Kerja Tanpa Lelah di Jepang, Mitos atau Fakta? Begini Aturan Pembagian Jam Kerja di Jepang!

WeXpats
2020/03/31

Setiap negara pasti memiliki aturan ketenagakerjaannya masing-masing, begitupun dengan Jepang. Meskipun negara ini terkenal dengan budaya kerja keras, tetap saja ada aturan jam kerja di Jepang yang diimplementasikan pada setiap tempat kerja. Ini penting untuk diketahui, karena berkaitan dengan upah serta hak lainnya.

Jika dibandingkan dengan Indonesia yang memiliki 8 – 9 jam kerja, sebenarnya negara Jepang tidak jauh berbeda. Secara jumlah jam dalam seminggu pun sama, yakni 40 jam per minggu. Adapun untuk jam istirahat sekitar 45 menit hingga 1 jam. Secara penulisan pun hampir mirip. Ada perusahaan yang mendetailkan 8 jam dan 1 jam istirahat atau 8 jam murni waktu kerjanya saja. Itulah secara garis besar jam kerja di Jepang yang berlaku di beberapa perusahaan.

Apakah Anda memiliki kesulitan dalam mencari pekerjaan di Jepang?
Apakah Anda menemukan pekerjaan yang cocok dengan diri Anda? Tidak tahu bagaimana caranya mencari pekerjaan di Jepang Tidak bisa menemukan loker yang menerima WNA Ada kekhawatiran tentang bahasa Jepang
Jika Anda memiliki kesulitan dalam mencari kerja, WeXpats siap membantu Anda. Cari pekerjaan dengan WeXpats Jobs

Sekilas Tentang Budaya Kerja Keras di Jepang

Sebelum lebih jauh membahas jam kerja di Jepang, akan lebih menarik membicarakan sekilas tentang budaya kerja mereka. Pada bagian pembuka disebutkan bahwa Jepang merupakan negara pekerja keras. Ini terbukti dari sejumlah budaya kerja mereka. Budaya kerja orang Jepang yang paling terkenal adalah samurai. Budaya kerja ini erat kaitannya dengan kepribadian bangsa Jepang yang sangat menjaga harga diri. Prinsip samurai mengajarkan mereka untuk pantang menyerah dalam bekerja.

Selain itu, ada budaya kerja lainnya yang cukup populer. Budaya keishan berkaitan dengan samurai, yakni sikap bersungguh-sungguh. Totalitas tertanam kuat dalam diri setiap pekerja di Jepang. Keyakinan ini membuat mereka terus melakukan inovasi dan tetap produktif. Ada pula budaya kaizen yang menunjukkan sikap terus menjadi lebih baik. Dalam membicarakan jam kerja di Jepang, budaya kaizen membuat seorang pekerja terus memanfaatkan waktu kerjanya seefektif dan seefisien mungkin.

Terakhir, budaya kerja Jepang yang terkenal adalah bushido. Seluruh sikap kerja keras orang Jepang tidak ada apa-apanya tanpa bushido. Karena bushido adalah semangat kerja yang tulus dan penuh dengan kesetiaan dan kesederhanaan. Waktu-waktu bekerja tidak akan terbuang percuma dan lelah begitu saja. Sebab orang Jepang tahu bahwa bekerja adalah bentuk kehormatan dirinya. Maka dari itu, untuk menyeimbangkan kehidupan profesional dan pribadi, mereka memanfaatkan waktu di kantornya semaksimal mungkin.

Aturan Pembagian Jam Kerja di Jepang

Sekilas di atas telah dijelaskan tentang lamanya jam kerja di Jepang yang tak jauh berbeda dengan di Indonesia. Sebenarnya ada bermacam-macam jam kerja yang diterapkan. Ini disesuaikan dengan model bisnis serta tenaga kerja yang digajinya. Ada pula perusahaan yang menerapkan kombinasi jam kerja tersebut.

1. Jam Kerja Standar

Mayoritas perusahaan di Jepang menerapkan aturan dari Labor Standards Act, yakni bagi pegawai yang kerja lebih dari 8 jam berhak mendapatkan 1 jam istirahat dan sedikitnya 45 menit waktu istirahat bagi pekerja yang jam kerjanya tidak lebih dari 6 jam. Alasannya karena rentang waktu ini telah diukur sesuai rata-rata kekuatan seseorang dalam bekerja. Maka untuk menghindari kecelakaan dan mempertahankan fokus pekerja pun perlu diberikan jam istirahat yang proporsional.

Bagi calon tenaga kerja yang akan bekerja di Jepang atau perusahaan Jepang perlu membaca kontrak kerja dengan detail terlebih dahulu. Cari tahu dan pastikan berapa lama waktu kerja serta istirahatnya. Jangan sampai merasa jam istirahat tidak sebanding dengan beban kerja dan lama waktunya. Karena orang Jepang sangat ketat saat waktu kerja. Mayoritas dari mereka tidak diperbolehkan melakukan kegiatan-kegiatan pribadi selama jam kerja, bahkan sekedar mengangkat telefon pribadi pun dilarang.

2. Jam Lembur Pendek

Terkenal dengan budaya kerja kerasnya, maka tak heran kalau beberapa pekerja Jepang rela untuk lembur. Bahkan bagi yang memiliki loyalitas tinggi mereka rela sampai tak dibayar. Namun ada sistem yang namanya jam lembur pendek. Ini biasanya jam kerja yang melanjutkan dari jam kerja harian. Mereka tetap berada di kantor hingga 2 - 4 jam ke depan. Jam lembur pendek ini kurang lebih sama dengan yang terjadi di Indonesia.

3. Jam Lembur Panjang

Banyaknya perusahaan yang mengharuskan jam lembur membuat Jepang mendapat perhatian dunia. Jam lembur panjang inilah yang akhirnya mengubah sistem ketenagakerjaan Jepang sekarang. Dulu, dan mungkin beberapa perusahaan Jepang sekarang masih menerapkan jam lembur panjang, yakni lebih dari 4 jam. Tak sedikit seorang pekerja memilih untuk menginap di kantor hingga keesokan harinya. Namun budaya ini mulai ditinggalkan mengingat meningkatnya angka kematian pekerja akibat over time.

4. Jam Lembur di Hari Libur

Salah satu sistem lembur yang diberlakukan di Jepang dan hampir serupa dengan di Indonesia adalah lembur di hari libur. Kalau di Indonesia, lembur di hari libur biasanya hanya di momen-momen tertentu saja, seperti saat perayaan hari besar dan pekerjaannya bersifat operasional. Anehnya, orang-orang Jepang justru senang saat diminta lembur pada saat hari libur. Namun seperti yang disebutkan sebelumnya, Jepang kini menerapkan sistem baru. Jumlah jam kerja dan lembur dikurangi untuk menekan tingkat stress masyarakatnya.

Aturan Libur dan Cuti

Meskipun Jepang terkenal dengan kerja kerasnya dan masyarakatnya pun tidak suka jika diminta libur, pemerintah Jepang tetap menerapkan aturan libur dan cuti. Di hari libur ini para pekerja benar-benar tidak berurusan dengan kantornya. Maka dari itu, sebenarnya ada beberapa perusahaan yang merasa keberatan karena harus membayar pegawainya tanpa ada produksi. Walaupun begitu, ini adalah peraturan pemerintah yang harus mereka taati.

Peraturan libur dan cuti dibuat untuk menjaga kesehatan fisik dan mental para pekerja Jepang. Karena orang Jepang gemar bekerja, maka mereka harus sedikit “dipaksa” untuk rehat sejenak dari rutinitasnya. Ini akan merelaksasi pikiran dan tenaga mereka sehingga saat kembali bekerja bisa fokus dan semangatnya bertambah.

Ada banyak jenis cuti yang ditetapkan oleh pemerintah Jepang. Beberapa jenis cuti wajib diterapkan, namun sebagian lainnya opsional di masing-masing perusahaan. Maka cuti di Jepang dibagi dua, yaitu cuti wajib dan cuti tidak wajib. Cuti wajib meliputi sankyuu (cuti hamil), ikukyuu (cuti merawat anak), kaigo kyugyo (cuti merawat keluarga), kaigo kyugyo (cuti perawatan), seirikyuu (cuti haid), dan yang paling menarik adalah yuukyuu (cuti berbayar).

Sedangkan yang termasuk cuti tidak wajib adalah kibiki (cuti berduka), kekkon (cuti menikah), serta beberapa cuti occasional lainnya, seperti cuti menikah, anniversary pernikahan, sukarela, pelatihan, dan masih banyak lagi. Bagi yang ingin mengambil cuti ini, seorang pekerja harus benar-benar memastikan pekerjaannya selesai dan menyesuaikan jadwal dengan rekan kerja satu timnya.

Perubahan Jam Kerja di Jepang Saat Ini

Selain budaya samurai dan kerja keras lainnya yang sangat terkenal, ada pula istilah “karoushi”, yakni kematian karena terlalu banyak bekerja. Ini adalah istilah resmi yang dipakai secara hukum juga untuk menggambarkan kejadian tersebut. Kini isu karoushi semakin mendapat perhatian sehingga Jepang memiliki kebijakan baru untuk jam kerja masyarakatnya.

Beberapa poin telah dibahas sedikit di atas terkait perubahan ini. Hal pertama yang pemerintah lakukan adalah mengganti kebijakan jam kerja di Jepang serta mewajibkan warganya untuk mengambil lima hari liburan per tahun. Pada tahun 2016, dibuatlah hari liburan baru yang disebut “Hari Gunung”, yaitu menaikkan jumlah liburan menjadi 16 hari. Ada pula kebijakan Premium Friday yang mengharuskan perusahaan untuk memulangkan pegawainya jam 3 sore setiap hari minggu di akhir bulan.

Memang sangat menarik memperhatikan jam kerja di Jepang jika dibandingkan dengan negara lainnya. Negara pekerja keras satu ini memang patut dicontoh semangat dan pengorbanannya. Namun begitu, sebagai pekerja pun harus memperhatikan kesehatan fisik dan mental. Maka seimbang lah dalam bekerja dengan manajemen waktu serta penyelesaian tugas yang baik.

Baca juga: Lembur lagi? Begini Ketentuan Jam Kerja di Jepang

Penulis

WeXpats
Di sini kami menyediakan artikel yang mencakup berbagai informasi yang berguna tentang kehidupan, pekerjaan, dan studi di Jepang hingga pesona dan kualitas Jepang yang menarik.

Sosial Media ソーシャルメディア

Kami berbagi berita terbaru tentang Jepang dalam 9bahasa.

  • English
  • 한국어
  • Tiếng Việt
  • မြန်မာဘာသာစကား
  • Bahasa Indonesia
  • 中文 (繁體)
  • Español
  • Português
  • ภาษาไทย
TOP/ Bekerja di Jepang/ Mengetahui budaya bekerja di jepang (peraturan, gaji, karir)/ Kerja Tanpa Lelah di Jepang, Mitos atau Fakta? Begini Aturan Pembagian Jam Kerja di Jepang!

Situs web kami menggunakan Cookies dengan tujuan meningkatkan aksesibilitas dan kualitas kami. Silakan klik "Setuju" jika Anda menyetujui penggunaan Cookie kami. Untuk melihat detail lebih lanjut tentang bagaimana perusahaan kami menggunakan Cookies, silakan lihat di sini.

Kebijakan Cookie