Di Jepang tata bahasa yang digunakan ada beberapa yang serupa dengan Bahasa Indonesia, salah satunya adalah penggunaan kalimat larangan. Penggunaan kalimat yang biasanya menunjukan bahwa sesuatu hal itu dilarang dilakukan. Biasanya pelarangan ini memiliki maksud tertentu, dan dengan tujuan yang baik. Bagaimana sih caranya melarang sesuatu dalam bahasa Jepang?
Daftar Isi
- Apa Itu Kalimat Larangan
- Penggunaan Kalimat Larangan
- Susunan Kalimat Larangan
- Contoh Kalimat Larangan dalam Bahasa Jepang
Apa Itu Kalimat Larangan
Kalimat larangan merupakan kalimat yang isinya melarang seseorang untuk melakukan suatu hal tertentu. Pada tatanan bahasa tertentu, kalimat ini termasuk ke dalam jenis kalimat perintah namun sub jenisnya adalah perintah yang bersifat larangan. Biasanya digunakan untuk melarang seseorang melakukan sesuatu. Dalam penulisannya, kalimat ini menggunakan tanda seru di akhir kalimat.
Dalam kalimat larangan di Bahasa Jepang ini penggunaannya harus dibedakan berdasarkan orang yang dituju. Ada dua jenis dalam kalimat ini berdasarkan orang yang dituju. Pertama larangan dalam bentuk formal, yang biasanya ditujukan untuk orang yang lebih tua dengan tujuan mengingatkan. Lalu dalam bentuk non formal yang biasanya digunakan kepada orang yang lebih muda, ataupun seumuran.
Baca juga >> Contoh Kalimat Perintah Bahasa Jepang dan Penggunaannya
Artikel Pilihan
Penggunaan Kalimat Larangan
Sebelumnya dikatakan bahwa pada tatanan bahasa tertentu kalimat ini termasuk juga dalam kalimat perintah. Hal ini juga berlaku di Jepang, kalimat perintah dan larangan menjadi satu. Adapun penggunaan kalimat ini dalam Bahasa Jepang diantaranya.
-
Perintah, dalam bahasa Jepang kalimat ini digunakan untuk menunjukan perintah secara keras dan kasar, serta memiliki sifat yang memaksa. Karena sifatnya tersebut penggunaan kalimat ini sifatnya terbatas. Biasanya digunakan ketika yang menyampaikan merupakan orang yang berkuasa dan lawan bicaranya memiliki posisi di bawahnya. Contoh seperti sipir penjara ke tahanan.
-
Situasi darurat, pada situasi seperti ini kalimat ataupun kata larangan juga sering digunakan. Hal ini bisa terjadi karena tidak adanya peluang untuk memberikan penjelasan yang mendetail, ataupun petunjuk yang bisa membantu. Sering digunakan pada situasi genting seperti gempa, atau kebakaran yang membutuhkan penanganan cepat. Contohnya adalah Ochitsuite! Awateru hitsuyō wa arimasen, tenanglah dan jangan panik.
-
Sebagai bahasa lelaki, dapat digunakan dari lelaki kepada orang yang memang sudah akrab sehingga tidak terlalu perlu untuk bersikap sopan. Untuk memperlembut penggunaannya, pada akhir kalimat bisa ditambahkan partikel “yo”. Penggunaannya harus bersifat hati-hati, dan jangan sampai digunakan kepada orang yang salah. Contoh “Enryo suru-na (yo)”, jangan malu-malu/jangan sungkan.
-
Pengobaran semangat, yang bisa digunakan oleh berbagai kalangan dengan tujuan untuk menyemangati lawan bicaranya. Kata ini biasa digunakan ketika sedang menonton pertandingan, lomba, ataupun suasana genting seperti perang. Dengan menggunakan kalimat ini diharapkan lawan bicara tetap semangat, dan tidak menyerah. Contoh “Makeru-na”, yang berarti jangan kalah!
Baca juga >> Jikoshoukai, Contoh Introductoin dalam Bahasa Jepang
Susunan Kalimat Larangan
Setelah mengetahui bagaimana cara penggunaan kalimat atau kata larangan yang bisa digunakan untuk beragam kondisi, maka sekarang saatnya untuk mengetahui susunan kalimat larangan. Tentu saja untuk membentuk kalimat ini ada beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan susunan kalimat yang tepat, sesuai dengan kaidah yang berlaku. Berikut ini adalah dua cara paling umum yang digunakan :
-
KK (bentuk kamus) + na!(~な!)
Kata kerja larangan dengan pola kalimat ini maknanya lebih kuat seperti sedang membentak. Untuk membuat kata kerja dalam bentuk larangan, maka bisa menambahkan partikel “na” pada akhir kata kera dalam bentuk kamus. Contoh yang bisa digunakan adalah, kata kerja untuk beli yang memiliki bentuk kamus “kau”. Jadi cara membuatnya adalah “Kau-na” yang berarti jangan beli. Lalu ada makan yang memiliki kata kerja “taberu” makan, “Taberu-na”, jangan makan.
見る(Miru・Melihat) → 見るな!(Miruna!・Jangan lihat!)
触る(Sawaru・Menyentuh) → 触るな!(Sawaruna・Jangan sentuh!)
-
KK (bentuk Nai) + nai de/ nai de kudasai(~ないで・~ないでください!)
Penggunaan kalimat yang satu ini bersifat lebih sopan dibandingkan dengan pola kalimat yang sebelumnya. Karena kata nai itu berarti memohon atau tolong jangan melakukan sesuatu. Sehingga contoh dari kalimat tersebut diantaranya, “Shinpai shinaide” menjadi “Shinpai shinaide kudasai.” yang memiliki arti jangan khawatir.
心配する(Shinpai suru・Khawatir)➝ 心配しないで(Shinpai shinaide・Jangan khawatir)➝ 心配しないでください(Shinpai shinaide kudasai・Tolong jangan khawatir)
Baca juga >> Kenali Pengertian "Desu" dan Fungsinya pada Kalimat
Contoh Kalimat Larangan dalam Bahasa Jepang
Ada banyak sekali contoh kalimat atau kata larangan dalam Bahasa Jepang yang bisa digunakan untuk kehidupan sehari-sehari. Penggunaan kalimat ini juga harus disesuaikan dengan kondisi yang ada, sehingga tidak menyebabkan salah paham. Adapun beberapa contoh kalimat kalimat larangan dalam Bahasa Jepang, diantaranya :
1. Naka-nai de kudasai
Kalimat pertama adalah kalimat yang merupakan bentuk sopan dari jangan menangis. Penggunaan kalimat ini bisa untuk menenangkan seseorang yang sedang bersedih, agar mau berhenti menangis. Bisa juga digunakan sebagai kalimat untuk menghibur.
2. Shinpai shinaide kudasai
Ingin mengungkapkan jangan khawatir, namun dengan pola kalimat yang lebih halus? Gunakan kalimat ini ketika menyampaikan. Kalimat ini menggunakan pola + nai de kudasai di akhirnya sehingga memiliki arti yang lebih halus dan cocok digunakan untuk segala suasana.
3. Sensei! Nihon E Kaeranai de kudasai
Kalau contoh kalimat yang satu ini memang digunakan juga untuk orang yang lebih tua, dan dihormati. Tujuannya adalah seorang “sensei” atau guru. Sehingga meskipun merupakan kata larangan, tapi tetap artinya sopan yakni “Pak guru, tolong jangan kembali ke Jepang.”
4. Koko ni gomi wo sutenai de kudasai
Di Jepang, kebersihan merupakan hal yang sangat penting untuk dijaga. Jadi tidak heran jika banyak larangan yang disebutkan untuk tidak membuat sampah sembarangan. Salah satunya adalah kalimat ini yang berarti “Mohon jangan buang sampah di sini.” Meskipun bersifat larangan, namun sifatnya lebih sopan.
5. Koko de tabako wo suwanai de kudasai
Jepang juga terkenal akan udaranya yang bersih, hal ini dikarenakan masyarakatnya yang disiplin dan tidak boleh merokok sembarangan. Apabila ada yang merokok di tempat yang tidak semestinya, maka akan kena teguran. Meskipun begitu teguran yang dilakukan masih dalam bentuk sopan seperti kalimat ini, dan berarti “Mohon jangan merokok di sini.”
6. Nihon-go de hanasanai de kudasai
Selanjutnya ada contoh larangan untuk tidak melakukan sesuatu. Seperti contoh kalimat ini, yang memiliki arti “tolong jangan berbicara dalam Bahasa Jepang.” Kalimat ini masih dalam bentuk larangan yang sopan.
7. Koko de shashin wo toranai de kudasai
Larangan lainnya bisa berupa permohonan untuk tidak mengambil foto secara sembarangan, apalagi pada tempat wisata. Biasanya pihak pengelola akan mengatakan kalimat ini, dengan arti “mohon jangan mengambil foto di sini.” Digunakan jika tempat untuk mengambil foto merupakan tempat terlarang.
8. Soko ni kuruma wo tomenaide kudasai.
“Mohon jangan menghentikan mobil di sana.” Merupakan arti dari kalimat tersebut. Penggunaannya bisa kepada orang-orang yang memberhentikan mobilnya secara sembarangan, dan merupakan tempat yang dilarang.
9. Baka iuna!
Apabila tadi beberapa contoh kalimat dalam bentuk sopan, maka ini dalam bentuk yang kurang sopan atau sedikit kasar. Kalimat tersebut memiliki arti “jangan ngomong sembarangan.” dan menggunakan komponen “na” pada akhirnya.
10. Oi, taberuna! Sore wa ore no mono da!
Terakhir masih yang menggunakan komponen “na” di akhir kalimat, jadi bentuk kalimat ini bisa dibilang kurang sopan atau sedikit kasar. Kalimatnya memiliki arti “Hey, jangan dimakan! Makanan itu punya saya.”
Itulah tadi contoh kalimat larangan, dan bagaimana cara menggunakan kalimat tersebut dengan baik. Sehingga jangan sampai tertukar ketika menggunakannya. Pahami juga bagaimana menyampaikan larangan dengan sifat formal, dan tidak formal.
Baca juga: Mengenal 4 Jenis Kata yang Ada dalam Bahasa Jepang