Jepang adalah salah satu negara yang kebudayaannya sudah berhasil terkenal di penjuru dunia tidak terkecuali di Indonesia. Ada banyak sekali kebudayaan Jepang sebenarnya mulai dari makanan, bahasa, hingga pakaian. Salah satu pakaian tradisional dari Jepang yang paling terkenal adalah Yukata.
Sebenarnya, pakaian ini sering disamakan dengan kimono karena bentuknya dan cara mengenakannya yang mirip. Busana ini biasa dikenakan dalam berbagai acara terutama pada saat festival musim panas.
Daftar isi:
- Perbedaan Yukata dan Kimono
- Sejarah Awal Yukata
- Menemukan dan Mengenakan Yukata
- Bagaimana Mengenakan Yukata yang Benar?
Perbedaan Yukata dan Kimono
Dua pakaian khas Jepang ini bagi orang awam mungkin terdengar hanya berbeda dari sisi bahasa saja tetapi cara mengenakan dan bahannya sama sekali berbeda. Padahal ada banyak sekali perbedaan di antara keduanya. Perbedaan pertama yang paling penting adalah panjang kain pada bagian tangan dan jumlah lapisan kain yang dikenakan. Tipe pakaian ini juga biasanya memiliki lengan tidak lebih dari 50 cm.
Perbedaan kedua adalah pada kimono, bahan yang dikenakan lebih mewah yakni bahan sutra. Sedangkan yukata dari katun ataupun bahan polyester yang memang lebih sejuk dan tipis. Kimono biasa dipakai secara berlapis-lapis sedangkan yukata yang lebih diutamakan untuk musim panas.
Ketika musim dingin datang, orang yang masih mengenakan pakaian ini biasanya sudah pasti memakai Kimono. Yukata sendiri akan sangat jarang digunakan di luar musim panas karena memang tidak melindungi dari dingin.
Dari sisi kegunaan, biasanya kimono dikenakan pada acara formal seperti wisuda ataupun ibadah pertama di tahun baru. Sedangkan pakaian satunya lebih luwes digunakan dalam kondisi apapun. Seringnya, festival seperti festival matsuri kembang api akan banyak ditemukan orang menggunakan pakaian ini.
Hal yang wajib diketahui saat memasang yukata atau kimono, pegang bagian lengan masing-masing. Pastikan sisi kiri lengan berada di atas, sementara sisi kanan berada pada bagian dalam. Jika terbalik memasang kimono atau yukata bisa terlihat tidak sopan karena memiliki arti belasungkawa. Di Jepang, pada saat menghadiri pemakaman orang-orang yang mengenakan kimono atau yukata hitam memasangnya dengan posisi terbalik.
Artikel Pilihan
Sejarah Awal Yukata
Pada zaman dulu Yukata awalnya dinamakan Yukatabira (湯帷子). Kanji 湯 (yu) berasal dari bahasa Jepang yang berarti mandi dan 帷子 (katabira) yang memiliki arti pakaian dalam. Dinamakan demikian karena dipakai para bangsawan pada zaman Heian (sekitar tahun 794-1185) dan merupakan busana yang dikenakan setelah mandi. Pakaian ini masih hanya sekedar berupa linen halus dengan ukuran panjang.
Bahan kain yukata yang memiliki daya serap tinggi, nyaman dikenakan setelah mandi atau sebagai pakaian tidur pada zaman tersebut. Sejalannya waktu, yukata dijadikan sebagai busana keluar rumah pada pertengahan zaman Edo (sekitar tahun 1600-1868).
Awalnya pakaian ini sendiri biasanya diwarnai dengan warna indigo tetapi sekarang corak dan warnanya sudah beragam. Kaum muda-mudi terutama wanita cenderung memakai pakaian yang memiliki corak lebih beragam dan warna lebih berani.
Pakaian yang satu ini mulai begitu populer di berbagai kalangan pada tanggal 1990-an. Banyak wanita muda mulai mengenakan pakaian ini di kegiatan musim panas, tidak hanya terbatas pada saat ke pemandian. Bersantai sambil menikmati teh atau menghadiri festival pun sudah bisa mengenakan pakaian satu ini.
Menemukan dan Mengenakan Yukata
Festival musim panas tentu tidak bisa terjadi sepanjang waktu dan biasanya di musim tersebut akan sulit menemukan tiket tersedia. Jika pergi ke Jepang hanya untuk merasakan bagaimana sebenarnya perasaan ketika mengenakan pakaian ini, maka cara termudah adalah dengan pergi ke onsen atau pemandian air panas.
Di Jepang sendiri, terutama di musim panas, pakaian ini banyak dikenakan untuk sekedar berjalan atau berbelanja. Hal ini bisa memberikan kesan tersendiri bagaimana menikmati Jepang dan merasakan menjadi warga lokal.
Ketika menginap di ryokan atau penginapan, biasanya pihak penginapan akan menawarkan untuk memakai pakaian ini. Pakaian yang ditawarkan memang biasanya hanya dalam bentuk sederhana saja tanpa banyak model tetapi ditawarkan secara gratis.
Keberadaan pakaian ini sebagai oleh-oleh juga bisa lebih mudah lagi ditemukan. Hampir di semua pusat perbelanjaan pakaian ini menjadi salah satu barang penting yang dijual. Pakaian yang memiliki lebih banyak corak dan warna yang unik biasanya dibandrol dengan harga lebih tinggi.
Bagaimana Mengenakan Yukata yang Benar?
Sebelum belajar mengenakannya, ada beberapa komponen dasar yang perlu diketahui terlebih dahulu. Ada yukata, hadagi (pakaian dalam putih), obi (sabuk khusus), serta koshihimo (tali pengikat di pinggang). Berikut ini cara memakainya dengan benar yang bisa ditiru dengan mudah.
1. Langkah Pertama
Mengenakan pakaian dalam yang berupa hadagi adalah langkah awal sebenarnya untuk dilakukan. Jika tidak ada, mengenakan tanktop tidak masalah tetapi perlu memilih yang berdada rendah. Setelah itu masukkan bagian lengan dari pakaian ini dan pastikan jahitan di punggung berada di bagian tengah.
Ada bagian dari pakaian ini yang disebut dengan erisaki dan perlu memegangnya hingga bagian bawahnya setinggi mata kaki. Setelah itu, bagian belakangnya juga perlu ditarik agar bagian bawah secara keseluruhan bisa sejajar dan tidak tinggi sebelah.
2. Kedua
Bagian kanan biasa berada di dalam, jadi cukup bawa bagian kanan kemudian letakkan di dalam sisi kiri. Setelah ini selesai dilakukan, lanjutkan dengan sisi kiri yang dibawa ke bagian sebelah kanan dan ikat dengan koshihimo.
Pada pengikatan koshihimo, perlu dilakukan secara berhati-hati karena ini akan menjadi bagian paling penting. Tempatkan koshihimo di bagian atas pusar kemudian cukup ikat sabuk ini dengan erat, jangan sampai longgar.
3. Ketiga
Langkah ini sebenarnya sedikit mirip dengan apa yang ada di langkah pertama karena memang memiliki fungsi yang sama. Di sini, kain sekitar pinggang akan dilipat beberapa kali hingga panjangnya bisa disesuaikan dengan kebutuhan.
Caranya yakni dengan memasukkan dua tangan ke dalam bagian yang berlubang dan tarik bagian dada serta punggung. Jangan lupa dirapikan kembali serta setelah dirasa nyaman, ikatkan koshihimo tadi.
4. Keempat
Bagian kerah harus ditempatkan dengan sedikit ke bawah agar bagian leher bisa tampak dari luar dengan jelas. Untuk laki-laki biasanya kerah akan lebih dikebawahkan lagi untuk memperlihatkan bagian tersebut lebih.
Setelah itu di bagian kerah belakang, perlu diberikan jarak sekitar 3 jari dari kulit sebagai tempat sirkulasi udara. Cara ini biasa disebut dengan emon nuki atau menarik kerah belakang dalam kebiasaan tradisional.
5. Kelima
Pakaian satu ini memang terdiri dari banyak sekali mengikat dan menggulung dan mungkin akan terasa sedikit lebih ribet. Tetapi justru itulah keseruan dan hal yang tidak bisa ditemukan di budaya lainnya.
Langkah kelima yang perlu dilakukan adalah mengikat pakaian dengan koshihimo lagi. Pengikatan kedua ini dilakukan berbeda dari sebelumnya yakni pada bagian atasnya.
6. Keenam (Opsional)
Selanjutnya yakni menggunakan datejime atau sabuk pengikat yang biasanya berwarna putih. Bahan yang digunakan biasanya sejenis magic tape tetapi bisa juga diganti dengan kertas yang cukup tebal.
Setelah itu langkah terakhir adalah pengikatan obi yang asalnya biasa dibentuk seperti kupu-kupu atau chou musubi. Ikatan ini bisa diletakkan di bagian depan maupun belakang sesuai dengan keinginan.
Nah itulah dia beberapa hal tentang yukata yang memang tidak banyak orang awam ketahui. Pakaian satu ini ternyata menyimpan banyak sekali catatan sejarah dan sampai sekarang bisa terus dikenakan dan dicintai.
Baca juga: Seperti Apa Sih Serunya Musim Panas Jepang? Simak di Sini!