Sama seperti Indonesia, Jepang juga merupakan negara kepulauan dan rentan mengalami bencana alam, terutama gempa. Belum lama ini, gempa bumi berkekuatan dahsyat mengguncang wilayah Semenanjung Noto, di Prefektur Ishikawa, Jepang. Gempa ini mengakibatkan terjadinya tsunami, tanah longsor, dan kebakaran besar di pasar tradisional yang menjadi salah satu pusat wisata di Ishikawa.
Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Wisata Jepang (MLIT/Kokudou-koutsuushou/国道交通省) mengungkapkan berdasarkan data yang dikeluarkan per 1 Januari 2020, kemungkinan 70 hingga 80 persen gempa berskala besar akan kembali terjadi kembali di wilayah Tokyo dalam 30 tahun ke depan. Maka dari itu, tidak ada alasan untuk tidak mempersiapkan diri untuk meminimalisasi dampak dari bencana.
Daftar isi:
- Alasan Jepang Sering Diguncang Gempa
- Cara Jepang Menghadapi Gempa
- Gempa Besar yang Terjadi di Jepang
- Apa itu BOUSAI?
- Panduan SEBELUM Terjadi Gempa
- Panduan SAAT Terjadi Gempa
- Penutup
Alasan Jepang Sering Diguncang Gempa
Jepang adalah negara yang rawan gempa bumi. Menurut data dari Badan Meteorologi Jepang (JMA/kishouchou/気象庁), Jepang memiliki jumlah gempa sebesar 17,9 persen atau sebanyak 259 kali dalam kurun tahun 2011 hingga 2020.
Lokasi geografis Jepang dikelilingi oleh 4 lempeng tektonik bumi, yakni lempeng Samudera pasifik, lempeng Eurasia, lempeng Amerika Utara, dan lempeng laut Filipina yang berada di bawah wilayah daratan dan lautan. Lempeng saling bertabrakan dan bergesek, sehingga menimbulkan guncangan di daratan atau laut.
Badan Meteorologi juga menyebutkan bahwa tidak ada satupun wilayah di Jepang yang tidak mengalami gempa. Gempa bumi terjadi di seluruh Jepang meskipun dengan skala kecil.
Mengutip dari situs United States Geological Survey (USGS), Jepang sering mengalami gempa karena Jepang berada di wilayah seismik yang sangat aktif dan memiliki jaringan seismik terpadat di dunia.
Artikel Pilihan
Gempa Besar yang Terjadi di Jepang
Menurut data dari Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Wisata Jepang (Kokudou-koutsuushou/国道交通省), gempa berkekuatan lebih dari Magnitude 7,0 telah terjadi di Jepang dalam 10 tahun terakhir.
- Kushiro M7,1 (tahun 2004)
- Fukuoka M7,0 (tahun 2004)
- Sanriku M7,2 (tahun 2005)
- Iwate, Prefektur Miyagi M7,2 tahun 2008)
- Ibaraki M7,0 (tahun 2008)
- Wilayah Tokachi M7,1 (tahun 2008)
- Okinawa M7,2 (tahun 20010)
- Chichijima di Kepulauan Ogasawara M7,4 (tahun 2010)
- Gempa Jepang Timur M8,4 (tahun 2011)
- Miyagi M7,2 (tahun 2011)
- Okinawa M7,0 (tahun 2011)
- Sanriku M7,3 (Tahun 2012)
- Fukushima M7,1 (Tahun 2013)
Cara Jepang Menghadapi Gempa
Pada tahun 1923, lebih dari 100 tahun silam, Jepang pernah mengalami gempa berkekuatan Magnitudo 7,9 yang terjadi di Tokyo dan merambat ke wilayah sekitarnya. Gempa hebat tersebut membakar sebagian besar kota serta menewaskan ratusan ribu penduduk. Pengalaman tersebut menjadikan Jepang mau tidak mau untuk terus waspada dan membangun upaya mitigasi guna meminimalisir korban jiwa jika bencana datang.
Apa itu BOUSAI?
Bousai (防災) adalah sebutan dalam pengetahuan mitigasi bencana di Jepang. Bou (防) berarti mencegah dan sai (災) yang berarti bencana. Latihan simulasi bencana merupakan usaha Jepang dalam menghadapi bencana. Kegiatan ini diterapkan secara rutin sejak anak menginjak usia taman kanak-kanak hingga dewasa.
Pengetahun mengenai bousai sangatlah penting karena untuk menghadapi bencana diperlukan persiapan dan edukasi yang cukup agar tidak banyak memakan korban. Edukasi dilakukan melalui berbagai media, baik melalui program televisi, atau sekolah, fasilitas umum, maupun perkantoran pun sering diadakan pelatihan mitigasi.
Panduan SEBELUM Terjadi Gempa
Persiapan apa saja yang bisa dilakukan mulai hari ini?
1.Menstabilkan perabotan rumah ke dinding
Hal yang paling standar dilakukan adalah menempatkan potongan kain kesat di bawah kabinet yang tidak stabil dan bantalan anti selip ke kaki kursi dan kaki meja. Di Jepang, perangkat praktis untuk menghadapi gempa sudah umum dijual di toko perabotan rumah, bahkan toko 100 yen. Jenis barang yang harus distabilkan seperti lemari pakaian, rak buku, pintu, rak piring, lemari es, microwave, televisi, dan sebagainya.
2.Menyiapkan barang bawaan darurat dan barang persediaan
Saat menyelamatkan diri pada saat gempa terjadi, jangan membawa banyak barang. Barang darurat yang dibawa hanyalah barang keperluan untuk mengungsi dan benda berharga saja. Masukkan barang bawaan ke dalam satu kantong atau tas, dan letakkan di tempat yang segera bisa dibawa pada saat menyelamatkan diri misalnya di dekat bantal dll.
Contoh barang darurat:
- Kacamata, alat bantu dengar, gigi palsu, obat-obatan pribadi
- Helm pelindung kepala, kain pelindung kepala, sepatu olahraga
- Lampu senter, radio portable, baterai cadangan
- Uang tunai (bawa juga uang koin), barang berharga, paspor, kartu asuransi, kartu identitas diri.
Setelah gempa besar, biasanya saluran air akan terhenti. Warga tidak bisa segera membeli air, makanan dan barang keperluan sehari-hari. Siapkan persediaan air dan makanan di rumah hingga pertolongan datang. Untuk wilayah dengan kemungkinan tsunami, tidak bisa dianjurkan untuk kembali ke rumah. Sediakan makanan dan lain-lain untuk menunjang kehidupan di tempat mengungsi dan tempat penampungan. Sediakan untuk lebih dari 3 hari!
- Air minum: diperkirakan satu orang perlu 3 liter air untuk satu hari.
- Keperluan khusus tiap keluarga. Contohnya, makanan lunak untuk lansia dan balita, makanan vegetarian, makanan halal, makanan yang tidak menyebabkan alergi, popok, susu formula, dan sebagainya.
- Obat-obatan pribadi (bagi yang tergantung peralatan kedokteran harap memikirkan cara mendapatkan alat tersebut saat bencana terjadi) Perlengkapan hewan peliharaan (makanan, kandang, toilet)
Barang yang digunakan saat mengungsi, seperti:
- Barang kebutuhan sehari-hari: plastik wrap, kairo (semacam penghangat) sekali pakai, peralatan tulis (marker), kantong plastik (kantong sampah), isolasi, obat obatan pribadi, buku catatan obat (informasi obat yang dikonsumsi), kacamata, gigi palsu, kantong tidur, selimut, peralatan saat hujan, benda berharga dan uang (uang koin juga), kartu identitas, dan lainnya.
- Peralatan kebersihan: handuk, tissue, tissue basah (ukuran besar praktis membasuh tangan dan tubuh), baju ganti (baju, baju dalam), pembalut, masker, obat kumur, shampo tanpa bilas, dan lainnya.
- Sanitasi: kertas toilet, toilet siap pakai, obat kumur, kantong plastik, popok, penghilang bau, dan lainnya.
- Makanan: pilih dan simpanlah makanan berikut karena tidak dapat memanfaatkan air ledeng, gas dan listrik dalam waktu lama. Misalnya, cracker, makanan kaleng (makanan yang awet dan tidak perlu disimpan lama di kulkas atau yang tidak perlu diolah), makanan cepat saji. Siapkan juga pisau dan pembuka kaleng. Jangan lupa siapkan susu bubuk bila ada bayi.
3. Menentukan tempat berkumpul dengan teman dan keluarga
Gempa bisa terjadi saat tidak bersama keluarga/teman. Karena tidak bisa pulang ke rumah, tentukan sejak awal tempat berkumpul (tempat penampungan atau tempat kenalan dll) dengan keluarga/ teman. Bicarakanlah hal tersebut dengan keluarga/teman sejak dini dan pastikan langkah-langkah menghadapi gempa bumi.
4. Mengunduh aplikasi informasi bencana
Safety Tips adalah informasi bencana yang ditujukan untuk warga asing berupa pengumuman cepat darurat gempa, peringatan khusus cuaca, informasi keselamatan masyarakat yang akan diinformasikan melalui push notification. Layanan tersedia dalam 14 bahasa. Selain itu, memberikan informasi sekitar dengan menunjukkan diagram alur (flowchart) gerakan evakuasi, kartu komunikasi untuk bertukar informasi dengan orang sekitar, dan menyediakan kumpulan link yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi penting ketika terjadi bencana.
Panduan SAAT Terjadi Gempa
Pada saat terjadi gempa, apa saja yang harus diperhatikan? Berikut penjelasan lengkapnya.
Saat berada di rumah
Berlindunglah di bawah benda kokoh, seperti meja, atau gunakan batal atau jaket untuk melindungi kepala Anda. Jauhi jendela atau benda yang mungkin jatuh dari dinding. Jika sedang berada di kamar mandi, buka sedikit pintu dan lindungi kepala dengan tutup bak mandi. Jangan bergerak sampai gempa selesai, dan jangan keluar rumah. Puing-puing yang berjatuhan merupakan risiko yang lebih besar di luar rumah. Jika Anda sedang menggunakan kompor, segera hentikan dan langsung berlindung. Saat gempa berhenti, barulah usahakan untuk menutup aliran gas.
Saat terjadi bencana juga penting untuk bersikap tenang. Lindungi kepala, menjauh dari perabotan rumah yang mudah runtuh, dan berlindunglah di bawah meja atau kursi. Perhatikan juga untuk mematikan api jika guncangan reda.
Saat berada di luar
Jika Anda sudah berada di tempat terbuka saat gempa mulai terjadi, cobalah mencari tempat terbuka di mana benda tidak akan menimpa Anda. Hindari berada di dekat bangunan, papan reklame, pagar pembatas, kendaraan, dan tebing. Ambil posisi jongkok dan tutupi kepala Anda dengan lengan, jaket, atau tas. Apabila guncangan mereda, segera mengungsi ke lokasi yang lebih tinggi untuk mengantisipasi datangnya tsunami.
Saat berada di gedung bertingkat
Jangan keluar dari bangunan sampai guncangan berhenti. Sebaliknya, menjauhlah dari jendela dan tutupi kepala Anda, seperti yang Anda lakukan di rumah. Jangan gunakan elevator, karena dapat kehilangan aliran listrik. Tetap tenang dan jangan panik.
Saat di dalam kendaraan
Beri tahu penumpang dan tetaplah tenang. Nyalakan lampu hazard dan parkir mobil di tempat luas.
Saat berada di lift atau eskalator
Jika Anda berada di dalam lift ketika terjadi gempa bumi, jangan berusaha mencapai tujuan Anda tapi keluarlah secepat mungkin. Beberapa elevator dirancang untuk berhenti di lantai terdekat setelah guncangan terdeteksi. Tekan semua tombol lantai untuk memastikan lift berhenti dengan cepat. Jika macet, tekan tombol panggilan darurat dan tunggu bantuan. Anda juga dapat menghubungi layanan darurat di ponsel Anda. Eskalator mungkin berhenti tiba-tiba saat terjadi gempa bumi, sehingga mungkin menyebabkan Anda kehilangan keseimbangan. Tetaplah berpegangan dan lindungi kepala Anda. Jangan memasuki eskalator saat terjadi gempa.
Cara melindungi diri dari tsunami
Guncangan yang lama dan kuat berpotensial terjadi tsunami. Saat gempa berhenti, segera selamatkan diri meskipun belum keluar status siaga atau awas, dan membawa barang untuk menyelamatkan diri yang sudah dipersiapkan sebelum terjadi bencana. Segera menuju ke lokasi pengungsian yang sudah ditetapkan atau lokasi yang lebih tinggi. Jangan kembali ke rumah sebelum peringatan tsunami dicabut.
Menuju tempat evakuasi
Di sini, Anda perlu mengecek lokasi evakuasi (hinan-basho/避難場所) dan pengungsian (hinanjo/避難所) yang telah ditentukan di situs resmi masing-masing kota tempat tinggal Anda.
Penutup
Kesadaran untuk mempersiapkan diri guna mengurangi kerugian saat terjadi bencana alam sangatlah penting. Jepang belajar dari kesalahan dan membuat inovasi-inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat di masa depan.
Kita bisa memulai dengan hal-hal mudah seperti, mempersiapkan barang bawaan darurat, menstabilkan lemari, mengunduh aplikasi bencana, menyepakati lokasi pengungsian bersama anggota keluarga, dan sebagainya.
Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Oleh karena itu, mari memikirkan persiapan untuk melindungi diri terhadap segala kemungkinan terburuk mulai dari sekarang. Semoga kesiapan penanganan bencana Jepang seperti ini bisa segera ditiru oleh Indonesia!