Berbicara tentang mitos, sepertinya setiap wilayah akan memiliki ceritanya masing-masing. Seperti halnya suku-suku di Indonesia yang sering menasehati anak-keturunannya dengan berbagai kepercayaan mistis, Jepang juga punya hal yang sama. Bahkan, negara maju tersebut juga memiliki keyakinan akan hadirnya makhluk tertentu jika tidak mematuhi nasihatnya.
Daftar Isi
Makhluk Mitologi Jepang
Salah satu cerita mitos yang ada di Jepang adalah kemunculan makhluk aneh yang dipercaya merupakan jelmaan manusia atau hewan tertentu. Makhluk mitologi tersebut bahkan diyakini sebagai sebab akan datangnya sebuah kebajikan maupun kejahatan.
1. Tanuki
makhluk mitologi yang pertama adalah ‘Tanuki’. Masyarakat Jepang zaman dahulu mempercayai adanya makhluk mitos yang merupakan jelmaan rakun dan anjing. Makhluk ini dipercaya sebagai makhluk pencuri yang sering mengelabui manusia.
Tanuki akan datang di malam hari dengan menjelma sebagai seorang wanita cantik. Siapapun yang melihatnya akan terpesona dan terbuai hingga tak menyadari keadaan sekitarnya. Maka pada keesokan harinya, orang tersebut akan terbangun dan mendapati barang-barang miliknya sudah habis dicuri.
2. Kitsune
Seekor rubah, atau dalam Bahasa Jepang disebut Kitsune, adalah hewan yang biasa ditemui secara wajar. Namun tidak demikian dengan mitos Jepang yang menganggap rubah Kitsune memiliki sihir, dan bisa menjelma menjadi manusia.
Berbeda dengan Tanuki, Kitsune adalah makhluk yang kemunculannya tidak akan mengganggu atau merugikan orang lain. Warna tubuhnya yang keemasan, akan menjelma menjadi seorang yang bijak, cerdas, serta sarat nasihat baik.
3. Tengu
Wujud makhluk ini adalah seekor burung gagak. Lazimnya burung gagak memang dikaitkan dengan kejahatan atau kematian. Demikian halnya Tengu yang mempunyai wajah mengerikan. Namun meskipun menyeramkan, ternyata Tengu adalah petunjuk jalan bagi orang yang tersesat di gunung. Tengu akan memberikan banyak cara agar orang tersebut menemukan jalannya kembali.
4. Kappa
Kegemaran bermain di sungai banyak dimiliki oleh kebanyakan masyarakat, khususnya anak-anak. Namun, orang sebaiknya berhati-hati jika sedang menikmati arus sungai di Jepang, yang merupakan tempat tinggal ‘Kappa’.
Kappa disebut juga anak sungai, dengan wujud menyerupai kura-kura dan seorang anak. Kakinya mempunyai selaput dan dengan paruh yang panjang. Jika bertemu dengan Kappa, pastikan mengisi cawan yang ada di kepalanya. Jika tidak, Kappa akan marah dan tak segan-segan mengambil jiwa manusia.
5. Yuki-Onna
Jepang merupakan negara dengan musim salju. Di balik keindahan salju, ada Yuki-Onna si perempuan bertubuh tinggi, bermuka pucat, dengan kimono warna putih. Yuki-Onna adalah perempuan yang meninggal di tengah badai salju. Kemunculannya akan membuat orang beku dengan hembusan nafasnya, karena ia menginginkan orang lain merasakan penderitaannya juga.
Artikel Pilihan
MItos Penciptaan Kepulauan Jepang
Selain makhluk-makhluk mitologi, pembentukan kepulauan Jepang sendiri ternyata dimulai dari sebuah mitos. Semuanya berawal dari pembentukan dunia yang berasal dari ketidakberaturan, sehingga memunculkan energi ringan pembentuk surga, dan energi berat pembentuk dunia.
Di surga, terciptalah dengan sendirinya dewa-dewa yang disebut ‘androgini’. Dewa tersebut kemudian ada yang berketurunan, baik dengan perkawinan maupun lahir dengan sendirinya. Para dewa dan dewi tersebut kemudian menciptakan Kepulauan Jepang.
Dewa-dewi tersebut juga melakukan pernikahan di dunia, bahkan di antaranya berperang sehingga menimbulkan wilayah demi wilayah lainnya. Beberapa yang lahir juga menjadi dewa yang menguasai malam, siang, dan juga samudera.
Mitos Pengundang Sial
Berbagai kepercayaan takhayul tersebut ada juga yang sampai saat ini masih diyakini dan dilakukan, bahkan oleh generasi modern Jepang. Beberapa kepercayaan dilakukan sekadar untuk mematuhi nasihat orang tua, agar terhindar dari kesialan.
1. Angka Sial
Jika mendengar angka sial, umumnya orang akan memikirkan angka 13. Namun, ternyata hal itu tidak berlaku di Jepang, karena angka sial di sana adalah 49. Hal itu bermula dari pelafalan angka 4 dan 9 yang lekat dengan angka kematian dan penderitaan.
Angka 4 dalam Bahasa Jepang adalah ‘shi’, yang sangat mirip dengan kata ‘shi-nu’ yang artinya mati. Sementara angka 9 disebut ‘ku/kyuu’, dan dirasa dengan dengan ‘ku-rushi’ atau penderitaan. Oleh karenanya, angka 49 kemudian dimaknai sebagai angka yang lekat dengan penderitaan sampai mati.
2. Menginjak Ujung Tikar
Rumah-rumah Jepang umumnya menggunakan tikar yang disebut tatami sebagai alas untuk duduk. Tatami selalu ditemui di banyak ruangan besar, mulai dari ruang keluarga, ruangan untuk berdoa, hingga ruang makan.
Namun, pemilik rumah juga harus berhati-hati ketika melangkahkan kaki, karena menginjak ujung tatami berarti kesialan baginya. Menginjak bagian ujung tikar adalah sikap yang tidak hormat kepada leluhur, dan hal tersebut dapat mendatangkan nasib buruk.
Maka, ketika melihat tikar atau tatami, sebaiknya melangkah dengan hati-hati. Masuklah ke area tatami melalui bagian tengah, dan bukan dari ujungnya.
3. Gunting Kuku Malam Hari
Membersihkan kuku dengan mengguntingnya adalah aktivitas yang biasa. Bahkan, kapan pun merasa risi, kuku dapat segera dipotong meskipun pada malam hari. Kebiasaan menggunting kuku di Jepang terkait juga dengan sebuah keyakinan yang melegenda.
Sebagian masyarakat Jepang meyakini bahwa menggunting kuku tidak boleh dilakukan di malam hari. Kabarnya, hal tersebut bisa membuat seseorang tiba-tiba meninggal. Cerita ini sebenarnya bermula dari kebiasaan orang Jepang zaman dahulu yang memotong kuku menggunakan pisau, sehingga membahayakan dirinya sendiri.
Mitos Tentang Jodoh
Berbicara tentang keyakinan leluhur, ada juga kepercayaan aneh yang menyebabkan seseorang jauh atau sangat dekat dengan pernikahan. Di dalam negeri, jika duduk di depan pintu adalah tanda orang tersebut akan sulit jodoh. Jepang pun memiliki keyakinan yang unik terkait datangnya sang kekasih hati.
1. Menyaksikan Gerhana Matahari Bersama
Pernikahan sering disimbolkan dengan cincin, karena benda tersebut tidak memiliki ujung. Artinya, pernikahan seseorang diharapkan langgeng dan terus bersemi tanpa batas waktu. Pasangan kekasih di Jepang juga meyakini hal ini, dan mengaitkannya dengan gerhana matahari.
Kemunculan gerhana matahari tentu menimbulkan pendar cahaya serupa cincin di sekitar benda planet tersebut. Jika pasangan menyaksikan gerhana ini bersama, maka diyakini hubungan kasihnya akan langgeng selamanya.
2. Kucing Putih
Bukan hanya kucing hitam yang menuai mitos si pembawa sial, namun kucing putih bagi masyarakat Jepang juga merupakan sebuah sinyal. Bedanya dengan si kucing hitam, kucing putih adalah pertanda baik bagi pasangan.
Jika pasangan muda-mudi yang sedang berkencan melihat kucing putih melintas, maka diyakini ikatan cintanya akan semakin lekat. Tidak akan ada aral yang mengganggu jalan kasihnya, hingga ke pelaminan.
3. Menggunakan Gunting
Penggunaan gunting pada cerita mistis Indonesia biasanya diidentikkan dengan ‘bekal’ ibu hamil atau bayi yang baru lahir, agar tidak diganggu roh jahat. Sepertinya gunting memang diserupakan benda yang menyeramkan, karena masyarakat Jepang meyakini hal serupa.
Namun, keyakinan di sana bukan terkait dengan ibu hamil, janin, dan bayinya. Gunting adalah benda yang tidak boleh disentuh apalagi digunakan ketika sedang berkencan. Hal itu dipercaya akan membuat si pemakai gunting kelak akan dicampakkan dan ditinggalkan tanpa sebab.
Berbagai mitos negeri sakura ternyata tak kalah menarik dibandingkan dengan kepercayaan yang ada di dalam negeri. Mempercayai segala hal tentu harus dilakukan secara rasional. Namun, tak ada salahnya jika sekadar untuk menghargai dan menghormati cerita dan keyakinan orang tua, guru, atau yang siapapun yang dituakan.