Sedangkan pada sukiyaki, pendamping daging ada sayur, jamur, kol dan juga mie shirataki. Pada sukiyaki, daging harus benar-benar matang. Bisa dengan cara memanggang dulu daging, atau langsung merebusnya sampai matang sempurna.
Restoran Shabu Tertua di Jepang
Ternyata, di Jepang sudah ada menu serupa dengan shabu yaitu berbahan dasar irisan daging tipis sejak hampir seratus tahun yang lalu. Restoran bernama Junidanya, menjual ochazuke yang merupakan makanan berbahan dasar daging tipis yang diletakkan di atas nasi kemudian disiram dengan teh panas.
Di Jepang, restoran Eiraku-cho Suehiro Honten masih menjadi yang tertua sekaligus pelopor dalam hal menyajikan dan mempopulerkan shabu. Restorannya pun kian ramai begitu mendapatkan hak paten atas merek atau nama shabu-shabu. Bahkan, di awal kemunculan shabu-shabu, orang rela mengantri demi bisa makan daging yang direbus dalam pot ini.
Yang membuat shabu-shabu langsung disukai orang di Jepang adalah karena memungkinkan untuk dimakan bersama-sama. Daging yang dimasak dalam pot yang sama, bisa menumbuhkan rasa kekeluargaan. Semakin kesini, shabu-shabu semakin berkembang, kaldunya juga menjadi lebih gurih karena dashi yang digunakan telah mengalami penambahan bahan-bahan.
Makanan Jepang shabu sangat populer di Jepang dan di seluruh dunia. Walaupun masih sering terjadi kebingungan antara shabu dan jenis rebusan lain, tak lantas membuat pamor shabu sebagai makanan khas Jepang pudar. Makan shabu paling nikmat jika bersama dengan teman atau keluarga karena bisa berkumpul bersama di meja yang sama.
Baca juga: Masak Apa Ya? Coba Kreasi Baru dengan Bumbu Masak Jepang. Rahasia Rasa Masakan Jepang yang Khas!