Sebagai negara yang menjunjung tinggi adat dan budaya, warga Jepang memiliki sikap unik saat bersosialisasi dengan sesamanya, yang disebut dengan tatemae. Sikap tersebut tercermin ke dalam perilaku saat berjumpa dengan orang lain, yaitu sesama warga Jepang sendiri di lingkungan sekitar, baik pekerjaan maupun masyarakat.
Saat berinteraksi sosial dengan sesamanya, tradisi dan budaya Jepang harus menunjukkan sikap terbaik kepada lawan bicaranya. Meskipun seseorang sedang menghadapi masalah yang cukup berat namun tetap harus menunjukkan sikap seakan sedang tidak ada masalah. Hal tersebut dilakukan agar lawan bicaranya merasa nyaman saat berbicara dengannya dan bagian dari etika yang harus dilakukan.
Daftar Isi
- Sekilas Tentang Tatemae
- Beberapa Konsep Budaya Masyarakat Jepang
- Karakteristik Orang Jepang yang Mendasari Tatemae
- Penyeimbang Konsep Tatemae, Terdapat Konsep Honne
Sekilas Tentang Tatemae
Bagian dari etika orang Jepang, harus menunjukkan sikap ramah serta baik-baik saja ketika sedang berinteraksi dengan orang lain. Hal tersebut merupakan bagian dari sopan santun. Bahkan harus senantiasa menunjukkan sikap ramah dan selalu tersenyum ketika berada di hadapan publik.
Konsep berperilaku seperti itu dinamakan konsep Tatemae. Etika budaya Jepang harus bersikap baik-baik saja di depan publik, seberat apapun masalah yang sedang dihadapi. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk sopan santun agar menghargai lawan bicaranya. Dengan demikian, menjadikan hubungan sosial yang saling menghargai antara sesamanya.
Sekilas, hal tersebut seperti topeng dengan tidak menunjukkan pribadi asli orang tersebut, namun Jepang menghargai cara bersikap agar orang lain nyaman ketika sedang berinteraksi sosial. Maka dari itu, harus bisa bersikap baik kepada orang lain serta tidak menunjukkan sikap asli dari orang tersebut. Bukan untuk mengelabui, namun dilakukan agar menghargai sesamanya.
Meskipun istilah tersebut hanya terdapat di Jepang, namun pengertian dari cara bersikap seperti itu tidak hanya terdapat di Jepang. Warga negara lain kerap bersikap sama dengan apa yang dilakukan oleh orang Jepang tersebut, saat menghargai orang lain, namun berbeda istilah. Dengan demikian, bisa menciptakan hubungan yang harmonis dengan sesamanya.
Artikel Pilihan
Beberapa Konsep Budaya Masyarakat Jepang
Selain konsep menghargai lawan bicara saat berinteraksi dengan orang lain, terdapat konsep lainnya agar menciptakan hubungan yang selaras dan seimbang serta saling menghormati dengan orang lain. Berikut ini beberapa konsep tersebut yang mengakar dalam budaya Jepang saat berinteraksi dengan orang lain:
1. Giri
Konsep satu ini berawal dari hati dan perasaan, serta empati. Sebagai contoh, ketika seseorang mendapatkan musibah, dan orang lain tergerak untuk membantunya tanpa mengharapkan balasan. Semua bentuk pertolongan tersebut dilakukan tanpa pamrih untuk membantu seseorang bisa keluar dari kesulitannya.
2. Honne
Konsep satu ini lawan dari sikap tersebut. Ketika seseorang bersikap manis di depan orang lain, namun memiliki watak asli yang hanya diketahui oleh pribadinya sendiri dan orang sekitarnya. Dalam kata lain, cara berinteraksi yang sesuai fakta dengan keadaan dan kepribadian sebenarnya.
3. Tatemae
Sikap ini seakan disebut dengan kepura-puraan. Masalahnya, seseorang diharuskan bersikap tidak sesuai dengan kenyataan yang ada saat berinteraksi dengan orang lain. Misalnya saja, ketika bekerja seseorang bisa bersikap manis dengan rekan kerja atau atasannya, meskipun mengetahui keburukan rekan kerjanya.
4. Ninjo
Konsep ini berlandaskan pada kasih sayang dan tolong menolong. Tidak terlepas dari lelaki dan perempuan, semua harus saling bantu membantu saat seseorang sedang dilanda kesulitan. Budaya tolong menolong ini telah mengakar di Jepang dalam satu konsep dan dinamakan Ninjo.
5. Wa
Konsep lainnya yang berhubungan dengan sikap tersebut adalah Wa. Konsep ini disebut juga sebagai kerukunan atau harmoni. Dengan demikian, orang Jepang selalu menjaga kerukunan dengan orang di sekitarnya dengan menganggap orang lain sebagai keluarga. Konsep ini pun diterapkan dalam sebuah perusahaan.
Masyarakat Jepang yang sopan, senantiasa menghargai orang lain ketika bersikap. Oleh sebab itu, karakteristik orang Jepang dilandasi dengan beberapa konsep yang telah dijelaskan sebelumnya. Warga Jepang selalu berprinsip agar mengutamakan kepentingan golongan. Namun demikian, terdapat sebuah pepatah Jepang untuk menyelesaikan masalahnya sendiri bila hal tersebut berhubungan dengan pribadinya.
Karakteristik Orang Jepang yang Mendasari Tatemae
Meskipun sikap ini terkesan sebagai sikap pura-pura, namun hal tersebut merupakan sikap yang baik saat bersosialisasi. Warga Jepang selalu bersikap seperti ini dikarenakan karakteristik sosial secara umum dari warga Jepang itu sendiri sehingga mempengaruhi cara bersikap saat bersosialisasi:
1. Memiliki Tanggung Jawab yang Tinggi
Karakteristik orang Jepang, secara umum adalah memiliki tanggung jawab tinggi terhadap segala sesuatu yang menjadi kewajibannya. Dikarenakan rasa tanggung jawabnya yang tinggi sehingga mendorong mereka untuk senantiasa bersikap menghargai lawan bicaranya. Contohnya, apabila seorang karyawan dalam suatu perusahaan diberikan tugas, mereka akan senantiasa mengutamakan kewajibannya, meskipun berat.
2. Mengutamakan Kepentingan Golongan
Warga Jepang senantiasa mengutamakan kepentingan golongan daripada kepentingan pribadi. Karakteristik ini pun yang mendorong adanya sikap menghargai orang lain. Tidak peduli seberat apapun masalah yang terjadi pada diri sendiri, mengharuskan mereka tetap bersikap manis kepada orang lain yang bertolak belakang dengan sikap pribadinya.
3. Keselarasan Diatas Kebenaran
Konsep tersebut diciptakan warga Jepang saat bersosialisasi agar menciptakan kenyamanan dengan lawan bicaranya. Dengan demikian, mereka terkesan menghindari konflik antar golongan agar menciptakan keselarasan di atas kebenaran saat bersosialisasi dengan sesamanya.
Dengan karakteristik tersebut, sangatlah wajar jika orang Jepang memiliki etos kerja yang tinggi namun tetap bersikap sopan dengan sesamanya. Itulah mengapa saat bersosialisasi dengan orang Jepang, kesan pertama yang terlihat bahwa orang Jepang sopan serta memiliki disiplin tinggi. Semua karakteristik tersebut dibawa juga dalam sebuah perusahaan, di mana mereka bekerja.
Penyeimbang Konsep Tatemae, Terdapat Konsep Honne
Konsep ini tercipta karena warga Jepang sangat menjunjung kerukunan dan sopan santun. Itulah sebabnya konsep ini disebut juga sebagai wajah publik. Hal tersebut terkesan membohongi diri sendiri sehingga muncul konsep honne untuk menunjukan karakteristik yang sebenarnya.
Honne dan konsep sikap tersebut merupakan sikap yang bertolak belakang. Konsep ini tercipta agar kehidupan berjalan seimbang. Contohnya dalam sebuah perusahaan, seseorang cenderung bersikap manis di hadapan atasannya dan bersikap honne di depan teman sejawatnya. Bahkan cenderung lebih ekspresif.
Hal tersebut seringkali mereka lakukan dengan mengekspresikan diri agar bersosialisasi dengan rekan sesamanya sebagai penyeimbang konsep tersebut. Bahkan tidak sedikit yang melakukannya dengan cara mabuk-mabukan bersama teman-temannya sebagai bentuk sikap honne nya tersebut.
Sikap Honne menjadi wajib dilakukan agar melepaskan rasa stress jika terus-menerus memendam perasaan pribadi. Memang untuk menghargai hubungan dengan lawan bicara harus mengesampingkan perasaan pribadi. Dengan demikian, agar melepaskan beban pribadi terciptalah honne, bahkan terkadang dilakukan minum sake bersama teman-temannya.
Sebagai negara yang berbudaya, warga Jepang memiliki adat istiadat ketika berinteraksi dengan orang lain agar menciptakan harmoni dan juga keselarasan saat berhubungan sosial. Hal tersebut dilakukan agar orang Jepang senantiasa rukun dalam kehidupan sosialnya. Oleh sebab itu terciptalah sebuah konsep untuk menghargai orang lain, yang disebut dengan tatemae.