Nama adalah identitas dan cara termudah yang bisa dilakukan untuk memanggil seseorang. Pemberian nama menjadi hal yang penting karena biasanya nama merupakan sebuah harapan dari orang tua untuk sang anak. Nama juga menjadi ciri atau penanda jenis kelamin dan asal karena setiap nama memiliki ciri yang berbeda seperti nama Jepang.
Daftar Isi
- Struktur Pemberian Nama Jepang
- Aturan Pemberian Nama di Jepang
- Perubahan Nama Orang Asing yang Menikah dengan Orang Jepang
- Perbandingan dengan Pemberian Nama di Indonesia
Struktur Pemberian Nama Jepang
Nama Jepang memiliki struktur tersendiri yakni dari nama keluarga yang juga sudah ada dari masa feodal Jepang. Kala itu, nama merupakan refleksi dari kedudukan sosial orang Jepang dalam suatu masyarakat. Tidak hanya itu, nama juga menjadi perwujudan kepercayaan keluarga dan orang itu sendiri misalnya Shinto, Buddha, nelayan, budak, pedagang dan sebagainya.
Sebelum masa feodal pemberian nama dengan menonjolkan klan di Jepang adalah hal yang sering dilakukan. Pemberian partikel no(dari) adalah ciri utamanya, misalnya nama Minamoto no Yoritomo yang berarti Yoritomo dari klan Minamoto.
Untuk nama dari keluarga Kekaisaran biasanya menggunakan nama dengan gelar istimewa misal Tsugu no Miya Akihito (Akihito Pangeran Tsugu). Sedangkan di zaman modern pemberian nama Jepang menggunakan struktur nama keluarga + nama panggilan diri sendiri.
Artikel Pilihan
Aturan Pemberian Nama di Jepang
Nama merupakan harapan atau cita-cita orang tua untuk anaknya. Maka dari itu semua orang tua mencari dan memberikan nama dengan arti yang sangat bermakna untuk anak dengan harapan agar anak tersebut dapat sesuai dengan namanya. Hal ini juga berlaku di Jepang, dimana mereka juga memiliki aturan khusus dalam pemberian nama.
1.Hanya Terdiri dari Nama Depan dan Nama Belakang
Tidak seperti di Negara lain, Jepang memiliki aturan yang lebih sederhana dalam hal pemberian nama untuk anak mereka. Umumnya mereka menggunakan 2 kata saja untuk nama anak yang terdiri dari nama depan dan belakang. Nama ini tanpa tambahan nama tengah dan nama kepanjangan layaknya nama anak di Indonesia.
Untuk nama depan, masyarakat Jepang menggunakan Myouji atau nama keluarga dan Shita no Namae sebagai nama belakang. Shita no Namae berupa nama pemberian dari orang tua yang juga merupakan nama asli atau nama panggilan. Misalnya Nakamura Yoshi, dimana Nakamura adalah nama keluarga dan Yoshi adalah nama pemberian atau nama asli.
2. Cara Penyebutan dan Penggunaan Nama
Umumnya, orang Jepang akan memanggil nama orang lain dengan nama keluarga atau nama depan ketika belum akrab. Nama asli atau nama pemberian hanya digunakan untuk orang-orang yang sudah dekat seperti teman dan keluarga. Jepang juga mengenal imbuhan pada nama seseorang untuk menunjukkan rasa hormat dan keakraban, yaitu:
-
San, untuk menunjukkan rasa hormat kepada seseorang (artinya sama dengan Bu, Pak, Mbak dan Mas di Indonesia).
-
Chan/Kun, chan digunakan untuk perempuan/laki-laki yang umurnya lebih muda atau seumuran, sedangkan Kun digunakan untuk laki-laki yang lebih muda.
-
Sama, untuk penggunaan resmi (surat-menyurat) atau untuk orang-orang yang dihormati seperti atasan bahkan Tuhan.
3. Nama Keluarga Menunjukkan Asal Nenek Moyang
Nama depan atau nama keluarga dalam nama Jepang umumnya ditulis dalam aksara kanji. Hal ini memiliki arti tersendiri bagi masyarakat Jepang dimana nama keluarga adalah hal yang besar pengaruhnya. Meskipun pada beberapa nama ada yang ditulis menggunakan katakana atau pun hiragana, penggunaan aksara kanji lebih sering digunakan untuk nama khas Jepang.
Penggunaan huruf katakana ini biasanya digunakan untuk menuliskan nama-nama asing yang tidak ada dalam kosakata Jepang asli. Adapun hiragana digunakan untuk menulis nama yang lebih sederhana. Nama keluarga dalam nama Jepang ini biasanya bersumber dari nama daerah, alam, pemandangan, arah dan letak, profesi hingga fujiwara (suku besar).
4. Dulu, Marga Hanya untuk Kalangan Bangsawan dan Prajurit
Sebelum restorasi Meiji di Jepang, hanya keturunan dari kalangan bangsawan dan prajurit lah yang boleh menggunakan marga atau nama keluarga. Namun ketika restorasi Meiji berlangsung, pemberian marga atau nama keluarga mulai diperbolehkan untuk digunakan di seluruh keturunan Jepang. Semua warga boleh menggunakan nama keluarga secara resmi dan terdaftar dalam registrasi keluarga. Untuk penasaran dengan marga Jepang, silakan membaca Marga Jepang Terpopuler dan Aturan-Aturan Nama Orang Jepang.
5. Perubahan Nama Ketika Menikah
Menikah merupakan salah satu cara untuk mempererat hubungan 2 keluarga dari pihak pria dan wanita. Hal ini juga berlaku di Jepang, dimana keluarga baru akan muncul dari penyatuan kedua pihak tersebut. Lalu dari mana nama keluarga diperoleh? Sama halnya dengan Indonesia, seseorang yang telah menikah harus mengikuti nama keluarga dari pasangan.
Umumnya, masyarakat Jepang mengenal sistem kekeluargaan Patrilineal atau keturunan dari pihak ayah atau laki-laki. Jadi, dapat dikatakan bahwa saat seseorang telah menikah maka istri harus mengikuti marga dari suami. Hal ini juga secara otomatis menurun kepada generasi selanjutnya dari keluarga tersebut, dimana anaknya akan menggunakan marga ayah(*).
6. Jiro dan Chago
Selain nama resmi, Jepang juga mengenal istilah Jiro dan Shojo yang merupakan nama tidak resmi. Biasanya nama Jepang ini digunakan dalam keluarga besar yang memiliki anggota keluarga yang banyak. Fungsi penamaan ini adalah untuk menunjukkan urutan lahir dari anggota keluarga seperti:
-
Chounan untuk anak laki-laki pertama dan choujo untuk anak perempuan pertama.
-
Jinan untuk anak laki-laki kedua, dan Nijou untuk anak perempuan kedua.
-
Jiro untuk anak laki-laki ketiga, dan sanjo untuk anak perempuan ketiga, dan seterusnya.
Perubahan Nama Orang Asing yang Menikah dengan Orang Jepang
Perubahan nama tidak hanya dilakukan oleh orang Jepang asli setelah menikah. Aturan perubahan nama juga dialami oleh orang asing apabila menikah dengan orang Jepang asli. Nama orang asing yang menikah akan mengalami perubahan nama belakang menjadi nama keluarga suami. Misalnya Maria Nabila menikah dengan Nakamura Yoshi, maka akan berubah menjadi Nakamura Maria.
Perubahan nama Jepang ini harus terdaftar secara administrasi di registrasi keluarga di Jepang agar diakui secara resmi. Meskipun begitu, mereka juga bisa mendaftar dengan nama asli atau nama baru sebagai pilihan.
Perbandingan dengan Pemberian Nama di Indonesia
Di Indonesia juga mengenal nama panggilan seperti Bapak atau Ibu untuk panggilan formal dan Mas atau Mbak untuk non formal. Indonesia sendiri tidak memiliki aturan khusus dalam pemberian nama terkecuali di beberapa daerah tertentu. Penamaan dengan tambahan nama keluarga bukan hal yang wajib, kecuali penambahan bin atau binti pada kondisi tertentu.
Nama keluarga biasanya digunakan di beberapa daerah di Indonesia seperti Bali. Di wilayah ini bahkan ada nama khusu yang menunjukkan urutan kelahiran anak dalam keluarga namun tidak membedakan gender seperti nama Jepang.
Itulah ulasan mengenai struktur dan aturan pemberian nama Jepang yang menjadi pembahasan pada kesempatan kali ini. Semoga ulasan ini dapat memberikan informasi tambahan bagi pembaca mengenai Jepang terutama dalam pemberian nama yang dilakukan melalui aturan khusus.
Baca juga: Kokuhaku, Ungkapan Cinta yang Unik Ala Orang Jepang