Mempelajari bahasa, faktanya memberikan tantangan tersendiri bagi para pelajarnya. Bukan hanya oleh pelajar bahasa kedua, tetapi juga oleh penutur asli bahasa tersebut. Apalagi, jika terdapat keunikan pada bahasa yang dipelajari seperti Jepang, dengan model perubahan kata kerja bentuk te yang beragam pada tiap kelompok kata kerja.
Keunikannya semakin menantang ketika bahasa ini mengenal adanya konjugasi. Ternyata istilah konjugasi bukan hanya ada di dalam pelajaran biologi. Ketika terdapat perlakuan yang mengubah kata pada bentuk dan strukturnya, maka disebutlah proses konjugasi guna memunculkan kosakata baru.
Daftar Isi
- Mengenal Perubahan Bentuk Kata
- Fungsi Kata Kerja te
- Pengelompokkan Kata Kerja te
- Bagaimana Mengubah Kata Kerja?
Mengenal Perubahan Bentuk Kata
Istilah perubahan bentuk kata atau konjugasi terlihat pada hampir semua bahasa, dengan ragam perubahan masing-masing. Istilah ini pun muncul salah satunya ketika belajar Bahasa Jepang, terutama ketika melakukan perubahan kata kerja bentuk te. Kata kerja dalam bahasa ini juga dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok, sesuai perlakuan serta perubahannya.
1. Kata Dasar (Bentuk Kamus)
Manakala mempelajari secara otodidak, kata kerja bentuk te tidak ditemukan di dalam kamus. Hal tersebut karena Jepang juga memiliki kata dasar, yang dikenal sebagai bentuk kamus. Istilahnya adalah Jishokei.
Istilah dalam kamus ini, tentu akan membingungkan jika pembelajar menggunakannya sembari melihat anime atau mencermati lirik lagu. Hal itu karena pada bentuk percakapan yang kompleks, sudah terjadi perubahan kata kerja menjadi berbagai bentuk. Sementara yang tertulis di kamus adalah kata dasarnya.
2. Bentuk Masu
Konjugasi lain yang juga tak kalah membingungkan adalah masu. Penggunaannya cukup spesifik yaitu untuk menunjukkan ajakan dalam konteks yang lebih sopan. Salah satu perpaduannya adalah ‘taberu’ yang akan berubah menjadi ‘tabemasu’.
Pada kedua kata tersebut, artinya sama yaitu makan. Namun, jika mencari kata ‘tabemasu’ di dalam kamus, tidak akan ditemukan karena kata tersebut merupakan perubahan dari kata bentuk kamusnya yaitu ‘taberu’, dengan suffix ‘masu’. Di dalam kamus hanya akan ada kata ‘taberu’ saja, meskipun artinya sama.
Khusus untuk perubahan kata kerja bentuk ini, terdapat klasifikasi yang sangat detail sebanyak tiga golongan. Pengelompokan tersebut ditinjau dari akhiran dari setiap kata, yang tentu akan mengalami perubahan ketika mendapatkan suffix masu ini. Perubahan tersebut tidak mengubah arti, melainkan memberikan makna lebih sopan atau lebih formal.
3. Bentuk Te
Konjugasi berikutnya adalah kata kerja bentuk te. Beberapa kosakata di Jepang ditemukan juga yang berakhiran -te. Contohnya seorang youtuber populer Jerome Polin yang sering mengucapkan ‘mite kurete arigatou gozaimasu’ di akhir videonya. Itu adalah salah satu penggunaan bentuk te yang menunjukkan sebuah pekerjaan yang telah dilakukan dengan menggabungkan dua kata kerja.
Lain halnya dengan pelajaran untuk percakapan, lawan bicara kadang mengatakan ‘chotto matte kudasai’ agar penelepon bersedia untuk menunggu sejenak. Baik ‘mite’ dari kata miru maupun ‘matte’ dari kata matsu dalam penggunaan kalimat tersebut, keduanya merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh orang lain, atau sebuah pekerjaan yang diminta untuk dilakukan dengan cara yang sopan.
4. Nai
Bentuk kata kerja ini barangkali tergolong mudah untuk dipelajari, karena memiliki arti negatif atau kebalikan. Misalnya pada kata ‘katsu’ yang berarti ‘menang’, maka jika ingin mengubahnya menjadi ‘tidak menang’, cukup dengan mengganti ‘u’ dengan ‘nai’ menjadi ‘katanai.
Baca juga >> Kenali Pengertian "Desu" dan Fungsinya pada Kalimat
Artikel Pilihan
Fungsi Kata Kerja te
Dalam menggunakan kata kerja bentuk te, selain untuk mengubah kata atau konjugasi, ditemukan pula sebuah fungsi penggabungan atau konjungsi. Misalnya terdapat dua buah kalimat yang menunjukkan pekerjaan secara berurutan, maka untuk menggabungkannya dapat menggunakan bentuk te ini.
Contohnya adalah kalimat ‘asagohan o taberu. Gakko ni iku’. Kedua kalimat tersebut menunjukkan pekerjaan berurutan, yaitu bahwa setelah makan atau sarapan, akan segera berangkat ke sekolah. Maka, kalimat tersebut bisa digabungkan dengan menghilangkan koma dan mengganti kata kerjanya menjadi ‘asagohan o tabete gakko ni iku’.
Penggabungan dua kalimat juga dapat dilakukan ketika kondisi pekerjaannya setara. Misalnya ketika cuaca sedang turun hujan dengan disertai angin, terlihat dua buah kondisi setara yaitu hujan turun, bersamaan angin bertiup. Mengubahnya akan menjadi ‘ame ga futte, kaza ga fuite imasu’.
Selain memiliki fungsi konjugsi, bentuk tersebut juga bermakna untuk meminta orang lain melakukan sesuatu, dengan cara lembut. Jika di Inggris mengenal frase ‘please’ untuk mengekspresikan perintah secara sopan ketika meminta orang lain melakukan sesuatu, maka perubahan bentuk menjadi te memiliki makna yang sama. ‘tabete’ berarti mempersilahkan makan kepada orang lain, dengan asalnya yaitu ‘taberu’ yang berarti ‘makan’.
Fungsi berikutnya yaitu menyatakan sebab akibat. Cara menggunakannya adalah dengan meletakkan hal yang menjadi sebab di awal kalimat atau klausa bagian awal, sementara klausa berikutnya menunjukkan akibat ditimbulkan. Kalimat ‘saya mengantuk karena belajar semalaman’, dapat diterjemahkan ‘hitobanju benkyo shite irunode nemuidesu’.
Baca juga >> Partikel To dan Penggunaannya di Bahasa Jepang
Pengelompokkan Kata Kerja te
Sama halnya perubahan di pola -masu, kata kerja bentuk te pun mengelompokkan beberapa suffix di belakang beberapa kata. Terdapat 3 kelompok, yang berarti akan terlihat 3 kelompok kata yang akan mengalami ragam perubahannya masing-masing.
1. Kelompok I
Golongan pertama yaitu memiliki sembilan akhiran yang berbeda. Suffix tersebut yaitu U, Tsu, Ru, Mu, Nu, Bu, Ku, Gu, dan Su. Semuanya tentu saja harus dihafalkan untuk mempermudah mempelajari dan menggunakannya dalam kalimat.
2. Kelompok II
Ichidan doushi adalah kelompok kedua, terdapat dua jenis suffix ‘itu’ dan ‘eru’. Beberapa contoh bentuk dasar yang terdapat di dalam kamus yaitu ‘Okiru’ dengn arti bangun. Selanjutnya terdapat pula ‘oshieru’ mengandung arti ‘mengajar’.
3. Golongan III
Pada Golongan berikutnya, juga terdiri atas dua akhiran yaitu ‘kuru’ dan ‘suru’. Pembentukannya berasal dari kata benda, yang jika ditambahkan dengan kedua akhiran tersebut akan berubah menjadi kata kerja.
Baca juga >> Belajar Kata Sifat I dalam Bahasa Jepang
Bagaimana Mengubah Kata Kerja?
Cara mengubah kata kerja pada setiap kelompok pun ternyata mudah. Pelajar hanya tinggal mencermati bagian akhir pada kata tersebut, lalu ganti menggunakan bentuk baru, dengan demikian kata kerja bentuk te sudah otomatis terbentuk.
1. Kelompok I
Pada kelompok pertama, ada 9 kata kerja yang akan mengalami beragam perubahan. Kata berakhiran -u, -tsu, dan -ru yang akan berubah menjadi -tte. Contohnya adalah kata ‘wakaru’ yang berubah menjadi ‘wakatte’. Sementara kata berakhiran -su akan menjadi -shite. Lain halnya dengan -gu karena akan menjadi -ide, -ku menjadi -ite, dan akhiran -mu, -nu, -bu akan menjadi -nde.
2. Kelompok II
Klasifikasi golongan dua adalah kelompok kata kerja bentuk dasar yang ada di kamus. Perubahannya cukup mengganti akhiran -ru menjadi -te. Pola ini dikatakan sangat mudah, karena tidak ada perbedaan spesifik dan perubahan yang variatif pada kata-kata kerja tersebut. misalnya, ‘okiru’ menjadi ‘okite’, ‘dekiru’ menjadi ‘dekite’, dan seterusnya.
3. Kelompok III
Meskipun tergolong irregular verb, namun hanya ada dua kata saja dalam kelompok ini yaitu kuru dan suru, yang tinggal diubah bagian terakhirnya menjadi bentuk te. Sehingga bentuknya akan menjadi kite dan shite.
Mempelajari kata kerja bentuk te sebenarnya sangat mudah dilakukan. Pelajar hanya tinggal menghafalkan pola suffix pada tiap kelompoknya, dan memahami cara mengubahnya dengan benar. Dengan demikian, kata kerja tersebut telah terbentuk tanpa mengubah arti.
Baca juga: Makna Tomodachi, Istilah “Teman” yang Sering Muncul dalam Anime