Jasa antar atau delivery, ternyata bukan muncul hanya karena pandemi. Bahkan, Jepang sudah memiliki jasa delivery ini sejak era leluhur mereka. Namanya Demae, jasa delivery di Jepang yang umumnya mengantar pesanan mi kepada para pembeli. Tentu bisa terbayang, cara delivery seperti apa yang digunakan, padahal belum banyak dikenal kendaraan bermotor.
Sejak dulu, Jepang sudah memiliki budaya pelayanan kepada pelanggan dengan sepenuh hati. Bukan hanya oleh perusahaan besar, namun toko-toko kelontong atau toko oleh-oleh pun akan memberikan pelayanan dan senyum ramah tanpa diminta. Budaya ini juga diterapkan secara konkret dalam bentuk jasa antar, meskipun hanya oleh warung mie.
Daftar Isi
Kehebatan Demae
Membicarakan ‘Demae’ di Jepang, adalah hal yang menakjubkan karena cara unik yang dilakukan. Jika kita pernah melihat cara di restoran Padang menyusun belasan piring di lengannya, kurang lebih begitulah kelihaian pemilik restoran mengantarkan pesanannya.
Jasa antar ini merupakan kombinasi delivery dan resto Padang menyusun pesanan. Hanya saja, pesanan yang dibawa tidak disusun di lengan, namun dipanggul di pundak karena kotak-kotak makanan tersebut diantar menggunakan sepeda.
Bukan hanya satu atau dua, belasan bahkan puluhan kotak makanan akan disusun layaknya menara di pundak para pengantar. Layanan ini seperti akrobat, karena menara kotak mi tersebut masih harus dijaga keseimbangannya ketika mengayuh sepeda.
Artikel Pilihan
Sejarah Demae
Seni mengantarkan pesanan ala Jepang ini sudah muncul sejak Tahun 1700-an, atau sekitar pertengahan zaman Edo. Demae sendiri berarti ‘pergi ke depan’. Awal kemunculannya sebenarnya merupakan pengembangan jasa layanan untuk para Daimyo atau orang-orang kaya di Jepang. Ketika itu, para Daimyo jika ingin memesan makanan, akan mengirimkan utusannya ke tempat penjual makanan.
Jenis makanan yang paling sering di-request adalah mie soba. Mi yang disajikan dengan kuah kaldu panas, atau dimakan dingin dengan saus. Makanan ini sangat populer di Jepang. Selain karena harganya yang murah, mie soba bisa dibawa kemana pun seperti untuk bekal perjalanan jauh, tanpa mengurangi rasa.
Kegemaran para bangsawan Jepang zaman itu membuat sang pemilik warung memikirkan pelayanan yang prima ketika datang pesanan. Belasan mangkuk mi yang dipesan oleh bangsawan tersebut harus segera diantar secara lengkap tanpa tertinggal dan dalam waktu yang cepat. Maka teknik inilah yang kemudian digunakan, agar semua pesanan bisa diterima tepat waktu.
Jepang sebenarnya juga mengenal istilah ‘shidashi’ untuk jasa layanan antar. Namun, satu perbedaannya adalah bahwa teknik demae merupakan layanan antar untuk makanan yang harus dilakukan atau harus sesegera mungkin diterima oleh pemesan. Sementara ‘shidashi’, makanan yang diantar masih bisa ditunggu beberapa waktu seperti sushi atau cake.
Hingga saat ini, pemilik warung mie soba masih ada yang mempertahankan teknik antar ala menara ini. Bukan karena tidak mengenal teknologi, melainkan karena budaya ini tetap bisa dinikmati oleh berbagai kalangan, meskipun kecanggihan teknologi delivery sudah bertambah maju.
Teknik seperti ini tetap dipertahankan pada cara mengantarkan makanan. Namun, pada cara menerima pesanan, restoran tetap peka terhadap teknologi. Pesanan makanan dengan teknik ini belakangan tidak hanya diterima melalui telepon, melainkan juga via faks atau situs web masing-masing restoran.
Restoran dengan Layanan Demae
Seiring berjalannya waktu, layanan antar akrobatik ini tidak hanya terbatas pada mie soba saja. Hampir setiap jenis makanan, bahkan minuman, bisa diantarkan dengan jasa ini. Restoran soba sudah barang tentu menjadi jenis restoran yang mempertahankan teknik legendaris ini. Bahkan sampai sekarang pun, masih banyak restoran soba yang mengantar pesanan menggunakan cara ini.
Selain soba restaurants, Chinese restaurant juga menjadi salah satu jenis restoran yang melayani jasa antar. Di Jepang, tersebar juga restoran-restoran yang menyajikan masakan cina. Namun demikian, restoran tersebut tetap mengadopsi teknik delivery asal Jepang untuk mengantar pesanan para pelanggannya.
Hal itu menjadi bukti bahwa tradisi dari Jepang ini demikian menempel di benak masyarakat yang tinggal di Jepang, meskipun berasal dari berbagai etnis. Lagi-lagi Jepang membuktikan bahwa semua kemajuan yang dirasakan dan didukung dengan teknologi, tidak akan berarti jika masyarakatnya melupakan tradisi turun-temurun dari leluhur. Hal itu karena mereka percaya bahwa kesuksesan adalah buah menghormati budaya leluhur.
Selain itu, ada juga para penjual pizza yang menggunakan teknik ini guna melayani para pelanggannya. Bukan hanya untuk makanan, restoran ala Italia ini juga menawarkan jasa antar menggunakan teknik menara untuk mengantar makanan tambahan, kopi, atau jenis minuman lainnya. Hal yang sama juga dilakukan oleh western restaurants di Jepang, yang melirik demae sebagai trik meraih pelanggan lokal.
Teknik delivery ini sudah semakin berkembang. Bukan hanya mengantar makanan untuk kebutuhan rumahan, melainkan ada juga demae for business. Layanan ini merupakan jasa untuk perusahaan atau kantor yang akan menyelenggarakan acara tertentu seperti rapat atau seminar. Pada kegiatan tersebut, makanan yang disiapkan bukan dimasak sendiri melainkan akan disajikan lewat jasa antar.
Bentuk jasa antar untuk bisnis ini sudah merambah ke pusat kota, meskipun terbatas juga pada beberapa toko saja. Selain itu, di pusat kota biasanya tidak melayani pesanan individu. Jasa semacam ini jelas menguntungkan bagi kantor karena staf kantor tidak perlu pusing untuk menyiapkan konsumsi.
Teknik Pengantaran Ala Jepang
Banyak cara yang kini dilakukan untuk mengantar pesanan. Awalnya penggunaan sepeda menjadi khas pengantaran ala Jepang. Namun seiring dengan berjalannya waktu, jasa layanan akrobatik ini juga menggunakan beberapa jenis kendaraan.
1. Sepeda
Menjadi teknik antar paling awal, penggunaan sepeda masih dipertahankan oleh beberapa restoran di Jepang. Selain legendaris, teknik ini juga digemari sembari memberikan seni pertunjukan tersendiri kepada para pelanggan dan masyarakat yang dilewati oleh sang pengantar.
Melakukan jasa antar menggunakan sepeda, tentunya harus mengutamakan aspek keselamatan tingkat tinggi. Selain kelihaian mengendarai sepeda, teknik menjaga keseimbangan pun harus dipertimbangkan. Hal itu karena pengantar yang mengendarai sepeda juga harus menjaga agar menara meal-box di pundaknya tidak runtuh.
2. Berjalan Kaki
Cara lain yang dilakukan untuk mengantar adalah dengan berjalan kaki. Teknik ini terlihat lebih mudah, karena pengantar tidak perlu susah mengayuh sepeda dan menjaga keseimbangan menara pesanannya. Namun demikian, kotak makanan yang diantar pun bukan berarti berkurang jumlahnya. Jasa antar dengan berjalan kaki dilakukan jika jarak tempuh restoran ke pelanggan terbilang sangat dekat.
3. Sepeda Motor
Teknik lain yang bisa digunakan adalah dengan menggunakan sepeda motor. Kendaraan ini dipilih untuk mempertimbangkan faktor keamanan. Selain itu, waktu tempuh ke tempat pelanggan pun akan semakin singkat, karena menggunakan kendaraan bermesin dengan kecepatan yang lebih tinggi.
Uniknya demae sebagai jasa antar akrobatik khas Jepang, ternyata tidak lepas dari budaya Jepang yang selalu mengutamakan kepuasan pelanggan. Negara ini memberikan banyak contoh tentang service excellence. Salah satunya melalui jasa antar yang unik, ringkas, tidak membuang banyak waktu.
Baca juga: Prestasi yang Luar Biasa, KopiKalyan Membuka Cabang di Jepang