Siswa sekolah di Jepang, bersama dengan guru-gurunya, selalu makan siang di sekolah. Berbeda dengan beberapa negara lain yang membawa makan siang dari rumah atau membeli makan siang di kafetaria. Jika kamu pernah sekolah di Jepang, mungkin kamu sudah terbiasa melihat ekspresi senang atau kecewa ketika waktu makan siang tiba.
Pada tahun ke-22 di era Meiji (tahun 1889), "kyushoku" atau makan siang sekolah di Jepang pertama (makan siang sekolah) disajikan di sebuah sekolah dasar di Kota Tsuruoka, Prefektur Yamagata. Meskipun menu pertama yang disiapkan sangat sederhana, menu ini menjadi sumber makanan yang menunjang pertumbuhan anak-anak dan juga bisa diterima di rumah. Makan siang sekolah di Jepang pasti telah mengalami berbagai perubahan dan melewati perjalanan panjang selama seabad terakhir. Menu kyushoku sekarang lebih bervariasi dan bergizi seimbang untuk memastikan perkembangan anak usia sekolah yang sehat.
Kyushoku, Makan Sehat dan Bergizi Sekolah di Jepang
Kamu mungkin akan terkejut mengetahui bahwa sebagian besar sekolah di Jepang memiliki ahli gizi sendiri. Di pusat kota Tokyo, ahli gizi dari seluruh distrik sekolah berkolaborasi untuk menu makan siang setiap harinya berdasarkan pedoman diet dan target gizi yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. Mereka melakukan yang terbaik dari sumber bahan utama yang ada dan mudah didapat secara musiman.
Ahli gizi kemudian mengawasi persiapan makan siang setiap hari di dapur sekolah, menyesuaikan menu untuk kebutuhan khusus sekolah mereka, dan sering menggunakan bakat kuliner mereka sendiri untuk meningkatkan hidangan yang standar. Dalam dekade terakhir, banyak ahli gizi sekolah telah memperoleh mandat mengajar formal untuk membantu memfasilitasi program pendidikan makanan yang disebut “shokuiku”. Shokuiku bertujuan untuk mempromosikan praktik dan pengetahuan diet yang sehat dan berkelanjutan di seluruh masyarakat Jepang, dengan makan siang di sekolah sebagai pusat pembelajaran untuk siswa sekolah dasar.
Shokuiku tidak hanya mengajarkan anak-anak untuk memperhatikan nutrisi dan sumber makanan sehari-hari mereka, tetapi juga mempromosikan nilai "washoku" - budaya makanan tradisional Jepang.
Artikel Pilihan
Partisipasi Siswa Sekolah di Jepang dalam Kyushoku
Kunci kebiasaan untuk makan sehat seumur hidup adalah membangun kesadaran akan kebiasaan gizi sejak usia dini. Inilah pentingnya menanamkan ilmu nutrisi pada anak-anak sehingga siswa tahu apa yang mereka makan dan mengapa. Tidak seperti sekolah di negara lain di mana makan siang biasanya disajikan di kafetaria, makan siang sekolah di Jepang disajikan di ruang kelas. Siapa yang melakukannya? Tentu saja siswa sekolah di Jepang sendiri yang terlibat langsung dalam kegiatan kyushoku ini!
Waktu makan siang sekolah juga dianggap sebagai bagian dari pendidikan sekolah yang disebut shokuiku. Pendidikan makan ini tidak semuanya dilakukan secara teori. Anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok mengambil peran atau tugas untuk mengambil makan siang teman sekelas di dapur sekolah, membawa makan siang ke ruang kelas, dan melayani mereka. Pelaksana tugas itu disebut Kyushoku-touban (給食当番). Sekelompok siswa yang bertugas mengenakan topi dan baju "kyushokugi" putih yang menutupi kepala, menyendokkan porsi yang diukur dengan cermat untuk teman sekelas dan guru mereka.
Bagaimana Kyushoku Berlangsung pada Sekolah di Jepang
Melalui sistem kyushoku atau makan siang di sekolah, siswa belajar banyak hal seperti nutrisi, pola makan, tanggung jawab, dan sebagainya. Semua anak mengambil giliran dalam tugas melayani, dan dengan melakukan itu mereka belajar sesuatu tentang kebersihan, tanggung jawab, dan kerja tim. Setelah semua orang dilayani, anak-anak semua makan bersama di kelas mereka. Para siswa menyapa “Itadakimasu” bersama dan mulai makan. Itadakimasu bisa diartikan sebagai "terima kasih untuk makanannya".
Anak-anak mengobrol, tertawa, dan bermain-main seperti yang kamu bayangkan. Tetapi tetap masih menjaga sopan santun saat makan di meja dan diajarkan untuk tidak pilih-pilih makanan. Berakhirnya makan siang ditandai dengan paduan suara "Gochisousama deshita!". Kemudian anak-anak membersihkan sendiri bekas makan mereka. Mereka berbaris untuk mengembalikan piring kosong mereka ke troli makan siang, menumpuk semuanya dengan rapi, lalu membawa semuanya ke dapur, di mana staf menunggu untuk mencuci piring.
Hari Khusus di Kyushoku : Makanan Penutup Spesial
Agar tidak bosan dengan menu yang itu-itu saja, sekolah di Jepang juga menyiapkan hari khusus di mana para siswa bisa menikmati makanan penutup seasonal. Suasana kelas menjadi lebih ceria dari biasanya ketika hidangan penutup khusus disajikan. Buah-buahan manis adalah contohnya. Karena makan siang dibuat bervariatif, seperti yang sudah disebutkan, para ahli gizi menggunakan bahan makanan khas tiap musimnya. Anak-anak menyukai stroberi di musim semi, semangka di musim panas, kesemek atau anggur di musim gugur, dan apel di musim dingin.
Terutama di musim gugur saat musim panen, siswa dapat menikmati berbagai macam jenis buah. Jika ada potongan buah ekstra, siswa bersaing untuk mendapatkan potongan ekstra dengan bermain Janken (Rock-Paper-Scissors versi Jepang).
Siswa juga menjadi sangat bersemangat ketika menyajikan permen yang terkait dengan acara musiman. Misalnya, pada festival anak perempuan "Hinamatsuri" di bulan Maret, Hishimochi juga muncul di makan siang di sekolah. Anak laki-laki tanpa saudara perempuan memiliki sedikit kesempatan untuk makan Hishimochi di rumah, sehingga mereka menikmati ini sebagai hal yang baru.
Baca juga: Serba Serbi Tentang Festival Hinamatsuri dan Boneka Jepang yang Sarat Akan Makna
Menu Kyushoku Sekolah di Jepang
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, sekolah di Jepang sangat memperhatikan keseimbangan gizi para siswanya. Maka dari itu menu makan siang bervariasi setiap harinya dan bukan hanya sandwich biasa atau semangkuk nasi karena nutrisi dan keseimbangan gizi dipikirkan dengan cermat. Menu kyushoku akan mencakup hidangan utama seperti kari, mie dingin, daging sapi, dan ikan, lauk pauk seperti salad, sup, atau sayuran, dan buah-buahan atau makanan penutup.
Ada banyak pilihan menu makan siang sekolah di Jepang yang disediakan termasuk masakan tradisional Jepang, masakan Barat, dan hidangan dari berbagai negara di dunia. Kyushoku biasanya terdiri dari paket nasi putih yang dimasak, hidangan utama, lauk dan sup, disertai dengan hidangan penutup dan susu.
Kari dengan nasi adalah makanan yang sangat populer di kalangan siswa. Kari awalnya adalah hidangan India dengan rasa pedas. Tapi kari yang disajikan saat makan siang di sekolah dibuat dengan rasa lebih ringan agar disukai anak-anak Jepang. Selain kari, mie, seperti ramen dan spaghetti, dan steak hamburger juga menjadi menu yang sangat populer dari waktu ke waktu.
Masalah yang Dihadapi Sekolah di Jepang Atas Sistem Kyushoku?
Kebijakan ini dibuat bukan tanpa masalah. Sekolah di Jepang juga ternyata masih memutar otak untuk menghadapi masalah yang muncul pada sistem kyushoku ini. Salah satunya adalah orang tua yang tidak membayar biaya kyushoku. Menurut kementerian pendidikan Jepang, rata-rata biaya yang dibutuhkan setiap bulannya untuk kyushoku sekolah di Jepang adalah sebesar 3,968 yen di sekolah dasar dan 4,529 yen di sekolah menengah pertama. Menurut sebuah survei yang juga dilakukan oleh kementerian pendidikan Jepang, orang tua dari 98.993 siswa gagal membayar biaya makan siang pada tahun 2005, atau sekitar 1 persen dari seluruh jumlah siswa sekolah di Jepang yang menggunakan fasilitas makan siang di sekolah secara nasional. Faktor utamanya adalah masalah keuangan keluarga sehingga orang tua tidak mampu untuk membayar biaya makan siang sekolah. Beberapa tahun ke belakang, beberapa pemerintah daerah, termasuk Prefektur Kanagawa, memutuskan untuk menawarkan bantuan keuangan untuk biaya makan siang sekolah.
Kyushoku sekolah di Jepang diadakan bukan hanya sekadar kegiatan makan siang bersama, tapi juga sebagai kesempatan belajar mengajar dan menumbuhkan rasa kebersamaan. Kegiatan ini menjadi salah satu kegiatan yang khas dari budaya sekolah di Jepang. Menurutmu, bagaimana jika sistem seperti ini diterapkan di Indonesia?
Baca juga: Jelajah Gedung Sekolah di Jepang, Seperti Apa Penampakannya?