Jepang dikenal sebagai negara yang tertib dan menjaga aturan. Sebagai warga negara asing di Jepang, kita harus mengikuti aturan yang ada sesuai dengan kebiasaan dan budaya Jepang. Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Daripada melakukan kesalahan karena ketidaktahuan, lebih baik jika memahami poin pentingnya lebih dulu bukan?
Indonesia sendiri terkenal dengan orang-orangnya yang super santai. Tapi jangan saking santainya sampai melanggar aturan yang ada ya. Nah, agar kamu bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan hidup di Jepang, dalam artikel ini akan dijelaskan, seperti apa sih kebiasaan dan budaya di Jepang yang tidak boleh dilakukan.
Jangan Lakukan Ini Saat Makan di Jepang: Awase Hashi (合わせ箸)
Hashi dalam bahasa Jepang berarti sumpit. Ya, ada beberapa larangan dalam penggunaan sumpit saat makan di Jepang salah satunya disebut awase-hashi. Orang Indonesia tidak terbiasa untuk makan dengan sumpit. Maka dari itu aturan mengenai penggunaan sumpit untuk hidup di Jepang, rasanya penting untuk diingat.
Awase-hashi, atau ada juga yang menyebut hashi watashi, adalah kegiatan menyerahkan makanan menggunakan sumpit dan diambil pula dengan sumpit. Misalnya ketika kamu menawarkan makanan ke seorang teman, kemudian mengambil makanan tersebut dengan sumpit dan temanmu mengambil makanan tersebut dari sumpitmu menggunakan sumpit yang ia pakai.
Kenapa dilarang? Karena kegiatan ini mirip dengan pengambilan tulang saat seseorang di kremasi dalam agama Budha. Anggota keluarga menyerahkan tulang belulang sisa kremasi ke anggota keluarga lainnya menggunakan sumpit dan ini dianggap tindakan yang membawa nasib buruk. Jika kamu mau membagi makanan kepada teman, taruh saja langsung di piringnya atau gunakan kozara (piring kecil) untuk membagi.
Ketahui Cara Pakai Sumpit yang Benar untuk Kamu Si Pecinta Makanan Jepang
Artikel Pilihan
Etika Jepang: Tak Ada Uang Tip
Di negara Eropa atau Amerika, memberikan tip adalah hal yang lumrah. Uang tip diberikan sebagai apresiasi servis yang baik. Tapi pada budaya Jepang, tanpa tip pun kamu bisa mendapatkan servis yang sangat baik.
Di Jepang memang tidak ada kebiasaan untuk memberikan tip, tapi sebagai gantinya jika diperhatikan di receipt yang kamu terima akan tertera “service” itu pun hanya jika kamu makan di restoran mewah. Di Jepang pun kamu harus menggunakan amplop untuk menyerahkan uang secara sopan. Jika ditelaah lagi, sebenarnya bukan tidak boleh memberikan uang tip karena tidak ada larangannya. Hanya saja hal ini tidak menjadi kebiasaan hidup di Jepang.
Etika Jepang: Dilarang Berdiri di Kedua Sisi Eskalator
Hidup di Jepang, kamu harus terbiasa dengan hal ini. Kamu akan melihat orang berdiri dengan rapi di satu sisi eskalator, dan sebagian lainnya sibuk berjalan menyusuri sisi eskalator yang lain.
Di beberapa kota besar di Indonesia aturan mengenai eskalator sudah diterapkan meskipun belum semua berjalan dengan baik. Sebetulnya berjalan di eskalator dilarang karena berbahaya, tapi orang Jepang memiliki kebiasaan untuk membuka satu sisi jalan di eskalator untuk memberikan akses bagi orang yang sedang terburu-buru.
Ketika sedang naik eskalator, jika kamu ingin berdiri dan santai saja, berdiam lah di sisi kiri eskalator dan biarkan jalan bagian kanan terbuka. Jangan bergerombol sehingga menghambat orang lain. Tapi ketika kamu sedang berada di daerah Kansai, berdirilah di sebelah kanan dan kosongkan bagian kiri. Meskipun sedang tergesa-gesa, tetap berhati-hati jika kamu berjalan di eskalator ya! Pastikan tetap memegang pegangan eskalator agar tidak terjatuh.
Etika Jepang: Tidak Menelepon dan Berbicara Dengan Suara Keras di Kereta
Pada dasarnya, saat kamu menggunakan fasilitas umum, kamu berbagi ruang dan fasilitas tersebut dengan orang lain. Menjaga tata krama agar tidak mengganggu kenyamanan orang lain adalah hal yang penting. Tentu saja, bepergian dengan teman sambil mengobrol sangat menyenangkan. Namun, berbicara terlalu keras merupakan pelanggaran tata krama hidup di Jepang.
Berbicara dengan suara keras sehingga orang lain dapat mendengar dengan jelas pembicaraan sangat mengganggu, terutama dalam ruang kecil dan sempit seperti lift dan kereta. Saat berbicara di telepon, kita fokus pada suara di telepon dan tanpa sadar volume suara kita naik dan berbicara dengan suara keras. Bahkan di dalam kereta ada aturan tertulis yang dibubuhkan dalam poster dan stiker untuk mematikan ponsel atau menggunakan mode diam. Bukan berarti kamu sama sekali tidak boleh bicara dalam kereta, hanya saja volume suara saat berbicara harus diperhatikan.
Etika Jepang: Cara Membuang Sampah di Jepang
Satu lagi esensial hidup di Jepang, saat membuang sampah, kamu perlu membuang sampah secara terpisah sesuai dengan jenis sampahnya. Kamu tidak bisa seenaknya menyatukan semua jenis sampah dalam satu tempat pembuangan. Cara membuang sampah di Jepang, secara kasar dibagi menjadi sampah yang mudah terbakar (sampah yang dapat dibakar seperti sampah dan sampah kertas) dan sampah yang tidak mudah terbakar (sampah yang tidak dapat dibuang dengan cara membakar seperti pot dan gelas), dan sampah daur ulang (botol, kaleng, botol plastik, koran, kardus, dan lain-lain). Selain itu, tergantung pada distrik di mana kamu tinggal, pembagian jenis sampah pun berbeda. Begitu pula hari-hari pembuangan sampah. Jika kamu tinggal di Jepang, kamu akan mendapatkan daftar hari pembuangan sampah setelah mendaftar sebagai penduduk setempat di balai kota. Setiap jenis sampah dijadwalkan masing-masing dari Senin hingga Jumat.
Jika lupa membuang sampah di hari yang ditentukan, kamu tidak bisa membuangnya esok hari. Kamu harus menunggu sampai jadwal pembuangan sampah tersebut di minggu selanjutnya. Kalau pun kamu nekat buang sampah di hari yang bukan jadwalnya, sampah tersebut tidak akan diangkut oleh truk sampah malah sebagai gantinya, kamu akan mendapatkan peringatan. Di sebelah mesin penjual otomatis, beberapa menyediakan tempat sampah yang dibagi ke dalam dua jenis, botol plastik (PET botol) dan kaleng. Atau di depan minimarket biasanya juga disediakan tempat sampah dan dibagi ke dalam beberapa jenis. Jangan sampai salah membuang sampah ya! Sebagai warga negara asing yang baik, mohon kerjasamanya untuk pemisahan sampah.
Etika Jepang: Dilarang Merokok Sambil Berjalan
Indonesia sebagai negara produsen rokok terbesar, tidak bisa dipungkiri memiliki banyak penduduk yang juga merokok. Kebiasaan orang Indonesia yang suka merokok dimanapun ia berada, harus dihilangkan begitu sampai di Jepang. Bahkan mungkin harus sabar sampai bisa menyalakan rokoknya. Kenapa begitu? Ada larangan untuk tidak merokok sambil berjalan atau tidak merokok di tempat umum. Larangan ini juga tertulis di poster-poster pinggir jalan atau ditempel di trotoar agar mudah terlihat para pejalan kaki. Seperti itulah Jepang memikirkan kenyamanan lingkungannya.
Jika kamu perokok, kamu hanya bisa merokok di tempat-tempat tertentu. Biasanya smoking area di Jepang berupa kubikel yang disediakan di dekat taman atau pinggir jalan sehingga asapnya tidak menyebar ke orang-orang yang bukan perokok. Jadi jika kamu tidak menemukan area khusus merokok, bersabarlah untuk tidak menyalakan rokokmu sembarangan.
Baca juga: Aturan Naik Sepeda di Jepang Penting Banget, loh!