Yuk, Pelajari Aturan & Budaya Kerja di Perusahaan Jepang!

WeXpats
2024/06/25

Apa yang ada dipikiran Anda jika berbicara tentang budaya kerja orang Jepang? Gila kerja? Banyak lembur? Mengapa orang Jepang punya etos kerja yang tinggi?

Masyarakat Jepang dikenal dengan disiplin dan dedikasi tinggi terhadap perusahaan. Jangan kaget kalau mereka terlihat suka atau berlebihan kerja karena orang Jepang punya standar kerjanya sendiri. Hal tersebut tidak lepas dari etos kerja keras, pantang menyerah, disiplin tinggi, dan semangat kerja yang konsisten. Faktor tersebut merupakan budaya yang telah menjadi karakteristik masyarakat Jepang yang ditanamkan sejak usia dini melalui pendidikan di sekolah, masyarakat, dan dalam lingkup keluarga.

Orang asing yang datang ke Jepang untuk bekerja tentunya wajib memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan, baik dari segi kehidupan maupun pekerjaan. Lalu, budaya kerja apa saja yang mendasari Jepang sebagai negara dengan etos kerja yang tinggi? Berikut ulasannya.

Daftar isi: 
1. Budaya dan Etika Kerja di Jepang
1.1 Tepat Waktu Menurut Standar Orang Jepang
1.2 Jam Kerja di Jepang
1.3 Orang Jepang Enggan Pulang Duluan Sebelum Atasan?
1.4 Jenjang Kerja Berdasarkan Masa Kerja dan Loyalitas
1.5 Sistem Hirarki dalam Budaya Kerja Jepang
1.6 Sistem Perekrutan Seumur Hidup “Lifetime Employment”
1.7 Proses Mendapatkan Pekerjaan Bagi Fresh Graduate, Shuukatsu
1.8 Promosi Jabatan di Jepang Butuh Waktu Lama?
1.9 Berfokus pada Kerja Sama Tim
1.10 Layout Ruang Kantor Dibuat Terbuka
1.11 Menyiapkan Oleh-oleh untuk Rekan Kerja
1.12 Penampilan Formal dan Kaku? Apa Benar?
1.13 Mampu Melakukan Banyak Pekerjaan
1.14 Penerapan Budaya 5S

2. Perubahan Budaya Kerja di Jepang
2.1 Pembatasan Jam Kerja & Lembur
2.2 Online Meeting dan Work From Home
2.3 Ritual Nomikai
2.4 Pekerja Part Time Lebih Banyak

3. Penutup

4. Temukan Karir di Jepang bersama WeXpats

Apakah Anda memiliki kesulitan dalam mencari pekerjaan di Jepang?
Apakah Anda menemukan pekerjaan yang cocok dengan diri Anda? Ingin tahu perusahaan yang merekrut tenaga kerja asing Khawatir tentang prospek karir di Jepang Bingung bisa kerja apa dengan visa yang dimiliki
WeXpats Agent mendukung penuh untuk masalah pencarian kerja di Jepang! Gratis Konsultasi dengan WeXpats Agent

1. Budaya dan Etika Kerja di Jepang

Realita kerja di Jepang mungkin tidak seindah bayangan Anda. Perbedaan pemahaman tentang budaya kerja bisa saja jadi kesulitan terbesar Anda untuk bisa menyesuaikan diri selama bekerja di Jepang. Maka itu penting untuk memahami beberapa pengetahuan umum terkait kultur dan etos kerja di Jepang berikut ini. 

Tepat Waktu Menurut Standar Orang Jepang


Sudah tidak asing lagi kalau orang Jepang memiliki kedisiplinan dalam hal waktu. Respek terhadap waktu adalah salah satu faktor kunci kesuksesan Jepang sebagai negara maju di wilayah Asia. Waktu adalah faktor penting dalam kinerja bisnis. Anda perlu mengetahui seberapa efisien performa kerja untuk mencapai target dalam waktu terbatas.

Sebagian besar negara di luar Jepang masih memiliki kelonggaran terhadap waktu. Mereka beranggapan datang tepat waktu sesuai janji sudah cukup asalkan tidak terlambat. Bahkan, terlambat beberapa menit tidak dianggap masalah besar untuk sebagian budaya kerja di negara lainnya. 

Namun begitu, orang Jepang memiliki kesadaran untuk tiba lebih awal minimal 10 menit sebelum waktu yang ditentukan. Jadi, jangan kaget jika kamu merasa datang tepat waktu tapi tetap dimarahi. Sejauh ini ketatnya waktu yang berlaku dalam budaya kerja Jepang adalah yang terbaik. Mungkin cara pandang inilah yang membuat pebisnis Jepang dihargai dan disegani oleh negara internasional, ya!

Jam Kerja di Jepang


Apakah betul orang Jepang suka lembur dan punya jam kerja berlebihan? Mungkin salah satu kekhawatiran orang asing saat memutuskan bekerja di Jepang, yaitu soal jam kerja yang panjang dan lembur. 

Jam kerja di perusahaan Jepang umumnya tergantung pada kebijakan perusahaan dan jenis pekerjaan. Secara umum, jam kerja di Jepang sering kali dianggap lebih panjang dibandingkan dengan standar di beberapa negara lain. Mengapa demikian?

Masyarakat Jepang masih punya pandangan bahwa lembur adalah sesuatu hal yang wajar dilakukan pegawai kantoran atau biasa kita kenal sebagai Salaryman. Diketahui dari data OECD (The Organization for Economic Co-operation and Development) tahun 2022, jam kerja di Jepang berada di peringkat 28 yakni 1607 jam per tahun.


Sumber data: https://www.ricoh.co.jp/magazines/workstyle/column/workingtime/

Hasil data ini jam kerja per bulan karyawan tetap yang mengacu pada semua sektor industri kecuali pertanian, kehutanan, perikanan dan pelayanan pemerintah. Namun, perlu dicatat bahwa peringkat di atas mencakup pekerja paruh waktu dan karyawan non-reguler, dan tidak termasuk lembur. Grafik menunjukkan seolah ada penurunan pada jam kerja di Jepang. Tapi sebenarnya penurunan angka tersebut salah satunya disebabkan oleh kenaikan jumlah pekerja paruh di Jepang.

Ditambah lagi, OECD menunjukkan upah di Jepang hanya naik sebesar 0,4% selama 20 tahun terakhir. Jika gaji tidak naik, karyawan yang belum merasa puas dengan gajinya maka akan mengandalkan upah lembur. Selain itu, Jepang punya budaya nomikai atau ritual minum bersama setelah selesai kerja yang kadang sulit ditolak, khususnya oleh bawahan atau junior di perusahaan. Hal tersebut menyebabkan sulitnya menyeimbangkan waktu untuk kehidupan pribadi dengan kerja. Tidak hanya itu, kultur perusahaan Jepang yang sungkan untuk pulang sebelum senior atau atasan pulang juga membuat jam kerja menjadi lebih panjang.

Munculnya fenomena kematian akibat kelelahan kerja (karoushi) yang marak terjadi di pertengahan tahun 1970 hingga 1980-an membuat pemerintah Jepang mulai menerapkan batas lembur sebanyak 45 jam per bulan dan 360 jam per tahunnya. Meskipun demikian, ternyata cara tersebut kurang efektif karena budaya lembur masih tetap ada di dalam masyarakat Jepang.

Pemerintah dan perusahaan Jepang mulai mendorong perubahan guna membatasi jam ekstra dan meningkatkan keseimbangan antara kerja dan kehidupan atau biasa kita kenal dengan konsep Work Life Balance. Tetapi, masih dalam proses perubahan dan belum banyak dirasakan secara signifikan. Pemerintah Jepang mengatur kebijakan perbaikan gaya kerja (働き方改革/hataraki-kata kaikaku) sebagai upaya untuk mengatasi masalah lembur dan jam kerja berlebihan yang tertanam di masyarakat Jepang. 

Kebijakan ini membatasi jam lembur per minggunya, dan mengurangi jumlah karyawan lembur, memaksa karyawan untuk mengambil atau menggunakan cuti berbayar, dukungan konsultasi masalah di tempat kerja, memastikan perlakuan adil di tempat kerja, mendorong keberagaman, dan upaya lainnya.

Pada dasarnya tenaga kerja di Jepang tidak boleh bekerja lebih dari 8 jam per hari, atau 40 jam per minggu. Hal tersebut diatur dalam pasal 32 perihal ketentuan dasar ketenagakerjaan.

Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan melaporkan bahwa pada tahun 2021, 97% orang bekerja 40 jam atau kurang per minggu, menunjukkan peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Apabila melebihi jam lembur yang ditentukan maka karyawan berhak menerima upah lebih sesuai dengan jumlah lembur.

Selain itu, karyawan diharapkan untuk mengambil cuti minimal 5 hari per tahun, ditambah 16 hari libur nasional. Perusahaan yang gagal mematuhi standar ini akan dikenakan sanksi berupa denda. 

Undang Undang ketenagakerjaan juga mengatur kewajiban istirahat setelah bekerja melebihi jumlah jam tertentu. Setelah 6 jam bekerja, pekerja harus diberi istirahat minimal 45 menit. 

Namun demikian, tidak semua perusahaan Jepang memiliki jam kerja panjang, tergantung industri, skala perusahaan, dan kultur di masing-masing perusahaan. Meskipun demikian, masyarakat Jepang jauh mengalami perbaikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Penting untuk mengetahui isi kontrak dengan jelas, terutama yang sehubungan dengan ketentuan waktu istirahat dan ekspektasi lembur. 

Orang Jepang Enggan Pulang Duluan Sebelum Atasan?

Budaya kerja di Jepang mungkin dianggap sulit untuk sebagian besar orang asing karena hal satu ini. Pulang lebih tepat waktu atau paling awal memiliki image kurang menyenangkan. 

Kebanyakan orang asing pada umumnya berusaha menyelesaikan tugas sebaik-baiknya agar bisa pulang cepat, tapi di Jepang mereka merasa bahwa orang yang punya jam kerja panjang dianggap giat dan orang melakukan yang terbaik dalam pekerjaannya. Gambaran tersebut masih melekat sampai sekarang. Sehingga, orang Jepang sungkan untuk meninggalkan kantor atau pulang lebih awal sebelum atasan.

Meskipun demikian, paling tidak jika ingin pulang duluan, sebaiknya berpamitan dengan mengucapkan, “osaki ni shitsurei shimasu” (お先に失礼します). Berhati-hatilah untuk tidak mengucapkan “otsukaresama desu” (お疲れ様です) karena kemungkinan akan meninggalkan kesan kurang menyenangkan untuk orang lain yang masih bekerja.

Jenjang Kerja Berdasarkan Masa Kerja dan Loyalitas 


Dedikasi dan loyalitas terhadap perusahaan dianggap sangat penting di Jepang. Struktur organisasi di kebanyakan perusahaan di Jepang bukan hanya mengedepankan kinerja atau kompetisi, tapi juga masih menerapkan konsep jenjang kerja berdasarkan jumlah masa kerja. Konsep ini dikenal dengan istilah Nenkoujoretsu (年功序列). Pekerja di Jepang biasanya bekerja untuk satu perusahaan sepanjang karir mereka. Semakin lama Anda bekerja maka semakin tinggi posisi dan gaji yang akan Anda peroleh. 

Dari survei perusahaan konsultan HRD Four Notes, menyatakan lebih dari 70% responden menjawab bahwa perusahaan mereka memiliki dan cenderung memiliki sistem senioritas berdasarkan masa kerja.
Sumber: https://prtimes.jp/main/html/rd/p/000000014.000073219.html

Rata-rata pegawai yang sudah terikat kontrak dengan perusahaan Jepang akan mendedikasikan diri untuk bekerja dalam jangka waktu yang cukup lama. Perusahaan juga sangat berhati-hati dalam melakukan seleksi calon pegawai karena loyalitas juga merupakan faktor penting. Itu sebabnya, berpindah-pindah kerja di Jepang bukan hal yang memiliki kesan baik karena loyalitas Anda akan dipertanyakan. 

Sistem Hirarki dalam Budaya Kerja Jepang

Jepang memiliki konsep jenjang kerja berdasarkan lamanya masa kerja (年功序列) sehingga sistem hierarki yang kuat mempengaruhi kultur kerja di Jepang. Meski berada dalam posisi dan usia yang sama, pegawai dengan masa kerja lebih panjang dianggap sebagai senior dalam organisasi.

Sistem Perekrutan Seumur Hidup “Lifetime Employment”

Sistem perekrutan seumur hidup (Lifetime Employment) adalah model yang menjadi ciri khas dalam budaya kerja di Jepang selama beberapa dekade. Sistem ini berkaitan erat dengan konsep jenjang kerja berdasarkan lamanya masa kerja (nenkoujoretsu). Beda dengan pendekatan di negara-negara barat yang cenderung berorientasi pada kontrak kerja yang lebih fleksibel.

Sistem perekrutan karyawan di Jepang, kebanyakan menganut sistem masa kerja seumur hidup dimana terdapat citra kuat tentang sistem senioritas. Karyawan dengan masa kerja lebih lama akan mendapat gaji lebih tinggi, dibandingkan karyawan dengan lulusan baru. 

Cara kerja di Jepang ini didukung oleh sistem kerja seumur hidup. Perusahaan merekrut lulusan baru secara massal dan tidak begitu saja bisa memberhentikan pegawai. Para pekerja setia kepada atasan dan dapat mempertahankan pekerjaan yang stabil. Hal ini mungkin juga merupakan hasil dari budaya dan lingkungan kerja di Jepang, yang menghargai keharmonisan.

Bisa dikatakan hampir tidak ada sistem pemberhentian PHK atau demosi dalam budaya kerja di perusahaan Jepang. Jika Anda sudah masuk menjadi anggota dan menjabat posisi dalam perusahaan, pencabutan gelar tidak akan dilakukan.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, tenshoku atau pindah kerja mulai banyak terjadi dalam masyarakat Jepang. Sebagian orang memilih pindah kerja dengan alasan untuk mendapatkan pengalaman di tempat lain dan peluang untuk mendapatkan peluang gaji yang lebih besar. Selain itu, ada pula perusahaan yang mempromosikan pegawai berdasarkan pengalaman dan prestasi individu. Artikel mengenai tenshoku bisa dilihat di sini.


Sumber: https://career-research.mynavi.jp/reserch/20230324_46906/

Proses Mendapatkan Pekerjaan Bagi Fresh Graduate, Shuukatsu


Seperti yang sudah dijelaskan di atas, Jepang memiliki ciri khas sistem perekrutan Lifetime Employment. Sistem ini memiliki karakteristik yakni perekrutan tenaga kerja secara massal setiap tahunnya. Perusahaan berkomitmen untuk mempekerjakan karyawan seumur hidup dengan harapan bahwa karyawan mereka akan berkontribusi dan berkembang bersama perusahaan.

Proses pencarian kerja (job hunting) di Jepang disebut sebagai Shuukatsu (就活). Mahasiswa angkatan akhir harus melalui proses ini selama sekitar satu tahun agar bisa mendapatkan kerja. Proses kerja ini dilakukan secara massal oleh sebagian besar perusahaan dengan jadwal yang ketat. 

Shuukatsu tidak hanya terbatas untuk calon lulusan baru, tapi juga untuk orang-orang yang berminat untuk pindah kerja. Orang-orang yang sedang mencari pekerjaan baru tidak hanya bisa mengikuti proses shuukatsu tapi bisa juga dengan mengandalkan jasa rekrutmen, menghadiri bursa kerja, atau pencarian secara online. 

Promosi Jabatan di Jepang Butuh Waktu Lama?


Promosi jabatan atau shanai shoushin (社内昇進) di kebanyakan perusahaan Jepang menganut prinsip jenjang kerja dan senioritas (年功序列) sehingga jenjang karir Anda kemungkinan besar ditentukan lamanya Anda bekerja di perusahaan. Semakin lama Anda berada di satu perusahaan dan semakin tinggi usia pegawai maka semakin tinggi jabatan yang bisa Anda capai. 

Kami mengutip hasil survei yang dilakukan Persol, badan survei kondisi kerja WNA di Jepang, yang dirilis tahun 2020 terhadap 500 karyawan tetap dan 500 orang pekerja paruh waktu dengan golongan usia 18-59 tahun. Survei mencatat faktor yang menyebabkan ketidakpuasan karyawan tetap berwarga negara asing adalah proses promosi di perusahaan Jepang tergolong lambat dan memakan waktu terlalu lama. Faktor tersebut merupakan jumlah presentase terbanyak kedua, yakni sebesar 28.6%, setelah faktor gaji yang tidak kunjung naik (28.2%).

Berfokus pada Kerja Sama Tim


Apabila bekerja di perusahaan Jepang, baik berstatus sebagai karyawan tetap maupun paruh waktu, Anda pasti sudah mengenal istilah “Horenso”. Ya, horenso (報連相) adalah salah satu konsep kerja perusahaan Jepang yang mengharuskan setiap anggotanya untuk saling berkomunikasi guna membangun kerja sama tim. Horenso memiliki arti sebagai berikut.
(hou) dari kata 報告 (melaporkan)
(ren) dari kata 連絡 (menghubungi)
(sou) dari kata 相談 (berkonsultasi)

Sebagian besar perusahaan Jepang membagi tugas ke beberapa tim atau departemen, sehingga kelancaran komunikasi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam organisasi sehingga menerapkan konsep kerja horenso. 

Bagi Anda yang terbiasa dengan pekerjaan individu dan belum pernah bekerja di perusahaan Jepang, mungkin akan merasa tugas ini sebagai hal kecil yang merepotkan. Meskipun, tugas yang dijalankan setiap anggota merupakan bagian kecil, namun merupakan kunci yang bisa menentukan performa kerja tim. 

Jadi, sangatlah penting untuk terus memberi tahukan kemajuan kerja atau langkah Anda ketika masuk ke perusahaan Jepang.

Sebelum mulai bekerja, setiap karyawan memiliki kebiasaan untuk melaporkan tugas harian atau nippou (日報) yang akan dilakukan pada hari tersebut, kemudian melaporkan tugas apa saja yang sudah diselesaikan. 
 

Layout Ruang Kantor Dibuat Terbuka 


Salah satu ciri khas kantor di Jepang adalah layout ruang yang dibuat secara terbuka bersama dengan atasan, tanpa terhalang oleh bilik. Hal ini bertujuan untuk memudahkan komunikasi tim. Penataan ini juga membantu atasan untuk menjelajahi ruang dengan mudah dan memantau kinerja karyawan kapan pun. Begitu pun sebaliknya, karyawan bisa melihat kegiatan dan kehadiran atasan mereka.

Menyiapkan Oleh-oleh untuk Rekan Kerja

Orang Jepang punya kebiasaan memberikan oleh-oleh atau omiyage untuk rekan kerja di kantor sepulangnya dari perjalanan, baik dinas atau liburan. Biasanya berupa makanan ringan atau manisan lokal. Memang bukan suatu kewajiban untuk menyiapkan souvenir, namun hal tersebut menunjukkan rasa terima kasih, atau permintaan maaf Anda kepada rekan kerja selama absen. Bisa jadi selama ketidakhadiran Anda, tugas yang seharusnya Anda kerjakan dikerjakan oleh anggota lain. Apabila Anda tidak ingin memberikan oleh-oleh sebaiknya simpan rencana liburan untuk diri sendiri. 

Penampilan Formal dan Kaku? Apa Benar?


Budaya kerja di Jepang memiliki kesan formal dan kaku. Beberapa perusahaan di bidang kerja tertentu mengharuskan pegawainya untuk menjaga penampilan secara formal. Secara umum standar busana untuk bisnis dan tempat kerja di Jepang mengharuskan baik laki-laki dan wanita menggunakan busana formal dengan perhiasan sederhana. 

Namun, hal ini juga lama kelamaan mengalami sedikit banyak perubahan. Saat ini banyak perusahaan Jepang yang memperbolehkan busana casual atau semi-casual di kantor untuk meningkatkan performa kerja pegawainya, dengan catatan tergantung dengan bidang pekerjaan. Untuk beberapa perusahaan, busana formal hanya dipakai pada saat menghadiri acara resmi atau pertemuan bisnis. 

Mampu Melakukan Banyak Pekerjaan

Anda mungkin akan berpikir bahwa tanggung jawab di tempat kerja akan terbatas pada tugas dan posisi yang dijalankan. Di Jepang, pegawai kerap kali diharuskan untuk melakukan tugas yang tidak mereka harapkan, misalnya bersih-bersih, atau mengurus hal detail lainnya. Ini merupakan bagian dari budaya kerja di kantor Jepang dimana setiap pegawai juga perlu bersikap fleksibel. 

Penerapan Budaya 5S


Konsep 5S yaitu Seiri (ringkas), Seiton (rapi), Seiso (resik), Seiketsu (rawat), dan Shitsuke (rajin). Konsep 5S biasanya diterapkan dalam sistem kerja di pabrik di Jepang. Penerapan 5S bukan hanya praktik operasional, namun juga merupakan bagian dari filosofi manajemen yang berfokus pada peningkatan kualitas secara terus-menerus, sehingga dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi pemborosan, dan memberikan lingkungan kerja yang aman dan terorganisir.

2. Perubahan Budaya Kerja di Jepang 

Mengikuti perkembangan zaman dan kebijakan pemerintah Jepang dalam menanggapi masalah ketenagakerjaan di Jepang, beberapa kultur kerja masyarakatnya sedikit banyak mulai mengalami perubahan. Apa saja?

2.1 Pembatasan Jam Kerja & Lembur

Pada tahun 2019, pemerintah mengesahkan revisi Undang Undang reformasi ketenagakerjaan yang membatasi kerja lembur sebesar 45 jam per bulan atau 360 jam per tahun, dan mewajibkan cuti berbayar selama 5 hari. Tidak hanya itu, cuti melahirkan dan pengasuhan anak juga lebih mudah diambil bila dibandingkan generasi sebelumnya. Sistem kerja di Jepang sedikit demi sedikit mulai mengedepankan konsep work life balance. 

2.2 Online Meeting dan Work From Home


Sebelumnya, rapat lebih banyak dilakukan dengan cara tatap muka. Karyawan harus pergi ke kantor untuk mengikuti rapat di ruang meeting merupakan hal yang lumrah. Pandemi virus corona memaksa banyak perusahaan untuk menerapkan sistem kerja dari rumah. Sejak saat itu, cara kerja secara online yang tidak terikat oleh lokasi semakin banyak diterapkan karena juga dianggap lebih efisien. 

2.3 Ritual Nomikai


Budaya kerja di Jepang punya satu citra unik lainnya, yakni nomikai. Nomikai adalah acara minum dan makan bersama rekan kerja setelah selesai kerja. Buat orang Jepang kebiasaan ini merupakan hal yang sangat penting. Tujuan nomikai tidak hanya untuk mempererat hubungan dengan rekan kerja, namun orang Jepang bisa melepas stres dan lelah dengan menikmati minuman alkohol. 

Pada generasi sebelumnya, nomikai sering kali diadakan sebagai dari hubungan kerja guna mempererat ikatan antar kolega di tempat kerja. Ritual nomikai di kalangan anak muda saat ini pun masih memegang nilai penting dalam membangun hubungan sosial, namun lebih cenderung fleksibel. Sebelumnya, nomikai terfokus pada hubungan dalam lingkungan kerja yang lebih formal. Tapi nomikai sekarang digunakan sebagai kesempatan untuk memperluas jaringan sosial, dan lebih menghargai rekan yang memilih untuk tidak mengkonsumsi alkohol. 

2.4 Pekerja Part Time Lebih Banyak


内閣府:https://www5.cao.go.jp/keizai3/2019/0207nk/n19_2_1.html

Dari data yang dihimpun dari kabinet Jepang (内閣府), saat ini semakin banyak ibu rumah tangga di Jepang yang memutuskan untuk bekerja paruh waktu. Sementara jumlah pegawai tetap menurun dari tahun ke tahunnya. Ditengah semakin menurunnya tingkat kelahiran di Jepang dan meningkatnya jumlah usia non produktif, penduduk usia tua juga banyak yang memilih untuk tetap bekerja dengan jam pendek. Hal ini juga dianggap sebagai alasan yang menyebabkan jumlah jam kerja di Jepang secara luas menurun.

3. Penutup

Beda negara tentunya budaya kerja dan etika bisnis yang berlaku bisa saja berbeda jauh. Khususnya Jepang budaya kerjanya sangat berbeda jauh dengan negara barat, bahkan Indonesia. Maka, penting untuk Anda mengetahui pengetahuan dasar seputar kehidupan bisnis di Jepang jika berkeinginan memiliki karir di Jepang karena banyak hal yang berbeda. 

Bagi orang Indonesia yang ingin belajar atau bekerja di Jepang, tentu saja sangat penting meningkatkan keterampilan bahasa dan memahami budaya kerja orang Jepang. Namun, hal itu tidak cukup. Mengetahui budaya kerja di dalam perusahaan itu sendiri sama pentingnya, karena setiap perusahaan memiliki standar, peraturan dan prinsip terhadap visi dan misi masing-masing. Baik dari sisi pekerja dan perusahaan, diperlukan pemahaman budaya secara komprehensif.

Penting untuk mempelajari dan memahami budaya perusahaan Jepang dan filosofi yang dianut masing-masing perusahaan dengan mengikuti program pelatihan atau seminar berkala.

Banyak perusahan yang berusaha untuk memberikan pelatihan budaya dan bahasa Jepang, tapi saya pikir bahwa budaya di setiap perusahaan memiliki perbedaan sehingga pendidikan atau pelatihan yang komprehensif secara berkala sebenarnya sangatlah penting.

Bisa dibilang cara untuk memanfaatkan sumber daya asing tidak hanya membuat mereka mahir berkomunikasi dalam bahasa Jepang tapi juga budaya Jepang dan budaya di perusahaan secara keseluruhan. 

Temukan Karir di Jepang bersama WeXpats


WeXpats mengelola layanan bagi warga negara asing yang ingin bekerja di Jepang. Tersedia berbagai jenis pekerjaan dari banyak bidang industri termasuk agrikultur. Terdapat 2 jenis layanan di WeXpats - WeXpats Agent untuk lowongan penuh waktu, dan Wexptas Jobs untuk pekerjaan paruh waktu.

Sedang Cari Posisi Pekerjaan Penuh Waktu? Serahkan kepada WeXpats Agent!

WeXpats Agent adalah layanan pendukung khusus menangani tenaga kerja asing yang berdomisili di Jepang. 

Agen rekrutmen Jepang ini adalah jasa yang menyediakan konsultan karir akan membantu mengarahkan Anda menemukan pekerjaan secara cuma-cuma. Selain memperkenalkan posisi yang tersedia, kami juga menyediakan dukungan untuk membantu Anda membuat resume dalam bahasa Jepang dan berlatih untuk wawancara. Khawatir cari kerja di Jepang? Kami ada untuk Anda.

Fitur WeXpats Agent

  1. Kami memiliki banyak lowongan karir yang cocok untuk warga negara asing, seperti penerjemahan lisan dan tertulis yang membutuhkan keterampilan bahasa, hingga jenis pekerjaan yang tidak membutuhkan kemampuan bahasa Jepang, seperti tenaga teknis. 

  2. Penasihat karir kami mendukung dan membantu Anda mempersiapkan resume dan berlatih wawancara kerja. Kami mempromosikan secara jelas keahlian pelamar kepada calon perusahaan yang akan merekrut Anda.

  3. Kami membantu komunikasi dengan pihak perusahaan atas nama Anda, seperti mengatur jadwal wawancara dan negosiasi persyaratan kerja. Sehingga dapat mengurangi beban pikiran dan menghemat waktu Anda.

 

Sudah Menemukan Kerjaan Paruh Waktu? Telusuri WeXpats Jobs!


WeXpats Jobs merupakan situs khusus lowongan paruh waktu bagi tenaga kerja asing yang tinggal di Jepang. Anda dapat mencari pekerjaan dalam 11 pilihan bahasa (Indonesia, Inggris, Vietnam, Korea, Mandarin Tradisional, Mandarin Sederhana, Burma, Tagalog, Spanyol, Portugis), termasuk bahasa Jepang. Temukanlah pekerjaan yang tepat sesuai dengan spesifikasi level bahasa Jepang, bidang kerja, lokasi, dan sebagainya. 

※ Anda bisa mendaftar dari luar Jepang, namun pelamaran kerja hanya berlaku untuk WNA yang berdomisili di Jepang.

Penulis

WeXpats
Di sini kami menyediakan artikel yang mencakup berbagai informasi yang berguna tentang kehidupan, pekerjaan, dan studi di Jepang hingga pesona dan kualitas Jepang yang menarik.

Sosial Media ソーシャルメディア

Kami berbagi berita terbaru tentang Jepang dalam 9bahasa.

  • English
  • 한국어
  • Tiếng Việt
  • မြန်မာဘာသာစကား
  • Bahasa Indonesia
  • 中文 (繁體)
  • Español
  • Português
  • ภาษาไทย
TOP/ Bekerja di Jepang/ Mengetahui budaya bekerja di jepang (peraturan, gaji, karir)/ Yuk, Pelajari Aturan & Budaya Kerja di Perusahaan Jepang!

Situs web kami menggunakan Cookies dengan tujuan meningkatkan aksesibilitas dan kualitas kami. Silakan klik "Setuju" jika Anda menyetujui penggunaan Cookie kami. Untuk melihat detail lebih lanjut tentang bagaimana perusahaan kami menggunakan Cookies, silakan lihat di sini.

Kebijakan Cookie