Jepang adalah salah satu negara yang terkenal karena kebudayaannya yang masih terjaga dengan baik dari dulu hingga sekarang. Negara satu ini juga telah berhasil menjadikan kebudayaan sebagai salah satu hal yang menarik wisatawan untuk datang. Salah satu kebudayaan yang unik di Jepang adalah waka atau puisi Jepang.
Waka sendiri sebenarnya mengacu pada salah satu jenis puisi klasik di berbagai literatur yang ada di Jepang. Akan tetapi kata ini juga bisa mengacu pada puisi yang memiliki panjang 5-5-5-7-7 suku kata. Ada dua genre di dalam puisi ini yakni choka dan sedoka dengan keunikannya masing-masing. Simak ulasan lengkapnya!
Daftar Isi
- Waka dan Sejarah Panjang Dibaliknya
- Bentuk-Bentuk Waka
- Penyair Waka Terkenal
- Koleksi Waka Paling Terkenal
Waka dan Sejarah Panjang Dibaliknya
Ada sejarah panjang dibalik puisi Jepang dimana pertama kali tercatat pada awal abad ke 8 masa Kojiki dan Manyoshu. Di dalam buku sejarah yang dituliskan Donald Keene, ada 4 masa perkembangan dari puisi ini. Ada masa awal dan Heian, pertengahan, era pre-modern, dan juga modern era.
Pada puisi yang paling tua, ada 20 volume dari Manyoshu yang berhasil diselamatkan tanpa penulis yang jelas. Antologi puisi yang pertama kali dibuat ini tidak hanya berisikan karya dari kalangan bangsawan saja tetapi juga petani dan tentara. Tema utama di dalam antologi tersebut yaitu kesedihan, cinta, dan berbagai topic lain.
Di periode Nara dan Heian, keluarga istana menyukai gaya puisi dari Cina dibandingkan dengan puisi dalam negeri. Akan tetapi ketika utusan Jepang berhenti dikirimkan, Jepang mulai mensintesis gaya puitis Tiongkok tetapi dengan tradisi lokal. Antologi puisi bernama “Kokin Wakashu” kemudian dibuat di masa Kaisar Dako.
Setelah periode Heian, ada tiga penyair besar muncul dan membuat antologi baru dengan nama Shin Kokin Wakashu. Pada periode Muromachi, puisi ini mengalami penurunan tergantikan oleh keberadaan renga yang membesar. Memasuki periode Edo, puisi klasik ini semakin kehilangan fleksibilitasnya hingga hanya mengulang tema lama.
Di periode Edo pula puisi klasik Jepang satu ini mulai dihidupkan kembali dengan cara kepenulisan Jepang asli. Motoori Norinaga sebagai promotor juga menuliskan kembali puisi klasik dan menjadi pegangan penting bagi pengikutnya.
Aturan-aturan rumit yang mengatur puisi klasik ini kemudian diubah oleh seorang pendeta Buddha. Ia mengungkapkan banyak ekspresi jujur hingga memunculkan puisi gila yang lucu, satir, dan ironis. Tipe inilah yang kemudian berkembang di dalam masa modern sekarang setelah perjalanan pro dan kontra.
Baca juga >> Puisi Haiku Jepang, Singkat Namun Penuh Makna
Artikel Pilihan
Bentuk-Bentuk Waka
Bentuk puisi klasik Jepang ini sendiri ternyata ada berbagai macam, bergantung pada struktur yang ada di dalamnya. Ada choka, tanka, bussokusekikia, serta katauta, berikut ini adalah penjelasan lengkapnya:
1. Choka
Choka sendiri memiliki arti puisi panjang dimana puisi ini umumnya memiliki 9 baris kalimat yang menyusunnya. Bentuk dari puisi ini adalah 5-7-5-7-5-7-5-7-7 yang merupakan pengulangan dari 5 serta 7 dalam sebuah frasa. Bentuk dari puisi ini merupakan puisi yang biasa digunakan dalam agenda publik diikuti dengan hanka atau envoi.
2. Bussokusekika
Bussokekika tergolong ke dalam salah satu puisi pendek dimana ini sedikit mirip dengan Tanka yang akan dibahas di bawah. Tanka sendiri merupakan jenis puisi klasik yang paling sering ditemui dengan karakteristik puisi-puisi pendek. Bedanya, pada Bussokusekika sendiri, Tanka akan diberi tambahan frasa 7 suku kata.
3. Sedoka
Jika diartikan secara bahasa, sedoka memiliki arti puisi yang digunakan untuk mengingat kejadian-kejadian tertentu. Bentuk dari puisi ini seringkali merupakan mondoka (puisi dialog antar kekasih) atau bisa juga somonka (pertukaran antar kekasih). Puisi ini punya struktur 5-7-7 yang berjumlah dua, mirip dengan katauta.
4. Katauta
Katauta sendiri berarti fragmen dari sebuah puisi, puisi ini sangat singkat dan biasanya seperti puisi belum selesai. Jenis ini merupakan yang terpendek karena memang hanya terdiri dari setengah pertukaran dua puisi saja.
Penyair Waka Terkenal
Di dalam sejarah panjang puisi klasik Jepang ini, sudah banyak penulis-penulis terkenal di dalamnya. Akan tetapi, ada beberapa yang paling menonjol sejak dulu hingga sekarang sehingga sering disebut sebagai legenda. Ini dia beberapa tokoh penyair terkenal dalam dunia puisi klasik Jepang:
1. Kakinomoto no Hitomaro
Menjadi seorang penyair terkenal di dalam antologi Manyoshu, Hitomaru merupakan penyair dari golongan bangsawan di Era Asuka. Ia lahir dari klan Kakinomoto yang memiliki basis di Provinsi Yamato sekitar tahun 650-an.
2. Ono no Komachi
Jepang juga memiliki penyair wanita hebat yang menulis dalam tema cinta yakni Ono no Komachi. Wanita ini merupakan salah satu dari Rokkasen atau penyair terbaik di periode Hasan yang memiliki kecantikan luar biasa.
3. Yamabe no Akahito
Hidup di periode Nara, Yamabe no Akahito merupakan salah satu dari pembuat antologi Manyoshu dengan 13 choka dan 37 tanka. Sebagian besar dari puisi yang Ia ciptakan berasal dari perjalanan bersama Kaisar di tahun 724-736.
4. Henjo
Henjo atau yang memiliki nama asli Yoshimine no Munesada adalah penyair yang lahir di tahun 890-an. Ia merupakan penyair sekaligus pendeta agama Buddha dengan keberhasilan membuat antologi puisi Kokin Wakashu. Karena kehebatannya, Ia dinobatkan sebagai salah satu dari 36 Penyair Abadi serta 6 penyair terhebat.
5. Ariwara no Narihira
Penyair satu ini berasal dari periode Heian yang tergolong ke dalam Enam Puitis Jenis yang juga dikenal dengan berbagai sebutan. Ada sejumlah 87 puisi ciptaan Narihira (beberapa meragukan) dalam antologi yang diarsipkan kekaisaran.
Koleksi Waka Paling Terkenal
Berbagai penyair hebat telah berhasil membuat berbagai karya memukau yang sangat banyak jumlahnya. Ada beberapa koleksi paling terkenal dari hasil-hasil puisi yang dibuat, ini dia beberapa di antaranya:
1. Nijuichidaishu
Koleksi pertama ada Nijuichidaishu atau Koleksi Dua Puluh Satu Era yang merupakan hasil koleksi dari kekaisaran Jepang. Berbagai puisi yang ada di dalamnya merupakan hasil dari tulisan bangsawan yang kemudian di urut secara kronologis.
2. Hyakunin Isshu
Di posisi selanjutnya ada antologi Hyakunin Isshu yang merupakan kumpulan dari 100 puisi ciptaan 100 penyair. Salah satu yang paling terkenal dalam koleksi ini adalah buatan Fujiwara no Teika yang kemudian dikenal sebagai Ogura Hyakunin Isshu.
3. Kokka Taikan
Selanjutnya ada Kokka Taikan yang dianggap sebagai ensiklopedia dari tulisan-tulisan awal hingga modern. Kumpulan puisi ini diterbitkan oleh Kadokawa Gakugei Shuppan dimana beberapa puisi di dalamnya bersifat anonim.
4. Sankashu
Terakhir adalah koleh Sankashu atau Koleksi Rumah dan Gunung yang dikumpulkan oleh Saigyo di sekitar tahun 1180. Koleksi ini memiliki 1552 puisi yang terbagi ke dalam tiga bagian dengan tema berbeda-beda di tiap bagiannya. Ada bagian yang menceritakan tentang keempat musim, percintaan dan melankolis, serta lagu.
Ada banyak sekali koleksi yang sudah berhasil dikumpulkan dalam waka ini, kebanyakan memang berasal dari lampau. Kehebatan penyair Jepang masih terekam sangat jelas hingga saat ini dan membuktikan juga kualitas pengarsipan yang sangat baik. Catatan dan tulisan berkaitan dengan masa lalu juga banyak terekam dari puisi-puisi yang ada.
Baca juga: Gegege No Kitaro, Kisah Yokai Jepang yang Legendaris