Jika mendengar kata ‘tato’, seketika akan terbesit kesan negatif seperti tidak sehat, kurang bersih, atau identik dengan kejahatan. Bukan hanya di Indonesia, di masyarakat negara lain yang masih konservatif juga akan muncul pemikiran seperti ini. Namun sebenarnya, seni ini tak selamanya terkurung dalam stigma negatif, karena ada juga yang populer.
Salah satu negara yang menganggap hal ini populer adalah Jepang. Bukan hanya di era modern ini, namun di jepang bahkan memiliki nilai seni dan sejarah yang panjang. Sejarah juga yang mencatatkan cerita erat tato dengan Jepang, hingga akhirnya kembali populer di masa sekarang oleh generasi muda.
Daftar Isi
- Mengenal Tato Irezumi
- Sejarah Seni Tato di Jepang
- Kebijakan Tato di Jepang
- Popularitas Tato di Jepang Saat Ini
Mengenal Tato Irezumi
Seni tato di Jepang, pada mulanya dikenal dengan nama Irezumi. Terminology ini memiliki arti ‘memasukkan tinta’. Lebih mendalam, irezumi merupakan sebuah teknik memasukkan tinta ke dalam kulit, untuk membuat sebuah pola atau gambar tertentu secara permanen. Gaya khas dari irezumi adalah penggunaan jarum logam, dengan benang sutra dan gagang kayu, lalu memakai tinta khusus bernama zumi.
Teknik penerapan tinta dilakukan dengan perkakas tangan yang dinamakan tebori. Cara ini pun masih banyak dilakukan oleh para penggemar era modern, karena hasil yang dihasilkan lebih halus. Selain itu, tidak terlihat bayangan pada gambar, seperti halnya jika menggunakan peralatan modern. Apalagi, menggunakan teknik tebori memberikan kekuatan yang lebih lama dibandingkan aplikasi dengan alat modern.
Penerapan jarum logam pada kulit, tentu saja akan menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Apalagi, membuat gambar di badan dengan tinta permanen membutuhkan waktu lama. Irezumi, selain untuk tujuan dekoratif, sempat digunakan untuk acara spiritual. Melalui aktivitas spiritual itulah, sejarahnya di Jepang perlahan dirunut hingga ke masa prasejarah.
Selama berabad-abad, irezumi sudah dikenal dan digunakan di Jepang sebagai hiasan. Selain itu, di beberapa tempat, lukis tubuh ini diterapkan sebagai ciri atau bentuk hukuman. Begitulah tato di zaman dahulu yang memang diidentikkan sebagai branding untuk penjahat. Di zaman Edo, seorang pelanggar bahkan akan dibuat tanda khusus tepat di tengah dahi.
Artikel Pilihan
Sejarah Seni Tato di Jepang
Seni gambar tubuh di negara ini ternyata bukan muncul karena afiliasi budaya barat, sebagaimana yang terjadi di banyak negara lainnya. Akan tetapi, seni ini sudah tercatat sebagai sejarah sejak era atau zaman Jomon, yaitu sebuah periode yang terjadi sebelum masehi.
Pada sejarah tersebut, seni Lukis tubuh ini bahkan ditemukan sekitar tahun 5000 SM, dengan sebuah penelitian terhadap patung tanah liat seorang tokoh di masa tersebut. Patung tersebut terlihat memiliki banyak gambar tubuh, yang kemudian disinyalisasi sebagai awal kemunculan seni ini di Jepang.
Selain itu, pencatatan sejarah terlihat dalam bukti tertulis pertama kali pada kisaran 300 M. terdapat sebuah teks dengan judul ‘History of The Chinese Dynasties’, yang memberikan sebuah gambaran pria Jepang yang menutupi wajah dan tubuhnya dengan gambar tinta permanen ini.
Kebijakan Tato di Jepang
Negara ini ternyata telah malang-melintang dengan sejarah yang tidak sebentar. Bukan hanya terlihat sebagai sejarah, namun seni ini juga memiliki cerita panjang lain yang menyertainya. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Sebagai Penanda Hukuman
Branding penjahat zaman dahulu, khususnya Zaman Edo di Jepang, dilakukan sebagai penanda khusus bahwa orang tersebut pernah melakukan pelanggaran atau kejahatan. Bentuk gambar yang diberikan pun berbeda-beda di setiap wilayah, dan juga berbeda untuk jenis kejahatan yang dilakukan. Perlahan, pemberian tanda khusus ini dipindahkan, dari dahi ke lengan bawah, sebelum akhirnya dihapuskan pada media 1872.
Pada periode Edo, dikenal juga sekelompok Bakuto, yaitu orang-orang yang gemar membuat gambar di seluruh tubuh. Bakuto bahkan dianggap sebagai yang memengaruhi yakuza modern. Seni gambar tubuh di sana biasanya sembari dipamerkan di tempat judi, yaitu pada tubuh si pembagi kartu. Gambar yang digunakan di zaman Edo biasanya adalah ornamen alam seperti sakura, naga, atau ikan.
2. Suikoden
Perjalanan negara ini juga dipengaruhi salah satunya dengan sebuah ilustrasi di novel populer, Suikoden. Popularitas seni tato dan novel tersebut seperti saling mengerti satu sama lain. Dikisahkan dalam novel cina tersebut, seorang pemberani yang menjadi pahlawan, yang mana seluruh tubuhnya dihiasi dengan gambar-gambar bunga dan naga.
Pola gambar seperti yang diilustrasikan dalam novel pun cepat populer, dengan menggunakan berbagai peralatan. Seorang seniman pahat kayu, membuat pola gambar tersebut sebagai pola pahat menggunakan tinta unik bernama Nara. Tinta tersebut bahkan bisa berubah warna jika digunakan di pada kulit manusia.
Para penguasa di periode Edo sampai-sampai mengeluarkan larangan untuk menato tubuh, yang juga dilatarbelakangi kisah dalam novel tersebut. Para pemberani yang diunggulkan dalam novel tersebut, tidak lain adalah seorang penentang pemerintah, yang melakukan pembangkangan karena tidak cocok dengan ideologi yang diterapkan.
Hal ini menjadi kekhawatiran tersendiri di mata pemerintahan Edo, karena pemahaman tersebut bisa saja ditiru untuk menentang pemerintah. Zaman Edo memang dikenal dengan adanya kekuasaan militer yang sangat diktator.
3. Yakuza
Larangan menggambar tubuh dilakukan di awal abad ke 19. Ketika negara-negara lain tetap melegalkan lukisan tubuh ini bagi penduduknya, Jepang menerapkan larangan yang tegas. Alih-alih menjadi sebuah karya seni, lukis tubuh bahkan benar-benar dicap sebagai bentuk kriminal yang ditakutkan akan membuat masyarakat terbelakang dan tidak beradab.
Pada medio 1948, larangan tersebut baru dicabut seiring dengan munculnya film Yakuza. Film ini sangat identik dengan kekerasan dan tindak kriminal karena berkisah tentang kebangkitan gangster. Hal ini semakin memberikan pengaruh atau stigma pada seni tato sebagai keburukan dan lekat dengan kejahatan.
Popularitas Tato di Jepang Saat Ini
Di luar masalah masih adanya generasi baby boomers yang memberikan stigma negatif pada seni ini, Jepang juga tetap menempatkannya sebagai sebuah karya yang populer. Tidak berhenti sebagai seni dekorasi, lukisan tubuh ini bahkan memiliki harinya sendiri untuk dirayakan dalam sebuah festival.
1. Festival Tato di Jepang
Dikenal dengan nama Sanja Matsuri, Tokyo memiliki sebuah acara khusus untuk menampilkan lukis tubuh sebagai sebuah karya seni. Diselenggarakan secara tahunan pada Bulan Mei di minggu ketiga, perayaan besar ini pun menjadi ikonik bahkan terbesar di negara ini.
Pada festival Sanja Matsuri, orang bebas memamerkan gambar di tubuhnya. Bukan sekadar pola gambar kecil, tetapi juga gambar yang hampir menutupi sekujur tubuh dari leher hingga ke kaki. Biasanya, festival diselenggarakan selama 3 hari. Namun di kala pandemi, festival dipersingkat hanya dalam 2 hari, meskipun tak juga mengurangi antusiasme para peserta dan penonton.
2. Era Modern
Hingga saat ini, seni tattoo tetap banyak ditemui di Jepang. Meski demikian, ada beberapa pemandian yang menerapkan aturan tegas dengan tidak menerima tamu bertato. Jika hanya gambar kecil, barangkali bisa ditutup menggunakan plester. Namun, ada baiknya ketika mencari pemandian di Jepang, bertanyalah dengan detail tentang peraturannya.
Seni lukis tubuh atau tato di Jepang, tampak berbeda dengan banyak negara lainnya. Bukan hanya menerapkan budaya barat, tetapi memiliki sejarah yang sangat panjang. Berbagai perubahan pun diadaptasi di Jepang, mulai dari pola gambar, teknik aplikasi, hingga izin penggunaan di tempat umum.