Seperti Apa Kepercayaan Orang Jepang dan Bagaimana Mereka Memandang Agama?

WeXpats
2020/09/14

Jepang termasuk negara yang memberikan kebebasan kepada warganya untuk memeluk agama atau kepercayaan apapun. Inilah yang menjadikan negara tersebut unik sebab tidak mengharuskan seseorang terikat pada satu agama tertentu. Namun secara umum orang-orang mengetahui bahwa kepercayaan orang Jepang ada dua, yaitu agama Shinto dan Budha.

Walaupun demikian, beberapa orang kini mulai mengesampingkan soal agama seiring dengan berjalannya waktu dan kehidupan semakin modern. Namun bukan berarti religiusitas orang Jepang menghilang, melainkan kehidupan beragama menjadi sesuatu yang personal. Orang Jepang tidak ikut campur urusan agama orang lain karena yang terpenting adalah perilaku dan jati diri yang baik.

Daftar Isi

Konsep Kepercayaan dan Agama Bagi Orang Jepang

Tentang Shinto, Buddhisme, dan Taoisme

Dewa dan Dewi di Jepang

Perbedaan Kuil Shinto dan Kuil Budha

Konsep Kepercayaan dan Agama Bagi Orang Jepang

Orang Jepang memandang agama sebagai cara hidup dan nilai moral di masyarakat. Agama tidak dijadikan alat untuk mengatur hubungan antarlembaga apalagi sebagai doktrin. Itulah sebabnya agama jarang dibicarakan dalam kehidupan sehari-hari atau sebagai bahan obrolan. Sebab agama adalah urusan pribadi dan keluarga seseorang.

Meskipun demikian, nilai-nilai agama sangat kental pada beberapa hal yang dianggap sakral, seperti kelahiran, kematian, pernikahan, dan beberapa matsuri (festival). Misalnya, saat musim panas ada festival Obon di mana penduduk Jepang berkumpul dengan keluarganya dan mengunjungi makam keluarga mereka. Momen tahun baru pun menjadi penting saat seseorang bersama keluarganya mengunjungi kuil untuk doa bersama.

Saat ini kepercayaan orang Jepang tidak terbatas pada agama Shinto dan Budha saja. Ada agama lainnya, seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Sikhisme meskipun jumlahnya tidak banyak. Walau agama di Jepang semakin bervariasi, setiap pemeluknya tidak pernah memaksakan satu sama lain untuk menjadi pengikutnya. Orang Jepang berfokus pada perdamaian, pencapaian kebahagiaan diri, serta kesetaraan.

Tentang Shinto, Buddhisme, dan Taoisme

Kepercayaan orang Jepang yang asli adalah Shinto, namun secara garis besar ada dua kepercayaan lainnya, yaitu Buddhisme dan Taoisme. Berikut adalah penjelasan dari ketiganya yang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Jepang hingga kini:

  • Shinto

Shinto berasal dari dua kata, yaitu “shin” (roh) dan “to” (jalan), sehingga jika diartikan dapat dipahami sebagai kepercayaan orang Jepang berdasarkan roh-roh yang sudah meninggal serta yang ada di langit dan di bumi. Oleh sebab itu, beberapa orang menganggap kalau shinto bukanlah agama, tetapi tradisi yang turun-temurun.

Tidak seperti agama lainnya, shinto tidak memiliki ayat atau kitab suci. Pemeluknya mengikuti “Kami”, yaitu dewa-dewa suci di shinto yang melambangkan konsep-konsep kehidupan manusia sehari-hari. Seseorang yang memeluk agama shinto akan berdoa di tempat pemujaan yang disebut “kamidana”.

  • Buddhinisme

Pada abad ke-6 Masehi, agama Budha masuk ke Jepang dan mulai memiliki banyak pengikut. Seiring dengan berjalannya waktu, unsur-unsur agama Budha masuk ke dalam ritual keagamaan shinto. Dengan demikian, kini kepercayaan shinto dan agama Budha berjalan beriringan. Kepercayaan shinto untuk spiritualitas dunia dan kehidupan ini, sedangkan agama Budha erat dengan ketenangan jiwa dan kehidupan akhirat.

Ritual keagamaan Budha banyak dilakukan saat momen kematian. Sedangkan beberapa ritual lainnya diselenggarakan dengan cara shinto. Ini membuktikan bahwa kedua kepercayaan tersebut berhasil berdampingan dan tidak tumpang-tindih.

  • Taoisme

Taoisme sebenarnya ajaran yang datang dari Tiongkok. Ajaran ini menekankan pada keselarasan hubungan manusia dengan alam. Namun pada prakteknya cenderung pada kepercayaan terhadap takhayul atau konsep roh. Misalnya, saat seseorang menginterpretasikan mimpi, perhitungan waktu baik berdasarkan tanggalan, atau konsep yin-yang.

Pengaruh Tao juga sebenarnya masuk ke dalam kepercayaan shinto. Ini bisa terlihat pada sejumlah aktivitas dari ritual shinto yang dilakukan. Dengan demikian, kepercayaan orang Jepang tidak bisa dibatasi pada satu agama sebab praktiknya memiliki banyak unsur keagamaan lain.

Dewa dan Dewi di Jepang

Tiga kepercayaan orang Jepang di atas melebur menjadi satu dan menciptakan sebuah mitologi dalam kehidupan bermasyarakat. Dewa-dewi dipandang sebagai sosok yang suci dan memberikan pengaruh besar. Berikut adalah dewa-dewi kepercayaan orang Jepang:

1. Aizen Myo-o

Dewa ini dikenal juga sebagai dewa cinta. Sosok tersebut mampu mengubah hawa nafsu menjadi semangat seseorang untuk mendapatkan pencerahan hidup serta berbelas kasih dengan sesama makhluk hidup.

2. Amaterasu

Nama lain Amaterasu adalah “dewa matahari”. Dewa ini sangat terkenal dalam mitologi Jepang dan berperan penting bagi penganut kepercayaan shinto. Orang-orang percaya bahwa Amaterasu adalah sosok yang membuat kahyangan bersinar.

3. Ame No Uzume

Sebutan lainnya adalah Uzume, yakni dewi fajar. Menurut mitologi Jepang, dewi ini yang berhasil membujuk dewa Amaterasu untuk keluar dari peraduannya melalui tariannya. Namun ada versi lain yang menceritakan kalau dewi Uzume akhirnya menikahi pangeran kera.

4. Binbougami

Dewa Binbougami digambarkan sebagai sosok lelaki berjanggut dengan baju kotor compang-camping. Maka dewa ini diilustrasikan sebagai lambang kemiskinan. Orang Jepang percaya jika mengalami kemiskinan yang tak berkesudahan berarti ada dewa Binbougami dalam rumahnya.

5. Ekibiogama

Dewa satu ini memang tidak populer sehingga tidak ada yang tahu penggambarannya seperti apa. Namun jangan sampai mendekatinya sebab dewa Ekibiogama adalah dewa yang membawa penyakit wabah (epidemi).

6. Emma-O

Nama lain dari dewa Emma-O adalah “Enma” atau “Yama”. Orang Jepang sangat berhati-hati dengan dewa ini karena ia akan mengadili dosa-dosa manusia selama hidup dan penguasa neraka. Bersama saudara perempuan dan pasukannya, dewa Emma-O akan menjalankan tugasnya dengan seksama.

7. Fujin

Penganut kepercayaan shinto yakin bahwa dewa Fujin yang mengatur cuaca di bumi. Dewa ini digambarkan sebagai sosok besar dengan janggut putih dan membawa kantong besar berisi angin sehingga dikenal sebagai “dewa angin”. Dewa Fujin akan bekerja sama dengan dewa Rajin, yakni “dewa petir”.

8. Kamikaze

Kamikaze dikenal juga sebagai aksi bunuh diri, namun sebenarnya Kamikaze adalah dewa angin topan. Ia populer dalam legenda invasi Mongol pada tahun 1281. Saat itu terjadi angin topan yang dipercaya oleh orang Jepang sebagai bentuk pertolongan dewa dalam mengusir bangsa Mongol.

9. Kishimo-Jin

Cerita sejarah dari Kishimo-Jin sangat menyeramkan karena ia dikenal sebagai ibu setan yang gemar memakan anak-anak. Walaupun begitu, pada akhirnya dewi Kishimo-Jin bertaubat setelah diberi pelajaran oleh Budha dan justru berubah menjadi pelindung anak-anak.

10. Susano-Wo

Susano-Wo populer juga dengan nama “Susanoo-no-Mikoto”. Menurut mitologi shinto, ia adalah dewa laut dan petir. Dewa ini berhasil mengalahkan Yamata-no-Orochi (monster ular) dan mendapatkan pedang bernama “Kusanagi”. Meski telah berjasa, ada cerita yang menyebutkan kalau dewa Susano-Wo berseteru dengan dewa Amaterasu.

11. Tsukuyomi

Sebuah cerita menyebutkan kalau dewa Tsukuyomi merupakan dewa bulan merupakan adik dari dewa Amaterasu. Pada suatu hari dewa Tsukuyomi membunuh dewi makanan dan membuat dewa Amaterasu marah. Sejak saat itu matahari dan bulan tidak pernah lagi muncul bersamaan.

12. Izanagi dan Izanami

Dalam mitologi Jepang dikisahkan bahwa dewa-dewi Izanagi dan Izanami adalah pencipta dari dewa-dewi lainnya. Mereka dipercaya hidup sebagai suami-istri dan pernah memiliki anak yang cacat. Menurut legenda, mereka adalah asal-usul dari segala sesuatu yang terjadi di Jepang. Cerita lengkapnya dituangkan dalam kojiki (catatan kuno) dan nihongi (sejarah Jepang).

Perbedaan Kuil Shinto dan Kuil Budha

Selain sosok dewa-dewi, keberadaan kuil pun memiliki nilai penting dalam kepercayaan orang Jepang. Kuil tidak hanya sebagai tempat berdoa, tetapi juga untuk merayakan keagamaan dan acara lainnya. Kuil shinto cenderung untuk perayaan kebahagiaan, seperti resepsi pernikahan, hari kelahiran, peresmian gedung, dan sebagainya. Kebalikan dari shinto, kuil budha umumnya dipakai untuk upacara kematian.

Selain itu, untuk membedakannya pun bisa dilihat dari penamaannya. Kuil-kuil shinto diberi tambahan “Jingua” atau “Jinja”, sedangkan kuil Budha diberi tambahan “ji”. Dari segi bangunan, kuil shinto memiliki gerbang utama (tori) yang merah menyala atau hitam. Di sana pula terdapat dewa penjaga yang diwujudkan pada anjing, singa, atau rubah, serta temizuya (tempat menyucikan diri).

Sedangkan kuil Budha terasa seperti kuil-kuil di Tiongkok. Ada onseko (tempat membakar dupa) dan kondo (hall utama). Bangunannya bertingkat tiga atau lima yang dikenal dengan sebutan “Pagoda”. Walaupun begitu, saat ini kuil shinto dan Budha saling mengadopsi ciri khasnya masing-masing.

Kepercayaan orang Jepang tidak mengikat individunya terhadap satu ajaran tertentu secara fanatik. Agama menjadi landasan seseorang untuk menjadi sosok yang beradab, mencapai kedamaian diri, dan tidak melupakan leluhurnya. Inilah yang patut dicontoh bahwa agama dijadikan pegangan hidup sesungguhnya.

Baca juga: Budaya Politik Jepang: Mengenal Perpolitikan di Negeri Sakura

Penulis

WeXpats
Di sini kami menyediakan artikel yang mencakup berbagai informasi yang berguna tentang kehidupan, pekerjaan, dan studi di Jepang hingga pesona dan kualitas Jepang yang menarik.

Sosial Media ソーシャルメディア

Kami berbagi berita terbaru tentang Jepang dalam 9bahasa.

  • English
  • 한국어
  • Tiếng Việt
  • မြန်မာဘာသာစကား
  • Bahasa Indonesia
  • 中文 (繁體)
  • Español
  • Português
  • ภาษาไทย
TOP/ Budaya Jepang/ Kehidupan orang Jepang/ Seperti Apa Kepercayaan Orang Jepang dan Bagaimana Mereka Memandang Agama?

Situs web kami menggunakan Cookies dengan tujuan meningkatkan aksesibilitas dan kualitas kami. Silakan klik "Setuju" jika Anda menyetujui penggunaan Cookie kami. Untuk melihat detail lebih lanjut tentang bagaimana perusahaan kami menggunakan Cookies, silakan lihat di sini.

Kebijakan Cookie