Mengenal Alat Musik Jepang Tradisional. Tetap Eksis di Tengah Perkembangan Budaya Modern

WeXpats
2020/04/08

Musik adalah bagian besar dari budaya Jepang. Musik membuatmu lebih bersemangat, di samping itu, mempengaruhi media, ekonomi, dan bahkan subkultur fesyen. Di masa lalu, alat musik Jepang tradisional membantu melengkapi pertunjukan teater dengan musik indah yang menghiasi aula para bangsawan.

Ada banyak alat musik Jepang yang digunakan untuk memainkan musik tradisional Jepang, dari yang diciptakan asli di Jepang hingga alat musik dari Tiongkok yang berevolusi dan berkembang menjadi citarasa dan varietas Jepang dari waktu ke waktu.

Sejarah Alat Musik Jepang

Sebelum alat musik dibawa dari Tiongkok dan Korea, temuan arkeologis menunjukkan bahwa orang Jepang membuat suling pedesaan dengan lubang tunggal dari batu dan tanah liat di zaman kuno. Sebelum abad ke-3, seruling mirip ocarina dengan beberapa lubang untuk memainkan nada-nada diperkenalkan dari Tiongkok. Bentuk tanah liat berlubang berbentuk kecapi kecil juga telah ditemukan dari situs arkeologi lebih dari 1.000 tahun yang lalu. Ada juga Dotaku, alat musik berbentuk lonceng besar dengan dekorasi rumit yang terbuat dari perunggu, yang diperkirakan digunakan dalam ritual-ritual.

Pada awalnya, secara umum alat musik dimainkan dalam ansambel (gagaku). Kemudian, kemampuan memainkan alat musik seperti Koto, Fue dan Sho menjadi seni yang harus dipelajari oleh bangsawan dan samurai. Masyarakat biasa baru mulai memainkan alat musik gesek yang disebut Shamisen pada akhir abad ke-16 . Sampai saat itu, mereka telah memainkan seruling, drum, dan lonceng sederhana untuk pertunjukan seni rakyat dan ritual yang didedikasikan di kuil dan tempat suci, seperti tarian Kagura dan Dengaku.

Ciri Khas Alat Musik Jepang Tradisional

Di Jepang, musik pada dasarnya diturunkan melalui instruksi lisan dari master kepada para siswa. Siswa diharapkan untuk belajar dengan mengamati secara hati-hati dan secara intuitif merasakan bagaimana dan apa yang dimainkan guru mereka. Dahulu, hafalan adalah kunci untuk menguasai alat musik. Belum ada notasi musik universa. Notasi musik tertulis hanyalah bantuan kecil. 

Alat musik Jepang tradisional , seperti yang berlaku di seluruh dunia, terbuat dari bahan-bahan yang tersedia di daerah tersebut. Bambu yang berlimpah di Jepang, secara alami menjadi pilihan yang jelas untuk membuat alat musik tiup. Dibandingkan dengan alat musik Barat, alat musik Jepang tradisional sangat sederhana dalam hal struktur dan mekanisme penghasil suara. Suara yang dihasilkan menambahkan harmoni yang kompleks untuk musik.

Jenis Alat Musik Jepang Tradisional yang Terus Eksis

Alat musik Jepang tradisional memang sudah ditemukan sejak zaman kuno. Namun bukan berarti kamu tidak bisa menikmati keindahan bunyi alat musik ini. Jepang dengan hati-hati terus menjaga eksistensi alat musik tradisionalnya agar terus dimainkan di seluruh negeri.

Koto

Alat musik Jepang tradisional yang terus eksis adalah Koto, sejenis alat musik dawai. Jika dilihat, bentuknya mirip dengan kecapi yang ada di Indonesia. Ada banyak varietas Koto, yang dikategorikan berdasarkan bentuk dan struktur. Sebagian besar jenisnya terdiri dari tubuh yang terbuat dari kayu dengan dawai terbentang di tengah yang dipetik dengan pick yang disebut tsume

Koto tiga belas senar dibawa ke Jepang pada abad ke-8 dari Cina, dan penggunaannya tersebar luas. Tubuh terbuat dari kayu paulownia, dan tiga belas benang sutra yang saat ini lebih banyak menggunakan nilon. Koto awalnya dimainkan di gagaku (ansambel musik), kemudian menyebar di antara rakyat biasa di abad ke-16. Biasanya dimainkan solo, sebagai iringan lagu, atau sebagai bagian dari ansambel dengan shamisen dan shakuhachi. Di masa sekarang, koto sering dimainkan bersama dengan instrumen Barat juga.

Shamisen

Diperkirakan telah dibawa ke Jepang pada pertengahan abad ke-16, shamisen (juga disebut sangen (secara harfiah, tiga senar) adalah alat musik petik yang mirip dengan kecapi tiga senar. Shamisen dapat memainkan berbagai jangkauan nada yang lebih luas. Shamisen terbuat dari kulit yang direntangkan di atas bentuk tubuhnya yang persegi panjang dengan leher panjang yang menonjol. Umumnya dimainkan oleh seseorang dalam posisi berlutut, dengan tubuh instrumen bertumpu pada lutut kanan dan distabilkan oleh lengan kanan dipetik dengan "bachi". 

Pada abad 17-19, shamisen mulai digunakan untuk teater Kabuki, teater boneka Bunraku, seni pertunjukan rakyat dan populer, iringan lagu seperti jiuta, dan musik dalam kamar yang disebut sankyoku (sebuah ansambel dengan koto dan shakuhachi atau kokyu). Melalui penggunaan ini, Shamisen menjadi salah satu alat musik Jepang tradisional yang memperoleh popularitas luar biasa.

Shakuhachi

Shakuhachi adalah instrumen angin bambu yang dikategorikan sebagai seruling keluarga Serebue (instrumen tiup). Ini dimainkan dengan menempatkan bibir seseorang pada ujung atas instrumen yang dipotong secara diagonal dan ditiup untuk menghasilkan suara. Jenis standar memiliki 5 lubang jari dan panjangnya sekitar 54,5 cm, tetapi ada juga tipe panjang dan pendek. Shakuhachi memiliki tingkat jangkauan nada yang tinggi, memungkinkannya untuk membuat berbagai suara dan digunakan dengan berbagai cara.

Dibawa ke Jepang dari Dinasti Tang pada abad ke-8, shakuhachi pada awalnya dimainkan dalam ansambel gagaku. Pada saat itu, jumlah lubang jari adalah enam, dan seruling kadang-kadang terbuat dari batu dan gigi tajam hewan, juga bambu. Alat musik ini adalah favorit di kalangan bangsawan, dan muncul dalam buku terkenal Tales of Genji, tetapi pada abad ke-12, shakuhachi tidak lagi termasuk dalam pertunjukan gagaku. Setelah akhir abad ke-19, shakuhachi menyebar di antara masyarakat biasa, dan dimainkan dalam ansambel dengan shamisen.

Taiko

Bisa dibilang instrumen Jepang yang paling terkenal secara internasional adalah drum taiko. Drum Taiko adalah drum yang terlihat di banyak festival musim panas di Jepang dan pada upacara budaya Jepang di seluruh dunia. Ada juga drum khusus termasuk dadaiko yang digunakan dalam ansambel gagaku. Taiko digunakan tidak hanya untuk irama, tetapi juga untuk membuat efek suara termasuk gelombang, hujan dan angin, serta salju, di teater Kabuki dan pertunjukan lainnya. Di Okinawa, ada juga instrumen perkusi yang disebut Paranku, yang digenggam dan dipukuli saat peserta menari.

Apa yang Terjadi dengan Musik Tradisional Jepang Saat Ini?

Musik tradisional sekarang hampir diabaikan oleh mayoritas masyarakat Jepang. Orang yang terbiasa atau menekuni piano dan gitar mungkin jauh lebih banyak daripada mereka yang menggunakan koto dan shamisen. Pendidikan musik di sekolah berpusat pada musik klasik Eropa setelah pertengahan abad ke-18 daripada musik Jepang. Seperti alat musik yang biasa terlihat di sekolah adalah recorder, harmonika, keyboard, piano, dan organ. 

Pada tahun 2002, menjadi kewajiban bagi siswa sekolah menengah untuk belajar memainkan setidaknya satu instrumen tradisional Jepang seperti koto, seruling bambu atau shamisen di kelas musik. Bagaimanapun, banyak siswa yang akhirnya berhenti begitu saja karena kurangnya guru yang tahu cara bermain atau mengajar alat musik tradisional. 

Untuk menarik kembali minat pendengar, para pemain instrumen tradisional mulai memainkan lagu-lagu populer atau lagu Barat. Mereka juga membuat kolaborasi dengan instrumen Barat seperti gitar listrik, drum dan piano. Namun, apakah upaya ini akan membuahkan hasil? Orang Jepang cenderung lebih akrab dengan musik Barat daripada musik tradisional Jepang, sama seperti keadaan anak-anak muda di Indonesia saat ini. 

Baca juga: Kekuatan Budaya Jepang: Dekat dengan Kehidupan Sehari-hari hingga Bertahan sejak Zaman Kuno

Penulis

WeXpats
Di sini kami menyediakan artikel yang mencakup berbagai informasi yang berguna tentang kehidupan, pekerjaan, dan studi di Jepang hingga pesona dan kualitas Jepang yang menarik.

Sosial Media ソーシャルメディア

Kami berbagi berita terbaru tentang Jepang dalam 9bahasa.

  • English
  • 한국어
  • Tiếng Việt
  • မြန်မာဘာသာစကား
  • Bahasa Indonesia
  • 中文 (繁體)
  • Español
  • Português
  • ภาษาไทย
TOP/ Budaya Jepang/ Tradisi budaya Jepang/ Mengenal Alat Musik Jepang Tradisional. Tetap Eksis di Tengah Perkembangan Budaya Modern

Situs web kami menggunakan Cookies dengan tujuan meningkatkan aksesibilitas dan kualitas kami. Silakan klik "Setuju" jika Anda menyetujui penggunaan Cookie kami. Untuk melihat detail lebih lanjut tentang bagaimana perusahaan kami menggunakan Cookies, silakan lihat di sini.

Kebijakan Cookie