Beberapa bahasa asing memiliki bentuk kata maskulin dan feminin. Ini terjadi apabila sebuah kata dilekatkan dengan konteks subjek atau objek pembicaraan adalah pria atau wanita. Penyesuaian lainnya bisa dilihat dari waktu, jumlah, dan sebagainya. Pada Bahasa Jepang, hal tersebut pun terjadi, khususnya pada kata ganti orang.
Untuk melengkapi pengetahuan seorang pembelajar Bahasa Jepang, ada pula ulasan tentang pemilihan bahasa yang santun. Ini menjadi penting dalam berkomunikasi dengan orang Jepang sebab mereka sangat memperhatikan etika dan tata krama. Oleh sebab itu, kata ganti orang tidak hanya disesuaikan berdasarkan jenis kelamin, tetapi juga status seseorang yang sedang diajak berbicara.
Daftar Isi
- 4 Kelompok Meishi
- Tentang Ninshodaimeishi
- Pemilihan Bahasa yang Santun
- Perbedaan Futsuumeishi dan Harameishi
4 Kelompok Meishi
Sebelum lebih jauh membahas tentang kata ganti orang, perlu dipahami dulu bahwa kata ganti tersebut atau nama orang dikategorikan sebagai kata benda. Dalam Bahasa Jepang, kata benda disebut “meishi” atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan “noun”. Meishi bisa menjadi subjek, objek, ataupun kata waktu dan tempat, tergantung pada partikel yang mengikutinya. Ada empat jenis meishi, yaitu:
1. Futsuu Meishi
Futsuu meishi adalah kata benda secara umum. Sesuatu yang digolongkan kata benda ini bisa benda konkret atau hal abstrak, misalnya isu (kursi), tsukue (meja), seiji (politik), dan sebagainya. Kata kerja dan kata sifat yang dipahami sebagai kata benda pun masuk ke dalam kategori futsuu meishi, contohnya adalah hikari (sinar/cahaya), hanashi (cerita/pembicaraan), dan shizkasa (ketenangan/kesunyian). Serta, futsuu meishi juga menyatakan posisi letak atau posisi sesuatu, seperti neka (dalam), shita (bawah), dan lainnya.
2. Koyuu Meishi
Koyuu meishi adalah kata benda yang merujuk pada nama benda tertentu, seperti nama orang, tempat, perusahaan, barang, dan sebagainya. Contohnya adalah Fujisan (gunung Fuji), nihon (Jepang), Sato Yamada (contoh nama orang), Tokyo Daigaku (Universitas Tokyo), Nagaragawa Onsen (contoh nama tempat usaha).
3. Daimeishi
Daimeishi adalah kata benda yang dipakai untuk menggantikan dua meishi sebelumnya (futsuu meishi dan koyuu meishi). Kata benda yang termasuk dalam daimeishi yaitu kata penunjuk orang, penunjuk arah, penunjuk benda, serta arah tempat. Contohnya adalah watashi (saya), anata (Anda), sore (itu), kore (ini), koko (sini), soko (situ), achira (sebelah sana), kochira (sebelah sini), dan sebagainya.
4. Suushi
Suushi adalah kata benda yang menunjukkan jumlah atau disebut juga kata bilangan. Untuk menunjukkan sebuah urutan juga menggunakan kata-kata yang termasuk dalam golongan suushi, contohnya adalah da ichi (pertama), san (nomor tiga), ko (sebuah), hitotsu (sebutir), dan lainnya.
Baca juga >> Pahami Tadoushi yang Dipakai dalam Bahasa Jepang
Artikel Pilihan
Tentang Ninshodaimeishi
Pada ulasan sebelumnya ada jenis meishi yang berfungsi sebagai kata ganti orang, benda, penunjuk arah, dan posisi atau tempat, yaitu daimeishi. Dari keempat fungsi tersebut, jika dipelajari lebih lanjut, maka ada istilah yang bernama ninshou daimeishi. Ninshou daimeishi adalah kata ganti yang merujuk pada orang, yakni pihak yang berbicara atau seseorang yang menjadi topik pembicaraan. Untuk lebih jelasnya, simak perbedaannya berikut:
1. Daiichi ninsho
Daiichi ninsho adalah kata ganti orang pertama. Artinya, kata ini digunakan untuk menunjukkan pembicara menyebut dirinya sendiri. Kata-kata yang termasuk ke dalam daiichi ninsho adalah:
-
Watashi (saya). Kata ini sifatnya netral sehingga bisa digunakan dalam suasana formal dan non-formal.
-
Watakushi (saya). Kata ini sering digunakan dalam kondisi formal, misalnya saat berpidato, acara-acara resmi, dan sebagainya.
-
Boku (saya). Biasanya digunakan oleh pria dan sifatnya informal, misalnya saat berbicara dengan teman sebaya atau anggota keluarga.
-
Atashi (saya). Sama seperti boku, namun digunakan oleh wanita.
-
Ore (gue). Ini adalah bahasa gaul dari watashi yang sering dipakai anak-anak muda Jepang.
-
Washi (saya). Biasanya orang-orang paruh baya (kakek/nenek) yang menunjukkan pada dirinya sendiri.
2. Daini ninsho
Daini ninsho adalah kata ganti orang kedua. Berikut adalah kata-kata yang tergolong di dalamnya sesuai dengan situasi dan kondisinya:
-
Anata (Anda). Sifat dan penggunaannya sama seperti watashi, yakni netral dan bisa di saat formal maupun informal.
-
Anta (kamu). Biasa dipakai dalam suasana santai dan kepada seseorang yang sudah akrab.
-
Omae (kamu). Sifatnya sangat informal, bahkan akan dirasa kasar kalau digunakan kepada orang yang baru dikenal. Biasanya digunakan oleh pria, namun kadang dipakai juga oleh wanita.
3. Daisan ninsho
Daisan ninsho adalah kata ganti orang ketiga. Inilah kata-kata yang digunakan untuk menunjukkan pihak ketiga:
-
Kare (dia laki-laki). Dalam bahasa Inggris setara dengan kata “he”. Kata ini bersifat umum dan dapat digunakan untuk siapa saja.
-
Kanojo (dia perempuan). Sifatnya sama seperti kare, hanya saja digunakan untuk perempuan. Dalam bahasa Inggris serupa dengan kata “she”.
-
Kono hito, sono hito, ano hito. Arti dari ketiga kata tersebut adalah “orang ini”, “orang itu”, dan “orang itu” (posisi pihak ketiga jauh dari orang pertama dan orang kedua).
-
Kono kata, sono kata, ano kata. Maknanya sama dengan kono hito, sono hito, dan ano hito, namun konteksnya lebih sopan.
4. Bentuk Jamak
Ketiga poin sebelumnya menunjukkan kata ganti untuk orang dalam bentuk tunggal. Namun kata ganti dalam Bahasa Jepang pun ada yang berbentuk jamak. Berikut adalah beberapa contoh kata ganti bentuk jamak tersebut:
-
Watashitachi (kita/kami).
-
Karera (mereka laki-laki).
-
Kanojora (mereka perempuan).
-
Min’na (kalian semua) atau minasan (kalian semua versi halus).
-
Anatagata (Anda semua).
Baca juga >> Wakamono Kotoba, Bahasa Gaul Jepang yang Dapat Diterapkan Sehari-hari
Pemilihan Bahasa yang Santun
Pemilihan kata-kata dalam Bahasa Jepang disesuaikan dengan banyak hal. Oleh sebab itu, seseorang harus memahami betul situasi dan kondisi, serta status lawan bicara yang ada di hadapannya. Misalnya, jika jabatan lawan bicara lebih tinggi, maka kata-kata formal dan penuh hormat lah yang digunakan. Di bawah ini kriteria dalam pemilihan bahasa yang tepat:
1. Keakraban
Bahasa yang sopan digunakan jika tidak mengenal lawan bicara atau baru mengenalnya. Contoh-contoh penggunaan bahasa sopan dalam konteks ini bisa dilihat dalam wawancara kerja, perkenalan diri, atau orang-orang yang berbicara di depan publik, seperti pidato, siaran TV, atau siaran radio.
2. Usia
Jika lawan bicara usianya lebih tua, maka bahasa yang harus digunakan adalah bahasa halus atau santun. Meskipun beberapa orang tua akan menggunakan bahasa yang lebih akrab kepada yang lebih muda, namun sebagai orang yang usianya lebih muda sebaiknya membalasnya dengan kata-kata sopan.
3. Hubungan dan Status Sosial
Hubungan di sini maksudnya adalah antara atasan dan bawahan, guru dan murid, penjual dan pembeli, dan sebagainya. Jika seseorang posisinya lebih tinggi, maka bisa menggunakan pilihan kata-kata yang bersifat netral. Sementara bagi mereka yang statusnya lebih rendah, maka harus membalasnya dengan kata-kata sopan.
4. Jenis Kelamin
Dulu, jenis kelamin menentukan pemilihan kata-kata. Seorang wanita akan menggunakan kata-kata dengan nuansa feminim, sedangkan laki-laki memilih kata-kata yang menunjukkan maskulinitasnya. Namun seiring dengan berjalannya waktu dan kehidupan semakin modern, pemilihan kata-kata berdasarkan gender semakin ditinggalkan.
5. Situasi
Orang Jepang sangat memperhatikan situasi saat berbicara. Sebuah percakapan bisa saja berubah seketika jika suasananya berubah. Misalnya, dua orang yang sebelumnya akrab namun tiba-tiba bertengkar, maka kata-kata yang digunakannya bisa berubah. Perubahan lainnya bisa terjadi dari yang sebelumnya sopan karena baru kenal menjadi akrab.
6. Pahami Konsep Uchi-Soto
Dalam kehidupan masyarakat Jepang dikenal dengan konsep “uchi-soto”. Uchi merujuk pada lingkungan kelompok seseorang, misalnya keluarga, unit kerja, dan sebagainya. Sedangkan, soto adalah kebalikan dari uchi, yaitu lingkungan di luar kelompoknya. Penggunaan kata-kata sopan biasanya digunakan kepada lingkungan uchi.
Baca juga >> Teineigo, Mengenal Dasar Bahasa Jepang Halus dan Sopan
Perbedaan Futsuumeishi dan Harameishi
Di awal telah dijelaskan tentang futsuu meishi, yakni kata benda secara umum mengacu pada sesuatu yang konkret serta abstrak. Pada umumnya, jika penutur kata tersebut adalah seorang wanita, maka ia akan menambahkannya dengan "o" atau "go". Tujuannya untuk membedakan kosakata wanita dengan pria, serta memberikan kesan lebih halus dan feminim.
Walaupun demikian, dalam beberapa kondisi, pria pun menggunakan imbuhan "o" dan "go" dalam percakapannya. Apabila mereka melakukan ini, artinya pembicaraan tersebut bersifat formal, menghormati lawan bicara, atau sedang menghadapi orang tua.
Ada istilah lainnya, yaitu harameishi. Ini adalah kebalikan dari futsuu meishi di atas. Harameishi hanya digunakan oleh kaum pria. Para wanita tidak menggunakan kata-kata ini, baik dalam keadaan formal maupun informal.
Demikian banyaknya aturan kata ganti orang dalam Bahasa Jepang. Oleh sebab itu, harus dipahami satu per satu. Tak hanya dari kosa kata dan artinya saja, tetapi juga konteks penggunaannya. Jangan sampai salah memilih karena bisa salah paham kalau langsung berhadapan dengan orang Jepang. Mungkin mereka akan memaklumi jika tahu seseorang baru belajar Bahasa Jepang. Namun tidak menutup kemungkinan akan menciptakan ketidaknyamanan saat sedang mengobrol.
Baca juga: Memahami Lebih Jauh Tentang Ukemi, Kalimat Pasif Bahasa Jepang