Kata sifat biasanya digunakan untuk menjelaskan kata benda yang diikutinya. Pada kalimat ‘anak itu cantik’, maka benda akan semakin jelas bentuknya dengan tambahan sifat ’cantik’. Di dalam Bahasa Jepang, terdapat kata sifat i yang juga menunjukkan deskripsi atau menambahkan penjelasan terhadap kata bendanya. Dalam kamus Bahasa Jepang, kata 'cantik' diartikan dengan 'kawaii'.
Kata sifat disebut juga ‘Keiyoushi’. Penggunaannya tentu sangat penting, terutama jika sedang mempelajari struktur bahasa negara ini. Apalagi, dengan keunikan bahasa yang dimiliki, mempelajari dan menghafalkan beberapa kata sifat dapat menambah keragaman ucapan ketika berbicara sehari-hari.
Daftar Isi
Mengenal Kata Sifat
Secara umum, terdapat dua jenis kata sifat di dalam Bahasa Jepang. Meski demikian, kata-kata tersebut nantinya masih akan terbagi ke dalam berbagai level atau tingkat kesulitan. Namun jangan khawatir, tingkat kesulitan tersebut hanya akan ditemui jika pelajar mengambil proficiency test untuk kemahiran Bahasa Jepang.
1. Kata Sifat -i
Jenis yang pertama adalah kata sifat i. Sesuai dengan namanya, maka kata sifat jenis ini berakhir dengan huruf vokal ‘i'. Salah satu kata yang sudah disebutkan di awal adalah contoh kata sifat 'i’. Selain itu, masih banyak kata-kata sifat lain yang juga berakhiran ‘i', yang bisa ditemukan dengan mudah di dalam kamus.
Kata sifat ‘i' atau ikeiyoushi yang lain adalah, ‘hayai’ yang artinya cepat. Ada juga ‘osoi’ untuk lawan katanya yaitu berarti lambat. Sedangkan ‘okii’ untuk besar, memiliki antonim ‘chiisai’ yang berarti kecil. Selanjutnya, ada kata ‘subarashii’ yang berarti baik atau bagus. Sementara kata ‘hidoi’ artinya mengerikan.
2. Kata Sifat -Na
Selain memiliki akhiran vokal ‘i', ada juga kata sifat yang berakhiran ‘na’, disebut nakeiyoushi atau keiyo doshi. Pada jenis kata sifat ini, akhirannya tidak beraturan, sehingga ditambahkan kata ‘na’ setelahnya. Contohnya, kirei-na, heta-na, hansamu-na, Shizuka-na. Arti dari kata-kata tersebut berturut-turut adalah cantik, tidak mahir, tampan, dan tenang.
Untuk mengetahui lebih tentang Kata sifat dalam bahasa Jepang silakan baca Belajar Mengenai Kata Sifat dalam Bahasa Jepang.
Artikel Pilihan
Fungsi Kata Sifat
Sebagai unsur pelengkap kalimat, kata sifat i dan na memiliki beberapa fungsi ketika digunakan di dalam kalimat. Keduanya memiliki fungsi yang setara, yaitu secara umum sebagai penjelas atau memberikan penegasan terhadap subjek yang ada.
1. Sebagai Predikat
Fungsi pertama dari kata sifat adalah sebagai predikat. Dalam sebuah kalimat, adakalanya tidak ditemukan objek atau kata benda kedua yang ditunjuk. Hal itu karena kata benda pertama yang berfungsi sebagai subjek mendapatkan penjelasan dengan tambahan kata sifat.
Contohnya di dalam kalimat Bahasa Indonesia, ‘kamera itu murah’ adalah kalimat tanpa objek, namun subjeknya diperjelas dengan kata sifat. Kalimat semacam ini juga mungkin ditemui dalam Bahasa Jepang, di mana tidak ditemukan objek melainkan hanya kata sifat. ‘Kono kamera wa yasui desu’, adalah penerjemahan dari kalimat tersebut. Kata 'yasui' dalam kalimat tersebut adalah kata sifat berakhiran -i.
2. Sebagai Penjelas Kata Benda
Fungsi kata sifat berikutnya adalah menerangkan kata benda. Pada fungsi ini, kata sifat terletak mendahului kata depan. Jika menggunakan contoh yang sama, akan didapatkan kalimat ‘yasui kamera’, yang dapat diartikan dengan ‘kamera yang murah’.
Pola kalimat semacam ini sama dengan pola dalam Bahasa Inggris, yaitu ‘Menerangkan Diterangkan’, namun tidak ditemui dalam struktur Bahasa Indonesia. Hal inilah yang terkadang membuat pelajar dari Indonesia kesulitan untuk mempelajari tata bahasa Jepang.
Baca juga >> Doushi: Memahami Dasar Kata Kerja dalam Bahasa Jepang
Perbedaan Fungsi Keiyoushi
Terdapat perbedaan fungsi yang harus dicermati ketika mempelajari kedua keiyoushi yaitu kata sifat i dan na. Meskipun tampak sederhana, namun ternyata tidak semua yang berakhiran ‘i' tergolong ke dalam ikeiyoushi. Berikut penjabarannya:
1. i-Keiyoushi
Pada kata sifat dengan akhiran -i, disebut juga i-keiyoushi atau hanya keiyoushi, adalah sebuah kelompok kata yang secara otomatis berfungsi sebagai predikat dalam kalimat. Selain itu, jenis kalimat ini juga bisa berubah bentuk dan fungsinya, untuk menjadi keterangan penjelas bagi kata yang lain di kalimat tersebut.
Pada pelajaran Bahasa Jepang, kata sifat jenis ini disebut juga kata sifat golongan I. Ciri khas utamanya adalah akhiran dengan huruf hiragana ‘i'. Itulah sebabnya kata sifat tersebut dinamakan i-keiyoushi. Selain menjelaskan kata benda, i-keiyoushi ini juga memiliki fungsi untuk memodifikasi kata kerja.
2. Keiyo Doshi
Pada jenis kata sifat lainnya yaitu Na-keiyoushi, atau yang juga dinamakan keiyoudoushi. Jenis ini juga dapat mengubah bentuknya seperti halnya doushi atau kata kerja. Namun, dengan makna serta fungsi yang tetap sebagai kata sifat. Hal inilah yang membuat kata sifat ini disebut keiyodoushi. Selain itu, kata sifat jenis ini juga bisa dengan sendirinya menjadi frasa.
Baca juga >> Mengenal 4 Jenis Kata yang Ada dalam Bahasa Jepang
Perubahan Bentuk Kata Sifat -i
Pada kondisi tertentu, kata sifat i dapat berubah bentuk menjadi -ku, kunai-, atau yang lain. perubahan tersebut menyesuaikan fungsi kata dan akan berpengaruh pula pada makna kalimat. Di bawah ini adalah beberapa perubahan bentuk i-keiyoushi sesuai dengan fungsi perubahan maknanya:
1. Bentuk Kehendak atau Perkiraan
Mengubah i-keiyushi untuk mendapatkan makna perkiraan adalah dengan menambahkan ‘karau’ di belakangnya. Meskipun tidak umum ditemui, namun di dalam struktur Bahasa Jepang perubahan ini menjadi salah satu yang dipelajari. Kebanyakan pengguna Bahasa Jepang saat ini lebih memilih menggunakan akhiran darau- atau deshou-.
Contohnya adalah kata sifat ‘osoi’ yang artinya lambat. Ketika ditambahkan kata karau- dibelakangnya menjadi osokarau, maka kata sifat tersebut memiliki makna perkiraan. Sehingga, jika diterapkan dalam kalimat, ‘kuruma ga osoi’ artinya mobil itu lambat, sementara ‘kuruma ga osoi karau’ artinya mobil itu sepertinya lambat.
2. Bentuk Kata Penghubung
Ketika mendapatkan kata penghubung, maka i-keiyoushi akan berubah menjadi berakhiran -ku, dan fungsinya pun akan menjadi kata keterangan. Contohnya adalah Watashitachi wa kyou no gogo tanoshiku sugoshimashita, di mana kata tanoshi yang artinya seru atau menyenangkan, berubah menjadi tanoshiku. Sehingga arti kalimatnya menjadi, ‘kami melewati sore dengan menyenangkan’.
Selain itu, ada juga kata penghubung lain yaitu ‘dan’ atau ‘karena’, yang mengubah kata sifat akhiran -i menjadi berakhiran -kute. Shiken wa muzukashikute, watashi wa dekimasen deshita. Arti kalimat ini adalah, (Karena) ujiannya sukar, saya tidak bisa
3. Bentuk Dasar
Dalam penggunaannya di kalimat, tidak semua kata sifat harus mengalami perubahan bentuk. Ada juga yang tetap dituliskan apa adanya, khususnya bagi kata-kata sifat yang menjalankan fungsi utamanya sebagai predikat, atau menjelaskan subjek kalimat.
4. Bentuk Pengandaian
Perubahan bentuk kata sifat yang lain adalah bentuk pengandaian atau syarat. Pada bentuk ini, akhiran ‘i' akan berubah menjadi -katara untuk bentuk kalimat positif, dan -kunakatara untuk kalimat negatifnya. Misalnya dalam kalimat ‘Kalau dingin, pakailah ini.’, maka perubahannya adalah ‘samukatara, kore wo kiru’.
Mempelajari Bahasa Jepang memang membutuhkan kejelian dan kegigihan ekstra. Salah satunya adalah ketika mempelajari kata sifat i dan na, beserta ragam perubahannya. Di sinilah letak keunikan Bahasa Jepang yang memang memiliki pola berbeda dibandingkan bahasa lainnya. Apalagi, ditambah jenis aksara yang juga berbeda.
Baca juga >> Berbagai Hal yang Harus Diketahui Saat Latihan Bahasa Jepang, Apa Sajakah Itu?